Sabtu, 26 Mei 2018

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 6: Curug Puncak Jeruk


13. Curug Puncak Jeruk
Dari Curug Puncak Manik, untuk menuju Curug Puncak Jeruk kami harus balik lagi ke arah Panenjoan, karena berbeda arah. Dalam suasana hujan kami mampir di sebuah rumah makan di depan Panenjoan. 
Menikmati makan siang
Menikmati makan siang
Setelah makan siang, masih dalam suasana gerimis, kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Puncak Jeruk. Mengandalkan Google Maps, kami menuju arah Waluran atau ke arah Jakarta/Sukabumi kota. Di Google Maps terlihat jarak tempuh sekitar 18km/35 menit.
Atas petunjuk Maps, kami memasuki jalan kecil dan offroad. Meski agak ragu, kami tetap melanjutkan perjalanan. Kami memasuki area perkebunan kelapa sawit dan tidak terlihat rumah satupun. Untung di tengah jalan kami bertemu penduduk lokal yang memberi petunjuk arah.
Salah satu kondisi jalan
Salah satu kondisi jalan
Salah satu kondisi jalan
Terus menyusuri jalan berbatu di tengah perkebunan sawit hingga kami memasuki areal perkebunan cengkeh. Melihat jalan ini, buat yang membawa mobil yang bukan offroad sangat tidak dianjurkan. Dan kami hanya memakai motor bebek, karena sudah terlanjut dan ditambah rasa penasaran kami tetap melanjutkan perjalanan.
Terus menyusuri ke tengah perbukitan, kami bertemu dengan (seperti) komplek rumah pekerja kebun. Kami dikasih tau oleh satpam bahwa perjalanan masih jauh. Di titik ini kami mulai lagi perjalanan dengan kondisi jalan yang lebih parah ditambah jalan yang naik turun bukit/lembah. Sampai akhirnya kami menemukan pos (sesuai petunjuk satpam), kemudian ambil kanan. Di sini jalannya berupa tanah merah, karena bekas hujan dan masih gerimis kami mengalami kecelakaan kecil hahahha. Di sini motor kami jatuh, kaca spion pecah dan plat belakang agak terlepas.
Curug dari bawah
Sekitar 100m, terlihat papan petunjuk selamat datang di Curug Puncak Jeruk. Tidak ada penjaga... ya kali ada penjaga di tengah hutan gini.... hehehe. Untuk ke curug kami menuruni bukit sekitar 50m. Di bawah telihatlah curug yang dicari dengan susah payah ini....
Curug dari bawah
Curug dari bawah
Curug dari bawah
Curug dari bawah
Yang bikin kagum adalah, curug ini sangat lebar, mungkin sekitar 100m. Curug ini ada 2 tingkat, tingkat bawah lebih lebar di banding atas, tapi tingkat atas lebih tinggi. Karena hujan, airnya jadi keruh, sayang sekali. Di seberang sungai terlihat hamparan sawah yang menghijau.
Berada di lembah, curug ini diapit oleh dua kecamatan yaitu kecamatan Waluran (Desa Mekarmukti) dan kecamatan Ciemas (desa Mekarjaya).
Melewati bebatuan yang ada di bawah curug, Revan mendekati curug bagian bawah. Kemudian naik ke atas melalui sisi sebelah kanan. Di bagian atas terlihat area yang lumayan luas, jadi air dari atas tidak langsung jatuh ke bawah.
Curug bagian atas
Curug bagian atas

Sedang asiknya mengambil foto, kami kedatangan petugas (sepertinya petugas Perhutani) atau pengawas perkebunan. Beliau mengatakan bahwa air curug siangnya masih berwarna hijau/jernih, tapi berubah keruh karena hujan. Dan dari beliau juga, kami dikasih tahu jalan pintas yang hanya berjarak 3km ke jalan raya dibanding jalan yang kami tempuh tadi sekitar 6km. Tapi apapun jalur yang diambil tetap saja kondisi jalannya sama, berbatu dan licin.

14. Panenjoan
Sebelum menuju penginapan kami mampir sebentar di Panenjoan. Selain sebagai Pusat Informasi Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark, di sini kita juga bisa melihat bentangan alam, seperti di Puncak Darma, tapi dari sisi lain.
Dari sini terlihat Mega Amfiteater dan bentangan persawahan dan perkampungan yang dikelilinginya. Hanya saja, kondisi cuaca berkabut jadi tidak dapat melihat jelas pemandangan yang spektakuler ini. Mungkin lain kali kami akan mampir lagi ke sini kalau suatu saat balik lagi.
Panenjoan yang sedang berkabut
Sunset di Panenjoan yang sedang berkabut
Sunset di Panenjoan yang sedang berkabut
Link terkait:
- Pantai Loji, Curug Larangan, Curug Cilegok dan Puncak Darma
- Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung
- Curug Sodong, Curug Cikanteh dan Pantai Palangpang 
- Curug Awang dan Curug Tengah 
- Curug Puncak Manik 
- Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 5: Curug Puncak Manik

12. Curug Puncak Manik
Sebagaimana saya jelaskan di blog sebelumnya, Curug Puncak Manik berada di aliran Sungai Ciletuh, setelah Curug Awang dan Curug Tengah. Menurut penjelasan dari bapak sewaktu di Curug Awang, sebenarnya ada jalan pintas menuju Curug Puncak Manik dari Curug Awang/Curug Tengah, tapi jalannya masih alami dan ekstrim, ditambah lagi pengunjung hanya bisa menikmati bagian atas curug.
Melanjutkan perjalanan dari Curug Awang, di suatu lokasi yang agak sepi, kami melihat ada spanduk untuk menuju ke Curug Puncak Manik. Melewati jalan yang lumayan terjal dan berbatu, kami sampai dilapangan parkir yang ada pos tapi tidak ada penjaganya.
Suasanya sangat sepi karena dikelilingi hutan dan perkebunan, tidak terlihat jalan turun. Di kejauhan, di seberang bukit terlihat tangga turun ke lembah. Pastilah itu lokasi yang disebut Tangga 1.000. Meski belum mengetahu lokasi tepatnya, karena tidak ada di Google Maps, kamipun melanjutkan perjalanan.
Sampai di pertigaan Sukabumi-Ujung Genteng, kamipun mengambil arah ke Ujung Genteng. Dari titik ini terlihat sekali perbedaan mencolok kondisi jalan. Kondisi jalan menuju Ujung Genteng masih berupa aspal lama dengan lobang disana-sini. Berbeda dengan kondisi jalan beraspal mulus dari pertigaan hingga Puncak Darma-Jalan Baru (Loji).
Setelah agak lama di jalan, kami merasa ada yang salah, sepertinya kondisinya makin menjauh hahaha. Mampir di Pertamini sekaligus mengisi bensin, menurut info penjaga Pertamini, kami kelewatan jauh. Ancar-ancar nya yaitu Asrama Kostrad. Kami pun balik arah sampai ketemu Asrama Kostrad yang dimaksud, ternyata memang ada petunjuk arah ke Curug Puncak Manik tapi berupa papan kecil jadi tidak terbaca (dari Ciletuh arah kanan).
Memasuki jalan ini, kondisi jalan lebih parah, berbatu. Memasuki perkampungan yang lumayan sepi, sawanh dan lading akhirnya kami sampai di parkiran Curug Puncak Manik. Pengunjung sangat sepi. Di pinggir parkiran terlihat warung-warung/saung berjejer rapi, terlihat kelapa muda mendominasi dagangan mereka.

Setelah parkir (gak ada pembayaran tiket masuk), kamipun menuruni tangga yang disebut Tangga 1.000 ini. Tangga ini masih terkesan sangat baru ini terdiri dari anak-anak tangga yang berupa cor-coran, dan dipasang besi pengaman dikiri dan kanan sepanjang tangga yang berhiaskan gambar kujang, senjata tradisonal Sunda. Karena curugnya berada di lembah, tentu saja kondisi jalannya menurun, tapi tenang saja, berjalan santai tidak akan terasa. Tapi wajah kelelahan terlihat dari pengunjung yang kembali dari curug dengan trek mendaki hahahaha..
Trek naik/turun
Trek naik/turun
Trek naik/turun
Trek naik/turun
Di beberapa spot kita bisa berhenti sejenak sambil mengambil foto curug dikejauhan yang tentu saja bukan hanya curug tapi juga tebing dan hutan yang mengelilinginya.
View curug sepanjang perjalanan
View curug sepanjang perjalanan
View curug sepanjang perjalanan
View curug sepanjang perjalanan
Sampai di bawah, tidak terlihat pengunjung lain, hanya kami berdua. Terlihat satu warung dan saung tempat beristirahat pengunjung. Di depan mengalir Ciletuh. Di pinggir sungai terlihat pepohonan besar dan bebatuan menghiasi sungai. Sementara itu curugnya terlihat dua, dengan tinggi kira-kira 100 meter dengan tipe tail horse. Dengan debit yang besar (padahal sudah memasuki musim panas) begitu jatuh ke kolam, terbentuk tampias yang menyeruapai kabut menyelimuti area curug.
Indah nya Curug Puncak Manik

Indah nya Curug Puncak Manik
Indah nya Curug Puncak Manik
Indah nya Curug Puncak Manik
Aliran curug utama kemudian jatuh di tebing yang berwarna coklat kemerahan membentuk air terjun mini dan akhirnya jatuh membentuk kolam yang luas dan dalam selanjutnya mengaliri Sungai Ciletuh. Tebing antara dua curug inilah yang membatasi pengunjung untuk mendekati curug utama.
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik

Tebing yang berwarna coklat kemerahan terlihat kontras dengan rerumputan dan semak yang berwarna hijau, serasa berada di negeri lain.. hehehe. Tidak salah lagi, inilah curug tercantik di kawasan Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark.
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik
Curug Puncak Manik yang unik

Tengah asik menikmati keindahan curug ini, terlihat sepasang pengunjung beserta guide nya menuruni bukit, sepertinya mereka mengambil jalur yang pertama yang tidak jadi kami lalui. Jalurnya terlihat ekstrim, dengan menuruni bukit melalui jalan setapak di antara pepohonan dengan kemiringan yang curam. Sampai di bawah mereka menyeberangi sungai untuk sampai ke tempat kami.
Selesai mengambil foto, kami mampir istirahat di warung dan menikmati mie dan teh hangat. Meski daerah wisata dan memakan waktu dan tenaga ke curug ini, harga makanan dan minumannya sama dengan di luar, hanya beberapa ribu saja.
Setelah mengganjal perut, kami melanjutkan perjalanan, tentu saja kembali melewati Tangga 1.000. Kali ini saya berniat menghiung jumlah tangga... hmmm sampai di atas ternyata jumlahnya tidak sampai 1.000 melainkat sekitar 750, tapi lumayan dengan jumlah segitu membuat sport jantung. Jadi menurut warga lokal, sering kejadian pengunjung pingsan karena terlalu memaksakan diri. Jadi kalau kalian ke sini, jangan terlalu memaksakan diri, cobalah istirahat di sepanjang perjalanan.
Sampai di atas, kembali kami beristirahat, menikmati kelapa muda yang harganya hanya Rp. 5.000. Dari sini kita juga bisa menikmati Curug Puncak Manik dari sudut lain. Dari sini terlihat sawah yang membentang di kiri kanan aliran sungai. Tidak sia-sia mengunjungi curug ini. The Best....... !!!!
Curug Puncak Manik dari atas
Curug Puncak Manik dari atas

Link terkait:
- Pantai Loji, Curug Larangan, Curug Cilegok dan Puncak Darma
- Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung
- Curug Sodong, Curug Cikanteh dan Pantai Palangpang 
- Curug Awang dan Curug Tengah 
- Curug Puncak Jeruk  
- Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso 

Minggu, 20 Mei 2018

Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 4: Curug Awang dan Curug Tengah

Di hari kedua di Ciletuh, hari ini jadwal kami adalah mengunjungi 3 curug yang berdekatan yaitu Curug Awang, Curug Tengah dan Curug Puncak Manik. Sorenya kami mengunjungi Curug Puncak Jeruk.

10. Curug Awang
Curug ini berada di Desa Taman Jaya-Ciemas sekitar 45 menit dari Pantai Palangpang atau tempat kami menginap di Desa Cimarinjung. Curug ini berada di aliran Sungai Ciletuh bersama-sama dengan Curug Tengah dan Curug Puncak Manik.
Pagi-pagi sekitar jam 8 kami berangkat dari penginapan, mengambil arah ke Panenjoan atau ke arah Sukabumi/Ujung Genteng. Gak usah bingung karena ini adalah jalur lingkar/jalur utama. Sebelum Panenjoan di perkebunan kami melihat petunjuk arah ke Curug Awang dan Curug Tengah. Menyusuri jalan yang berjarak sekitar 1 km, kami mendapati jalan berbatu tanpa aspal. Mungkin karena lokasi ini adalah perkebunan kelapa sawit bukan jalan pemda makanya jalannya hanya berupa bebatuan bukan aspal.

