Rabu, 05 Februari 2014

Fenomena Enam Letusan Gunung Api Terhebat Dalam Sejarah

Letusan Gunung Tambora
Gunung Tambora. | google map
Gunung layaknya pemimpin, berdiri paling tinggi membawahi semesta yang hidup tentram di bawahnya. Bentuk piramidnya, melengkapi lanskap dengan sempurna. Saat cuaca bersahabat, gunung ramah didaki, menjajakan wahana bagi petualang.

Tiba pada satu titik, gunung mengeluarkan kepulan asap, seakan bersiap memuntahkan lahar panas mematikan. Letusan hebat pernah terjadi di Gunung Merapi, Indonesia. Dampaknya tak hanya menghampiri penduduk, tapi juga mempengaruhi iklim, mengubur peradaban yang dulu ada, serta mengacaukan perekonomian. 

Menjelajah gunung berapi di seluruh dunia, setidaknya ada enam fenomena letusan hebat yang pernah terjadi. Berikut ini ulasannya.

Gunung Thera, Yunani

Letusan Minoa di Thera
Gunung Thera.
Gunung ini meletus pada 1600 SM, menghancurkan kota-kota di sekitar, sekaligus memusnahkan peradaban Minoan. Ledakan hebat Zaman Perunggu itu mengirim abu vulkanik setinggi 22 mil ke atmosfer, kemudian berhembus hingga ke daratan Turki, Mesir dan Laut Hitam. Selanjutnya, rombongan abu panas terbawa arus ke Laut Aegean, menyebabkan tsunami besar dan menghancurkan wilayah pesisir pulau-pulau Yunani.

Letusan Minoa di Thera, juga disebut letusan Thera atau letusan Santorini, adalah letusan gunung berapi (VEI = 6, DRE = 60 km3) yang diperkirakan terjadi pada pertengahan milenium kedua SM. Letusan ini merupakan salah satu peristiwa gunung berapi terbesar di Bumi. Letusan ini menghancurkan pulau Thera, termasuk peradaban Minoa dan Akrotiri dan juga komunitas dan wilayah agrikultur disekitar pulau dan pantai Kreta. Letusan ini merupakan salah satu penyebab runtuhnya peradaban Minoa.

Gunung Vesuvius, Italia

Letusan Gunung Vesuvius
Gunung Vesuvius.
Merupakan salah satu gunung berapi paling berbahaya di dunia, amarahnya pada tahun 79 SM, melenyapkan 3 juta populasi di dekatnya. Vesuvius telah menunjukkan tanda-tanda sebelum letusan besar, yang paling dramatis adalah gempa bumi kuat 17 tahun sebelumnya.

Dalam beberapa jam setelah letusan, kota-kota dikubur abu vulkanik, matahari terkurung hingga wilayah itu gelap gulita. Abu juga menimbun Kota Pompeii, menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja.

Gunung Tambora, Indonesia

Letusan Gunung Tambora
Kawah Gunung Tambora.
Letusan dashyat berikutnya singgah di Indonesia. Kali ini datang dari Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Tahun 1815, Tambora memuntahkan magma yang mengakibatkan perubahan iklim. Volume magma sekitar 24 kilometer kubik, lalu ada beberapa juta ton sulfur dioksida yang dikeluarkan dari perutnya. 

Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter, pada endapan piroklastik. Artefak ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan pada tahun 1815. Ciri-ciri inilah yang menyebabkan temuan sering disebut sebagai Pompeii dari timur.

Gunung Krakatau, Indonesia

Letusan Gunung Krakatau
Gunung Krakatau.
Masih berkutat di wilayah Indonesia, letusan berikutnya dimiliki Gunung Krakatau pada 1883. Kejadian ini menimbulkan kebisingan dan gelombang ke seluruh dunia. Letusan menciptakan awan abu setinggi 37 mil, "menutup" langit pulau Jawa dan Sumatera, serta menewaskan hingga 36.000 orang.

Ketika gunung meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Semua itu menunjukkan bahwa teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Gunung Pelee, Martinique

Letusan Gunung Pelee
Gunung Pelee.
Gunung Pelee di Pulau Karibia, Martinique, meletus pada 1902. Telah disebut sebagai bencana gunung berapi terburuk dari abad keduapuluh. Dilansir randomhistory, lebih dari 30 ribu orang diperkirakan tewas dalam letusan itu. Aliran lava piroklastik melesat menuju pusat kota St Pierre, di bawah waktu satu menit menghancurkan segalanya dengan seketika. Namun St. Pierre telah hidup kembali, dan berkembang pesat menjadi daerah pariwisata.

Gunung Mont Pelee (play /pəˈleɪ/; bahasa Perancis: Montagne Pelée "Gunung Gundul") adalah sebuah gunung di Prancis yang meletus dan menghancurkan Kota St. Pierre beserta 30.000 warganya pada tahun 1902. Gunung berapi itu meletus pada pagi hari dan tercatat sebagai salah satu letusan gunung terbesar yang paling banyak menimbulkan korban jiwa dalam sejarah selain letusan Gunung Krakatau dan Gunung Tambora di Indonesia.  St. Pierre adalah sebuah desa di Pulau Martinique dan kini menjadi daerah pariwisata.

Gunung Eyjafjallajökull, Islandia

Letusan Gunung Eyjafjallajökull
Gunung Eyjafjallajökull.
Baru saja terjadi pada 2010, abu vulkaniknya membatalkan 10 ribu penerbangan yang membawa 10 juta penumpang selama beberapa minggu. Kekacauan perjalanan ini belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Eropa dan dunia. Membuat kerugian miliaran Euro, serta merosotnya perekonomian.

Letusan Eyjafjallajökull 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang terjadi di Eyjafjallajökull di Islandia. Aktivitas seismik dimulai pada akhir 2009, dan menyebabkan letusan gunung berapi pada tanggal 20 Maret 2010. Letusan pada tanggal 14 April 2010 menyebabkan gangguan perjalanan udara di Eropa dari tanggal 15 April, yang memengaruhi rencana perjalanan jutaan penumpang.

Letusan gunung berapi Eyjafjallajökull pada 14 April 2010 juga telah memengaruhi berbagai kegiatan ekonomi, politik, dan budaya di Eropa dan seluruh dunia.

Terjadi gangguan perjalanan udara yang luas yang disebabkan oleh tertutupnya wilayah udara di banyak negara. Hal in memengaruhi rencana perjalanan ratusan ribu orang di Eropa dan tempat-tempat lainnya. Banyak acara olahraga dan hiburan yang dibatalkan, juga rencana perjalanan kenegaraan berbagai politisi dan anggota kerajaan.

Pemakaman kenegaraan Presiden Polandia Lech Kaczyński dan istrinya pada 18 April 2010 juga ikut terpengaruh karena beberapa pemimpin negara lain tidak bisa datang, termasuk Barack Obama, Stephen Harper, Angela Merkel, dan Nicolas Sarkozy.

Eyjafjallajökull (dibaca [ˈɛɪjaˌfjatlaˌjœkʏtl̥], Tentang suara ini dengarkan (bantuan·info)) adalah salah satu gletser kecil di Islandia. Eyjafjallajökull terletak di sebelah utara Skógar dan disebelah barat sebuah gletser yang lebih besar, Mýrdalsjökull.

Kantong es dari gletser menutupi sebuah gunung berapi (tinggi 1.666 m (5,470 kaki)) yang telah relatif sering meletus sejak Zaman Es.

Letusan Pertama
Pada akhir Desember 2009, aktivitas seismik dimulai disekitar daerah gunung berapi Eyjafjallajökull, dengan ribuan gempa bumi kecil (kebanyakan 1-2 Mw, 7-10 kilometer dibawah gunung berapi) Dari tanggal 26 Februari 2010, peralatan Global Positioning System (GPS) yang digunakan oleh Institut Meteorologi Islandia di ladang Þorvaldseyri di daerah Eyjafjöll (sekitar 15 kilometer tenggara lokasi letusan sebelumnya) telah menunjukkan perpindahan sebanyak 3 sentimeter dari kerak lokal di arah selatan, tempat perpindahan 1 sentimeter itu terjadi dalam 4 hari. 

Aktivitas seismik yang tidak biasa ini yang bersamaan dengan gerakan cepat kerak Bumi di daerah itu memberi bukti geofisikawan bahwa magma telah mengalir dari bawah kerak Bumi ke dalam kantung magma dari gunung berapi Eyjafjallajökull dan bahwa tekanan yang berasal dari proses yang menyebabkan (dalam istilah geofisika) perpindahan kerak yang besar di ladang Þorvaldseyri. Aktivitas seismik ini terus meningkat dan, pada 3-5 Maret, telah terukur kira- kira 3.000 gempa bumi di pusat gempa vulkanik. Sebagian besar terlalu kecil (2 magnitude) untuk dibaca sebagai pertanda letusan, tetapi beberapa bisa terdeteksi di kota-kota disekitarnya. Letusan tersebut diperkirakan telah dimulai pada 20 Maret 2010, beberapa waktu antara 22:30 dan 23:30 pm waktu lokal (UTC), beberapa kilometer di sebelah timur gletser di lereng utara gunung Fimmvörðuháls.

Letusan Kedua
Pada 14 April 2010 Eyjafjallajökull kembali meletus setelah beberapa hari tidak meletus, kali ini di pusat gletser, menyebabkan es yang meleleh membanjiri sungai didekatnya dalam 2 arus di kedua sisi gunung berapi dan memaksa 800 orang dievakuasi. Jalan disepanjang sungai Markarfljót telah hanyut di beberapa titik.

Tidak seperti letusan sebelumnya, letusan kedua terjadi di bawah lapisan es glasial. Air dingin dari es yang meleleh mendinginkan lava dengan cepat dan menjadikannya awan yang mengandung kaca, menciptakan partikel kaca kecil yang bisa dibawa ke awan letusan. Bersama dengan magnitude letusan, diperkirakan 10 sampai 20 kali lebih besar daripada yang terjadi di Fimmvörðuháls, membuat awan abu kaya kaca di atmosfer bagian atas yang sangat berbahaya bagi pesawat terbang.

Pada 16 April 2010 pada 12:00 GMT letusan berlanjut. Perkiraan untuk 17 April pada 06:00 menunjukkan sebuah awan abu yang signifikan berlanjut di Eropa bagian utara.



Berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar