Senin, 31 Desember 2018

Jelajah Majalengka Bagian 1: Terasering Panyaweuyan


Mengisi liburan panjang 22-25 Desember 2018 saya, masih ditemani Revan, Noey dan Sugi memutuskan 3 hari menjelajah Majalengka dan sehari ke Lembang. Awalnya ada beberapa opsi, yang awalnya ke Curug Putri di Carita dan dilanjutkan ke Sawarna, tapi entah mengapa rencana ini terlupakan, dan Alhamdulillah tidak jadi karena hari Sabtunya terjadi Tsunami. Opsi selanjutnya yanitu ke Ujung Genteng via Ciletuh touting dengan motor, namun karena pesertanya hanya 4 orang kamipun memutuskan ke Majalengka menggunakan mobil.

Sabtu, 22  Desember kami berangkat sekitar jam 5.30 pagi melewat jalur Puncak. Mengandalkan Maps, awalnya berjalan mulus hingga Cianjur tapi entah kenapa Google mengarahkan melewati Waduk Cirata. Tadinnya saya pikir melewati jalan pintas yang seharusnya jalan terus ke arah Padalarang. Memasuki jalan tol, di pertigaan ke Padalarang dan Bandung malah salah masuk tol dan keluar di Pasteur. Putar balik lagi masuk tol, kemudian baru masuk tol Cikopo ke arah Cirebon dan sempat beristirahat di KM97 untuk makan siang. Yang seharusnya sampai di Majalengka sekitar jam 10 malah sampai sekitar jam 2 siang.
Waduk Cirata di kejauhan
 Janjian ketemu dengan Ade, guide yang akan menemani kami selama di Majalengka. Pertama-tama adalah mengambil 2 motor yang sudah booking sebelumnya dan kemudian mencari penginapan. Kami mendapatkan penginapan dengan harga Rp. 200.000/malam. Penginapan yang lumayan tua dan agak kurang terawat tapi lumayan untuk sekedar menginap.

Karena sudah menjelang sore, dan tidak mungkin untuk mencari curug, kami memutuskan ke Terasering Panyaweuyan di Argapura. Jarak dari penginapan ke Argapura sekitar 1 jam perjalanan menggunakan motor. Dan motor adalah kendaraan yang direkomendasikan untuk ke spot ini.

Untuk ke Argapura sangatlah mudah karena ini adalah spot andalan Majalengka. Melewati jalan raya Maja nanti akan terlihat jelas petunjuk arah ke Argapura. Dari petunjuk arah, belok ke kiri ke jalan desa. Hanya saja jalan desa ini lumayan jelek apalagi mendekati terasering. Jalan kecil dengan kondisi menanjak, sehingga saya merekomendasikan untuk menggunakan motor ke sini.
Kondisi jalan di kawasan Argapura
Kondisi jalan di kawasan Argapura
Begitu memasuki wilayah terasering, terlihat pemandangan yang begitu mengagumkan. Sejauh mata memandang terlihat kebun bawang menutupi perbukitan yang berlapis-lapis. meskipun cuaca berkabut, malah menambah kecantikan kawasan ini. 
Salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Terasering di kala kabut
Menyusuri pinggang bukit, berkelok-kelok mengikuti kontur tanah kami memarkir motor di satu salah satu spot foto. Spot yang kami tuju adalah bukit yang membentuk seperti bukit Teletubbies. Menuruni bukit yang lumayan licin, kami meyusuri pematang berupa tanah merah. Dengan hiasan kabut membuat area ini cantik sekaligus misterius. 
Salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Selain memudahkan penanaman bawang, tersering juga dibuat agar tanah pertanian tidak longsor. Lereng-lereng bukit itu terkadang terlihat ekstrim dengan kemiringannya. Sehingga terkadang selain terlihat cantik juga terlihat ‘serem’ dan berbahaya.
Salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Revan di salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Ini saya !!! :D
Noey di salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Sugi di salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Revan di salah satu sudut Terasering Panyaweuyan
Matahari beranjak tenggelam. Dan kami pun pindah area untuk menikmti sunset. Matahari yang tenggelam di ufuk barat memberikan cahaya kemerahan. Dan pemandangan tambah cantik karena awan dan kabut yang berada di bawah seolah-olah kita berada di negeri di atas awan.
Dan seiring dengan tenggelamnya matahari kami pun meninggalkan Terasering Panyaweuyan, Argapura...
Suasana di kala sunset
Suasana di kala sunset
Suasana di kala sunset
Selfi dulu
Baca juga link terkait:
- Curug Tapak Kuda dan Curug Muara Jaya
- Curug Cipeuteuy