Tanpa petunjuk arah, di suatu pertigaan di antara pepohonan kelapa sawit (atas petunjuk warga) hanya berjarak sekitar 50m kami sampai di lokasi parkir Curug Awang. Belum ada pengunjung saat itu dan penjaganya juga belum ada.
Dari parkiran kami berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah di cor ke arah kiri. Suasana sejuk karena banyaknya pepohonan dan pemandangan hijau sawah yang membentang menyambut kami. Terasa sekali suasana pedesaan. Hanya berjalan beberapa meter sudah terlihat Curug Awang di kejauhan. Curug yang fantastis, warna bebatuannya yang coklat kemerahan sangat kontras dengan suasana sekitarnya.
Pemandangan yang asri di sekeliling curug
Pemandangan yang asri di sekeliling curug
Kira-kira 50 meter kami sampai di rumah/warung, satu-satunya rumah/warung yang ada di sini. Mengobrol sebentar dengan pemilik warung, kami melanjutkan mendekati area curug. Menyisir pinggir sungai, semakin mendekati area curug, semakin terlihat kegagahan curug ini.
View di aliran atas curug
Sampai di ujung jalan, terdapat sebuah saung untuk beristirahat dan tempat untuk meikmati keindahan curug ini dari dekat. Dari seni terlihat aliran sungai dan terasering sawah, tidak terlihat rumah-rumah penduduk di area hulu. Konon dulunya tempat ini dikelilingi oleh hutan tapi karena adanya pembalakan liar jadinya hutan-hutannya sudah hilang.
Curug Awang
Curug Awang
Curug Awang
Terlihat aliran sungai yang tidak terlalu besar debitnya, mungkin karena mulai memasuki kemarau. Untungnya, kita bisa melihat warna air yang tidak keruh, kalau musim hujan, debit air sangat besar hingga menutupi bebatuan tapi airnya keruh/coklat. Revan turun ke bawah mendekati area curug alias ke bibir tebing untuk mengambil beberapa foto.

Untuk turun ke bawah, ke area bawah curug, kami turun melewati jalan setapak menuruni bukit, hanya kira-kira 50 meter dan lumayan terjal. Dari warung si bapak kita juga bisa turun mendekati curug dengan trek yang lebih landai.
Sampai di area curug, baru terlihat dengan jelas kegagahan curug yang tingginya sekitar 40m ini. Terlihat bebatuan besar menghiasi area curug, bebatuan bekas longsoran tebing akibat erosi dan pelapukan yang terjadi mungkin ratusan atau ribuan tahun lalu. Di area terpapar sinar matahari dan tampias kami menyaksikan pelangi yang menambah kecantikan curug ini.
Ada pelangi

Setelah puas menikmati keindahan curug ini kami beristirahat di warung si bapak sambil memesan mie rebus dan the hangat. Momen yang langka, menikmati sarapan dengan pemandangan curug dan hijaunya persawahan dan hutan…. Hehehehe. Harap di catat, harga makanan dan minuman di sini tidak beda dengan di luar, hanya beberapa ribu saja. Setelah sarapan dan mendapatkan pengarahan dari si bapak, kamipun melanjutkan ke Curug Tengah.
Menikmati sarapan
11. Curug Tengah
Kembali kepertigaan dekat pintu masuk, kami mengambil jalur kanan. Melewati persawahan terlihat Curug Awang di kejauhan. Sekitar 50 meter kami sudah sampai di bibir tebing di atas Curug Tengah.
Curug Awang dari kejauhan
Curug Awang dari kejauhan
Curug ini belum dikelola jadi belum ada akses jalan untuk turun ke area curug. Jadi kita hanya bisa menyaksikannya dari atas. Karenanya kami sangat hari-hati sekali karena berada di bibir tebing. Meski tidak terlalu tinggi (sekitar 20m) tapi debit airnya sangat deras jadi bisa dipastikan kolam di bawah curug sangat dalam.
Curug Tengah
Curug Tengah

Curug Tengah
Curug Tengah
Tidak banyak yan bisa dilakukan di area curug ini, kemudian kami kembali ke parkiran. Sekarang penjaga parkirnya sudah ada, setelah membayar ongkos parkir Rp. 5.000 (tidak ada biaya tiket masuk), kami melanjutkan perjalan menuju Curug Puncak Manik, yang sebenarnya berada di bawah Curug Tengah tapi kami harus jalan memutar karena aksesnya melewati Tangga 1.000.

Link terkait:
- Pantai Loji, Curug Larangan, Curug Cilegok dan Puncak Darma
- Curug Dogdog dan Curug Cimarinjung
- Curug Sodong, Curug Cikanteh dan Pantai Palangpang 
- Curug Puncak Manik  
- Curug Puncak Jeruk  
- Curug Luhur Cigangsa dan Curug Cikaso