Hunting Curug di Puncak Bagian 4: Curug Pariuk, Curug Naga dan Curug Barong


Mengobati kekecewaan karena tidak bisa body rafting Curug Naga di kunjungan terakhir ke Curug Panjang maka tanggal 24-25 November 2018 saya memutuskan kembali ke Wana Wisata Curug Panjang. Kali ini saya ditemani Revan, Noey dan Sugi. Jadwal kunjungan kali ini adalah berkemah semalam di Bumi Perkemahan Curug Panjang dan besok paginya body rafting Curug Naga.

Mmmenggunakan 2 motor kami menuju Curug Panjang melewati rute Katulampa dan tembus Gadog. Buat yang membaw mobil harap diingat bahwa jalur ini tidak bisa di lewati oleh mobil karena melintasi Bendungan Katulampa hanya bisa dilewai oleh kendaraan roda 2. Karena tujuan utama adalah Curug Naga besok paginya, jadi kami berangkat sesudah makan siang. Untuk rute ke Curug Panjang bisa di baca di artikel sebelumnya di sini.

Sampai di Curug Panjang sekitar jam 2 siang kemudian menghubungi petugas yang jaga loket untuk memberitahu tujuan kesini yaitu berkemah dan body rafting. Karena area yang yang berada di bawah dekat loket sudah dipenuhi tenda-tenda, kami mengambil sisi kanan atas dekat tebing. Setelah memasang tenda kemudian bersantai-santai sambil berselfie di spot foto yang disediakan. Tidak beberapa lama kemudian area sekitar ditutpi oleh kabut dan disusul dengan hujan lebat dan angin kencang. Dan kami baru sadar bahwa kami salah memilih area kemping. 
Hammock-an
Spot foto di saat kabut
Menikmati makan malam dengan suasana dingin dan kena tampias hujan tidak mengurangi keceriaan dan kebersamaan kami. Karena tenda Noey/Sugi single layer dan basah, gak sadar pas bangun pagi ternyata keduanya tidur di mushola yang tidak jauh dari tenda kami.
Pagi-pagi, cuaca masih mendung. Untuk ke Curug Naga kami perlu informasi dari petugas apakah aman atau tidak. Untuk mengisi waktu kami terapi ikan di kolam yang ada di sini, ikan-ikan kecil yang memakan kulit-kulit mati kaki kita sehingga seperti di massage hahahha.
Sarapan pagi
Fish massage
Jam 9 kami di perbolehkan body rafting dengan guide nya anak bapak yang jaga loket, namanya Asep. Sebelum berangkat kami membayar emua biaya-biaya dengan rincian:
1.      Tiket berkemah Rp. 25.000/orang (kalau cuman ke Curug Panjang Rp. 12.500)
2.      Biaya spot selfie+terapi ikan Rp. 25.000/orang
3.      Bofy rafting 3 curug yaitu Curug Pariuk, Curug Naga dan Curug Barong (kalau 1 curug Rp. 85.000 dan 2 curug Rp. 110.000) Rp. 135.000 minimal 5 orang. Karena kami hanya berempat jadi tetap bayar minimal untuk 5 orang.
Untuk body rafting perlengkapan keselamatan berupa life vest dan helmet harus terpasang. Untuk guide, dilengkapi dengan webbing/tali. Setelah semua lengkap kami menuju ke arah sungai. Tujuan pertama adalah Curug Barong, melewati trek berupa jalan setapak yang agak tersembunyi yang berada tidak jauh dari lokasi perkemahan. 
Persiapan rafting
Setelah menuruni bukit yang berjarak sekitar 100m, sampai di bawah aliran sungai langsung sampai di depan Curug Pariuk. Meskipun tinggi curug ini hanya sekitar 5-6 meter, tapi airnya sangat deras. Air kolamnya berwarna hijau dan bening tidak terlihat keruh meskipun habis dilanda hujan deras malam sebelumnya. 
Curug Pariuk
Hal pertama yang kami lakukan adalah loncat dari tebing sebelah kanan. Pertama saya yang loncat dan diikuti oleh Sugi. Malang saat itu Sugi terbawa arus balik dan di tarik ke arah air terjun, untunglah dibantu oleh guide kami. Karena kejadian tersebut, Noey dan Revan tidak jadi loncat.
Selanjutnya menyusuri sungai yang berarus deras, melewati bebatuan yang ada di pinggir sungai dan meloncat ke sungai dan mengikuti arus. Selanjutya sampai berenang melintasi leuwi untuk mencapai pinggir sungai.
Loncat dari tebing
Menyelamatkan Sugi :D
Befoto bersama di depan Curug Pariuk
Menyusuri sungai menuju Curug Naga
Menyusuri sungai menuju Curug Naga
Menyusuri sungai menuju Curug Naga
Selanjutnya naik ke bukit dan trekking untuk kembali menuruni bukit. Kali ini jalurnya ekstrim sehngga kita harus menggunakan tali yang sudah terpasang di jalur trek. Sampai di bawah kami menemukan Curug Naga, curug yang menjadi tujuan utama kami. 
Menuruni tebing
Menuruni tebing
Menuruni tebing
Curug Naga ini terdiri dari 2 tingkat, tingkat pertama tersembunyi dibalik tebing dengan total tinggi sekitar 25 meter. Untuk melihat curug ini keseluruhan, kita harus memanjat tebing yang ada dibagian kanan yang tingginya sekitar 8m. Dari tebing ini kita juga bisa loncat, dan kali ini hanya saya yang loncat dari ketinggian 8 meter ini.
Curug Naga
Curug Naga
Berfoto di depan Curug Naga
Agak berbeda dengan Curug Pariuk yang arusnya bisa menarik kita, di Curug Naga ini tidak, arus nya membuat kita mejauh dari curug. Untuk ke curug bagian atas, kita harus memanjat tebing yang tingginya sekitar 2 meter, cuman sayang mencoba berulang kali saya tidak bisa naik karena dihempas oleh arus karena debit air sangat besar saat itu.
Terjun di Curug Naga
Melanjutkan perjalanan, selanjutnya melintasi arus yang sangat deras, menggunakan tali untuk mencapai bebatuan di seberang dan selanjutnya menyusuri arus sungai hingga sampai di atas leuwi yang luas. Meskipun di titik ini terlihat tidak bahaya tapi di sini lah saya terseret arus karena terjatuh dibantu oleh guide kami agar tidak terseret arus bawah.
Trek dari menuju Curug Barong
Trek dari menuju Curug Barong
Trek dari menuju Curug Barong
Trek dari menuju Curug Barong

Melewati leuwi dengan berenang, selanjutnya melwati trek terakhir yang tidak begitu curam hingga kembali lagi ke sisi sungai. Di sini kami sudah memasuki area Curug Barong, hanya saja kami harus melewati leuwi yang luas dan dalam. Melewati leuwi ini selanjutnya berjalan sekitar 100m hingga bertemu Curug Barong
Trek ke Curug Barong
Trek ke Curug Barong
Trek ke Curug Barong
Curug Barong ini sangat cantik meski terasa aura mistis di sini. Di kelilingi oleh tebing basah oleh aliran mata air-mata air yang membentuk tirai-tirai. Karena di keliling tebing dan pohon-pohon besar, suasana begitu temaram. Sama seperti 2 curug sebelumnya, air di sini sangat bening dan dingin. Hanya saja, suasana di curug ini membuat kami betah berlama-lama di sini. Untuk bermain air, kami hanya di aliran curug karena di dekat curug terlihat berbahaya. 
Area Curug Barong
Curug Barong
Curug Barong
Sekitar jam 12 kami mengakhiri trek ini. Trek yang berbeda dengan kunjungan ke curug-curug sebelumnya. Meskipun badan terasa sakit tapi kami sangat puas karena petualangan kali ini benar-benar di luar perkiraan.
Buat kalian yang mau ke sini siapkan mental dan fisik, gunakan jalur legal dan jangan menggunakan jalur ilegal tanpa menggunakan guide. Jangan melepas peralatan keselamatan dan satu lagi, kalau mau berfoto gunakan kamera/hp anti air.

Link terkait:

Eksplor Desa Puraseda 5: Curug Cisuren dan Curug Cisaat

Rencana awal yang hanya mengunjungi Curug Puraseda danCurug Tengah sekarang bertambah karena bertemu teman baru. Kali ini kami di ajak ke Curug Cisuren dan Curug Cisaat. Curug Cisuren masih ada di sekitaran Curug Puraseda (Kampung Cengal) sementara Curug Cisaat berada di Kampung Cisaat.

Trekking melewati jalan yang tadi kami lalui, mengikuti jalur sungai nanti kita akan bertemu pertigaan dimana ada aliran sungai kecil disebelah kiri atau sebelah kanan kalau dari parkiran. Menyeberang sungai kecil ini kemudian kita memasuki kebun masyarakat. Di kebun ini terlihat banyak pohon duren yang siap panen. 

Setelah melewati kebun sekitar 100m dikejauhan terlihat 2 curug yang berdampingan  Curug Cisuren. Di sebelah kanan curugnya lebih kecil dibanding yang sebelah kiri. Tapi kalau curah hujan sedang tinggi, debit air di kedua curug ini akan berlimpah. 

Curug ini lumayan tinggi, sekitar 20m dengan lebar sekitar 5m dan membentuk dua undakan. Untuk ke undakan pertama kita harus melewati tebing batu hingga sampai di bawah air terjun. Di undakan pertama ini kita bisa berbaris untuk berfoto bersama tapi harus hati-hati jangan sampai tergelincir. Di bawah tidak terdapat kolam sehingga kita tidak bisa berenang di sini hanya bermain air di bawah guyuran air terjun. 
Curug Cisuren
Curug Cisuren
Curug Cisuren
Setelah mengambil beberapa foto bergantian kami melanjutkan perjalanan, tujuan selanjutnya adalah Curug Cisaat.
Karena Curug Cisaat berbeda lokasi/arah dari 3 curug sebelumnya, kami hars balik lagi ke lokasi parkiran/start awal. Sebelum jembatan, kami berbagi kelompok, 4 orang ke parkiran mengambil motor dan sisanya memotong jalan melewati persawahan hingga mencapai jalan utama menuju Kampung Cisaat. Di sebuah warung/satu-satunya warung diarea ini, sebelum jembatan kami parkir motor dan beristirahat sambil ngemil. Oh iya, sebenarnya di warung ini kita bisa parkir untuk mencapai 4 curug ini sekaligus, jadi kita cuman bayar parkiran satu kali.
Warung tempat parkiran ke Curug Cisaat
Setelah mengganjal perut, kami melanjutkan perjalanan menuju Kampung Cisaat. Ada 2 alternatif di sini, lewati jalur sungai ke hulu atau melewati jalan menanjak dan berbatu. Kami memilih berangkat melewati jalan biasa dan pulangnya melewati trek sungai.
Sekitar 50 meter dari warung setelah jembatan ada pertigaan, kanan ke Kampung Cisaat dan lurus ke Kampung Citugu. Maengambil jalur kanan, kami melewati jalan berbatu dan menanjak. Di jalur ini kita juga bisa melihat satu air terjun di bukit sebelah kanan yang belum di explore. 
Gapura Kampung Cisaat
Trek ke Curug Cisaat
Beberapa ratus meter berjalan, kemudian ada jalan setapak ke arah kanan kemudian menuruni bukit (buat yang belum tahu bisa bertanya ke penduduk lokal atau membawa guide). Menuruni bukit yang lumayan terjal dan licin karena lokasi ini belum dibenahi dan belum dikelola. Karena licin beberapa anggota harus ‘ngesot’ hahaha. Sekitar 100-200 meter ke bawah kita bisa menemukan Curug Cisaat.
Menuruni bukit
Curug ini realatif baru diekspos, jadi masih jarang pengunjung kesini. Terdapat 2 undakan. Untuk ke atas harus benar-benar hati-hati karena bebatuannya sangat licin. Mempunyai ketinggian sekitar 20 meter dan pada saat kami datang airnya masih berwarna hijau, bening dan dingin. Karena kami sudah berniat mandi di sini, kamipun berenang di kolam yang tidak begitu luas yang ada di bawah curug yang dalamnya sekitar 1 meter. Rasanya benar-benar menyegarkan sehingga kami lumayan lama di sini.
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Sekitar jam 13.30 kami harus turun karena mulai gerimis dan air mulai berubah keruh. Menyusuri sungai, kami melewati bebatuan besar dan mennyeberangi sungai yang harus membuat kami ekstra hati-hati. Terdapat juga satu curug kecil di tengah perjalanan. 
Jalur sungai via jalur sungai
Jalur sungai via jalur sungai
Curug kecil di trek sungai
Kembali ke parkiran
Sampai di warung dan berganti pakaian kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Tidak lupa membayar uang parkir Rp. 5.000 walaupun tidak ada tarif khusus. Dan seperti perkiraan kami, di tengah perjalanan kami diguyur hujan lebat dan angin kencang. Dan istirahat sejenak menikmati makan siang yang telat adalah suatu kebahagiaan tersendiri.
Menikmati makan siang yang terlambat
 Link terkait: