Senin, 29 Desember 2014

Tempat-Tempat Penuh Pesona di Sulawesi Selatan

Pantai Losari, salah satu icon wisata Makassar. Foto: pecintawisata
Sulawesi Selatan menyimpan sejumlah ragam potensi wisata. tak hanya wisata pantai, air terjun maupun kulinernya. Namun, yang tak kalah menarik dan menakjubkan, di daerah ini juga terdapat kawasan bukit atau gugusan karst terluas di dunia selain karst di Cina Selatan dan Vietnam.

Rammang-Rammang _ Maros
Rammang-Rammang – Kab. Maros. Foto: Ruslin Halim
Salah satu potensi Objek wisata tersebut adalah  “Rammang-Rammang”. Dengan luas wilayah sekitar 43 Ha, berada di Gugusan Pegunungan Kapur (karst) Maros-Pangkep dan masih dalam wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, tepatnya berada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.

Indahnya panorama pebukitan karst dengan warna batuan dominan hitam diantara aliran sungai dan hamparan persawahan tersebut, ditambah bentuknya unik, pahatan alam yang eksotik  dengan bentuk dan model serta tinggi yang bervariasi mulai dari beberapa centi meter sampai puluhan meter, menjadi pemadangan yang  sungguh luar biasa menakjubkan. kawasan ini juga menyajikan keindahan lanskap bagai jejeran etalase keragaman perpaduan geodiversity, biodiversity dan cultural diversity yang tak ada tandingannya.

Arti kata Rammang-Rammang sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yaitu Bahasa Makassar,  yang bisa diartikan sebagai awan atau kabut.  Menurut cerita penduduk setempat, tempat ini diberi nama Rammang-Rammang dikarenakan awan atau kabut yang selalu turun terutama di pagi hari atau ketika hujan.

Untuk melihat pesona keindahan kawasan karts ini, dapat dilakukan dengan berjalan kaki atau lewat jalur sungai,  namun yang harus diperhatikan, di kawasan ini belum tersedia  penginapan, jadi jika punya rencana untuk bermalam disana homestay rumah warga setempat adalah solusi terbaik.

Nah bagi Anda yang ingin berwisata dan berpetualang di bukit karts Rammang-rammang ini, jarak tempuh sekitar 40 km atau 60 menit dari Kota Makassar, atau sekitar 30 menit dari Bandara.

Tongkonan & Makam Tebing Ke'te Kesu _ Toraja
Tongkonan Ke'te Kesu di Kab. Toraja Utara.
Tongkonan merupakan Rumah Khas Tanah Toraja, sulawesi Selatan. Tongkonan ini sangat identik dengan ukiran khas toraja. ini juga merupakan pusat kehidupan sosial masyarakat karena terkait dengan prosesi ritual dengan dengan leluhur, selain pusat ritual, tongkonan juga sebagai rumah tinggal, kegiatan sosial, upacara adat dan membina kekerabatan. Ornamen berupa tanduk kerbau di depan tongkonan melambangkan kemampuan ekonomi pemilik rumah saat upacara penguburan anggota keluarga. pembuatan tongkonan juga sarat dengan makna, semua ornamen yang terpasang hingga warna memiliki makna tersendiri.
Tengkorak di pemakaman kuno Toraja di Ke'Te Kesu.

Pulau Badi – Kab. Pangkep

"Pulau Badi; Eksotisme dari Spermonde"
Pulau Badi – Kab. Pangkep. Foto: Akbar Jaya
Sabtu (25/10) sebuah kapal mesin bertolak dari Pelabuhan Paotere. Meninggalkan dermaga yang diisi deretan kapal rakyat yang menepi. Tujuannya adalah Pulau Badi’. Deru mesin kapal membawa puluhan penumpang menuju pulau di perbatasan Kabupaten Pangkep dan Makassar ini. Langit cerah merekam puluhan warga

Bersama puluhan warga dengan tujuan yang sama, kami akan menyambangi pulau yang menjadi wilayah konservasi terumbu karang terbesar di dunia ini. Kapal penumpang kemudian bertolak pada pukul 11.30 Wita meninggalkan pelabuhan rakyat Paotere‘ Makassar.

Letak geografis pulau Badi’ berada dalam Kabupaten Pangkaje’ne Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan. Sebagai salah satu pulau dalam gugusan Kepulauan Spermonde, Pulau Badi’ belumlah akrab di telinga masyarakat. Ketika menyebutnya dalam status BBM, masuklah pesan beruntun yang menanyakan keberadaan pulau tersebut. Dari penduduk Makassar sendiri hingga penduduk Pulau Jawa.

Kapal Mesin yang dioperasikan oleh warga Pulau Badi’ pun menepi tepat pukul 13.00 Wita di dermaga. Kami disambut pantulan hijau dan birunya air laut. Semakin dekat ke bibir pantai, pasir putih di dasar laut semakin terlihat jelas. Snorkling di sekitar dermaga bisa menjadi pilihan menyenangkan. Belum lagi rapatnya terumbu karang di pulau ini. Bagi penikmat diving, ini serpihan surga yang terselip lautan.  Oleh : Nurul Fajrin

Air Terjun Parangloe – Gowa
Air Terjun Parangloe – Gowa
Banyak penikmat wisata alam mengatakan air terjun Parangloe merupakan air terjun yang paling indah di Sulawesi selatan karena memiliki karakteristik air terjun yang bertingkat dengan susunan batu yang menarik.  Tempat ini masih sangat alami dan masih jarang orang yang berkunjung. Untuk sampai dilokasi harus melewati jalan berbatu dan menuruni jalan setapak yang lumayan terjal. Air terjun ini berada di kabupaten gowa, kecamatan parangloe sulawesi selatan, tidak jauh dari jalan poros Makassar-Malino dan berjarak kurang lebih 25 kilo meter dari kota Makasar.

Pulau Kodingareng – Makassar
Pulau Kodingareng Keke - Makassar. Foto: Muh Mizanul Haq
Pulau Kodingareng Keke dapat di tempuh sekitar 1/2 hinga 2 jam perjalanan menggunakan perahu mesin yang ada di pelabuhan kayu bangkoang, Makassar.

Pantai Semboang – Bulukumba
Pantai Semboang – Bulukumba
Pantai semboang terletak di desa Ekatiro, kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba. Pantai ini dikelilingi oleh bukit yang hijau. Dengan pasir yang putih menambah keindahan tempat ini, tetapi karena belum mendapat perhatian lebih dari pihak pemerintah sehingga keindahan sedikit terganggu oleh sampah dari laut yang terdampar di pinggiran pantai. 

Di tempat ini kita bisa menyaksikan langsung matahari terbit, akan tetapi tidak bisa menyaksikan matahari tenggelam atau sunset karena terhalang oleh bukit. Menurut warga sekitar, jika kita berjalan dipinggiran pantai ke arah barat maka akan tembus ke pantai bira. Meskipun sedikit jauh, pantai semboang terhubung langsung dengan pantai Bira. Dari segi keindahan pantai dan pasir yang putih sedikit memiliki kesamaan dengan pantai Bira. Tempat ini ramai dikunjungi pada waktu libur, sebagian dari warga bulukumba sendiri yang ingin mencari suasana baru menikmati wisata pantai.

Air Terjun Barambang - Sinjai
Air terjun Barambang, terletak di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.  Foto: Chaerum
Salah satu tempat yang menawarkan kesejukan adalah air terjun Barambang, terletak di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Untuk sampai di tempat itu kita harus menempuh jarak sekitar 10-20 km menuju Sinjai Borong dari jalan poros Tanete-kota Sinjai. Akses menuju tempat tersebut lumayan berkelok-kelok dan jalanan sempit, namun pemandangan sepanjang jalan akan membuat kita lupa untuk mengeluh, karena jalan yang dilewati penuh lubang yang siap mengayun kita di atas kendaraan.

Jika ingin berhadapan langsung dengan air terjun dan merasakan bulir-bulir air menyapa kulit, kita harus menuruni tangga yang lumayan tinggi, orang sekitar biasa menyebutnya tangga seribu. Mungkin karena tingginya dan menguras tenaga untuk melewati tangga itu sehingga tangga seribu adalah kata yang pas untuk menggambarkan kondisi tersebut.

Air terjun Barambang, terletak di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. 


Yuup itulah Tempat-Tempat Penuh Pesona di Sulawesi Selatan, bila ada yang ingin menambahkan silahkan lampirkan pada kolom komentar... :)

Semoga bermanfaat dan Selamat Ber-Petualang



Sumber: Foto dan Artikel dirangkum dari SEMPUGI.ORG

Senin, 22 Desember 2014

Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki

Foto yang menampilkan 2 ekor Yaki (Macaca Nigra) dan satwa lain hasil buruan yang sudah mati. Sumber: Facebook
Tak patut dicontoh #KamiMaluMner #ShamebyYouMner
Keprihatinan kembali dilontarkan pemerhati lingkungan dan konservasi di Sulawesi Utara. Masih segar kasus pemilik akun Facebook yang diduga merupakan anggota polisi hutan ketika mengunggah foto saat menyembelih Yaki (monyet hitam Sulawesi | Macaca Nigra), kini sebuah akun Facebook yang menurut informasi diduga adalah milik seorang dosen di Fakultas Hukum UNSRAT menampilkan foto dirinya dan 2 ekor Yaki hasil buruannya lengkap dengan senapan berburu. 

Kondisi ini jelas merisaukan, karena hewan yang terancam punah tersebut merupakan satwa yang dilindunggi di Indonesia  sesuai Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999. Dan lebih miris lagi adalah terduga pelaku merupakan seorang Dosen Fakultas Hukum di sebuah universitas kebanggaan di Sulawesi Utara, yang seharusnya memberikan contoh yang baik bagaimana menerapkan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah seperti disebutkan diatas untuk melindungi satwa endemik tersebut.

Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki
Postingan dinding salah satu akun yang mempertanyakan kejadian tersebut. Sumber: Facebook
Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki
Foto ini tercatat diunggah ke Facebook pada tanggal 19 Desember 2014. Sumber: Facebook
Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki
Foto tersebut dishare di Fanpage/Halaman Manado tertanggal 22 Desember 2014. Foto: Facebook
Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki
Foto tersebut dishare di Fanpage/Halaman Ibu Kota Manado tertanggal 23 Desember 2014. Foto: Facebook

Kejadian ini menuai banyak komentar miring mengenai apa yang ditampilkan dalam foto yang tercatat diunggah ke jejaring sosial Facebook pada tanggal 19 Desember 2014 (pukul 11.18).
Berikut adalah link/tautan akun tersebut KLIK DISINI



Sekilas...

"Monyet-monyet bagai bayi Balita itu dibantai untuk kepuasan perut"Simomot.com
Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki
Daging yaki siap dimasak untuk konsusmi. Foto dari Facebook PPST via Mangobay Indonesia.
Tangan-tangan yang hangus seperti tangan Balita itu meregang keluar dari ember yang berisi potongan-potongan daging tubuhnya yang berwarna merah. Itulah nasib seekor monyet hitam sulawesi atau yaki (Macaca nigra) di tangan pemburu yang membantainya. Keberadaan primata yang secara fisiologis, genetik, bahkan anatomi memiliki kedekatan dengan manusia itu memang semakin lama semakin menipis karena diburu untuk bahan utama kulinari alias pengisi perut.

Aktivitas perburuan dan perdagangan monyet ini telah menyusutkan secara cepat populasi Yaki hingga 80 % dalam tiga puluh tahun terakhir. Harry Hilser, Field Project Manager Yayasan Selamatkan Yaki, pada medio 2013 sebagaimana ditulis Mongabay Indonesia (mangobay.co.id), mengatakan fenomena ini menempatkan Yaki pada kategori hampir punah. Padahal, sebaran Macaca di seluruh dunia hanya berkisar 23 jenis, yang 7 jenis di antaranya berada di Pulau Sulawesi, sementara Macaca Nigra hanya bisa ditemukan di Sulawesi Utara.

Saroyo, pakar primatologi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), seperti dilansir Mangobay Indonesia, menyodorkan sejumlah referensi untuk menunjukkan penurunan jumlah populasi yaki yang merupakan salah satu hewan atau binatang endemis Indonesia di Cagar Alam Tangkoko, dalam tiga puluh tahun terakhir. Pada tahun 1978 densitas di Cagar Alam Tangkoko 300 ekor/km2. Sepuluh tahun kemudian, 1987-1988, populasi Yaki menurun drastis  atau hanya tersisa 76,2 ekor/km2, dan pada tahun 1999 densitas di Cagar Alam Tangkoko tinggal 58,0 ekor/km2.

Padahal, menurut Saroyo, pemburu, pedagang dan konsumen berpotensi tertular penyakit yang diidap yaki. Karena, banyak mikro organisme berbahaya, terutama virus, bisa menular dari primata ke manusia.

Berdasarkan sejumlah penelitian, secara fisiologis, genetik, bahkan anatomi manusia dan primata memiliki kedekatan, yang dapat menyebabkan potensi mengidap penyakit yang sama. “Jadi, virus, bakteri bahkan cacing bisa berintertransimisi dari primata ke manusia, atau sebaliknya.”

Misalnya, ditambahkannya, penyakit yang berpotensi tertular adalah polio, hepatitis, rabies dan simian retrovirus. Sebab, bakteri yang diidap primata bisa ditularkan lewat udara. Sementara, virus bisa ditularkan lewat kontak langsung, seperti gigitan.

Kemudian, beberapa penyakit juga bisa ditularkan lewat kotoran satwa (feses), terutama infeksi cacing. Saroyo mengaku, pernah melakukan survei dan menemukan bahwa hampir semua kotoran primata yang diplihara menyimpan cacing gelang serta cacing tambang. “Sangat tidak disarankan memelihara satwa primata karena memelihara satwa jenis ini turut memelihara penyakit.”
Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki
Tingkah lucu bayi Yaki (Macaca Nigra).Foto: selamatkanyaki.com|Helen Sampson 
Proses penularan penyakit dari primata ke manusia, dijelaskannya, bisa tersalur lewat cacing dalam kotoran primata. Biasanya, cacing keluar di kotoran dalam bentuk telur atau larva. Orang yang terinfeksi cacing itu akan menderita penyakit yang spesifik, seperti TBC atau Hepatitis.

Proses penularan penyakit itu bisa lewat makanan manusia yang dibuang dan dikonsumsi monyet. Dalam kasus ini, primata berpotensi tertular penyakit yang lebih dulu diidap manusia.

Kemudian, kebiasaan masyarakat di seputaran kawasan konservasi yang membuang kotoran di sungai turut menjadi salah satu faktor tertularnya penyakit. Yaki, yang secara tidak sengaja meminum air sungai, dapat terinfeksi penyakit yang diidap manusia.

Sedangkan, untuk pedagang dan pemburu, masih menurut Saroyo, penularan penyakit lebih rentan lewat cairan tubuh. Bisa lewat darah, air liur dan air kencingnya, tergantung siklus hidup parasit. Sementara, konsumen bisa tertular lewat cara masak yang tidak sempurna.
Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki
Selamatkan monyet hitam, Forum F21 menggelar aksi moral bertajuk 'Malo makang Yaki (malu makan Yaki)' di kawasan Terminal Karombasan Manado, Sulawesi Utara, Selasa (5/8). Foto: Merdeka.com
Pencegahan perburuan

Peraturan di negara ini telah mengamanatkan perlindungan terhadap satwa liar yang terancam eksistensinya, seperti yang tercantum dalam UU nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Namun, pada kenyataannya, peraturan tadi tidak bisa menghentikan perdagangan satwa liar di Sulawesi Utara. Hal ini dikarenakan, belum optimalnya tingkat pemahaman masyarakat mengenai pentingnya eksistensi satwa liar.

Selain itu, faktor tradisi membuat praktik perburuan, perdagangan dan konsumsi satwa liar dilindungi terus berlangsung. Ia menilai, perburuan, perdagangan dan konsumsi satwa bersifat kultural dan manusiawi. Sementara persoalan perlindungan satwa itu bersifat legal-formal.

“Pada dasarnya, manusia akan memikirkan persoalan-persoalan normatif bila kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi. Di sini kendalanya, peraturan formal negara hanya berlaku jika bisa diterima secara kultural,” kata Nono Nono Sumampow, staff pengajar Antropologi Budaya di Unsrat.

Namun, bukan mustahil upaya melestarikan satwa terancam. Diperlukan modifikasi kultural. Artinya, menurut dia, manusia punya cara sendiri beradaptasi ketika memperoleh informasi yang memadai.

Sekecil apapun, semoga tulisan ini menjadi salah satu upaya bagi penyadaran bersama masyarakat Indonesia, tentang perlunya kelestarian alam, termasuk satwa liar di dalamnya.
Tak Patut Dicontoh, Dosen Hukum ini Berburu Satwa Langka Yaki
Dukungan SLANK untuk kampanye Selamatkan Yaki. #Selamatkanyaki adalah kampanye untuk menyelamatkan hewan Yaki (macaca nigra) primata asli Sulawesi Utara dari kepunahan. Foto: google|iniopa.com


Satwa ini dilindungi berdasarkan:

Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

Rabu, 17 Desember 2014

Mengenal Radiasi dan Dunia yang Kita Huni

apa yang dimaksud radiasi
Mengenal Radiasi dan Dunia yang Kita Huni.
Apa yang dimaksud dengan radiasi?

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Pengertian tentang radiasi dan gelombang dapat dijelaskan pada kejadian berikut.

Apa yang Anda lakukan jika Anda melihat kolam air tenang yang pada permukaannya mengapung beberapa helai daun? Secara spontan mungkin Anda akan melempar kerikil ke kolam tersebut. Dapat Anda lihat bahwa pada lokasi jatuhnya kerikil akan muncul riak, yang kemudian akan menyebar dalam bentuk lingkaran. Riak-riak tersebut adalah gelombang dan memperlihatkan pergerakan energi yang diberikan oleh kerikil, dan energi tersebut menyebar dari lokasi jatuhnya kerikil ke segala arah. Ketika riak mencapai daun, daun tersebut akan terangkat naik ke puncak gelombang.

Mengenal Radiasi dan Dunia yang Kita Huni

Berdasarkan kejadian tersebut dapat dilihat bahwa untuk mengangkat sesuatu diperlukan energi. Karena itu, terangkatnya daun memperlihatkan bahwa gelombang mempunyai energi, dan energi tersebut telah bergerak dari lokasi jatuhnya kerikil ke lokasi terangkatnya daun. Hal yang sama juga berlaku untuk berbagai jenis gelombang dan radiasi lain.

Salah satu karakteristik dari semua radiasi adalah radiasi mempunyai panjang gelombang, yaitu jarak dari suatu puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya.

Mengenal Radiasi dan Dunia yang Kita Huni

Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap jenis radiasi tersebut memiliki panjang gelombang masing-masing.

Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron.

Mengenal Radiasi dan Dunia yang Kita Huni

Jika ditinjau dari "muatan listrik"nya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi pengion dan radiasi non-pengion. 

Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan, termasuk benda hidup. Radiasi pengion disebut juga radiasi atom atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron. Partikel beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak langsung. 

Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-pengion adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.

Mengenal Radiasi dan Dunia yang Kita Huni

Tulisan ini hanya akan membicarakan radiasi pengion, khususnya sinar-X dan sinar gamma. Kedua jenis radiasi ini mempunyai potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan jenis radiasi lainnya. Pengaruh sinar kosmik hampir dapat diabaikan karena sebelum mencapai tubuh manusia, radiasi ini telah berinteraksi terlebih dahulu dengan atmosfir bumi. 

Radiasi beta hanya dapat menembus kertas tipis, dan tidak dapat menembus tubuh manusia, sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Demikian pula dengan radiasi alfa, yang hanya dapat menembus beberapa milimeter udara. Sedang radiasi neutron pada umumnya hanya terdapat di reaktor nuklir.

Mengenal Radiasi dan Dunia yang Kita Huni




Untuk artikel selengkapnya Sahabat Petualang bisa membacanya di Pusdiklat Batan


Selasa, 16 Desember 2014

190 Negara Sepakat Bendung Percepatan Perubahan Iklim

190 Negara Sepakat Bendung Percepatan Perubahan Iklim
Konferensi Perubahan Iklim (COP20) di Lima, Peru. Foto: Reuters
Sekitar 190 negara pada konferensi perubahan iklim (COP20) di Peru pada Minggu (14/12) membangun blok-blok kesepakatan untuk mengatasi perubahan iklim pada 2015. Kerangka Kerja Konvensi Perubahan Iklim PBB (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) di Lima, Peru, berakhir dengan kesepakatan yang meliputi pilihan-pilihan dengan cakupan luas untuk mencapai kesepakatan global.

Kesepakatan ini dipandang perlu saat dunia dituntut untuk bisa berpartisipasi dan lebih aktif dalam memangkas emisi gas rumah kaca. Pembicaraan yang berlangsung dalam dua hari terakhir menghasilkan empat halaman sebagai draft dokumen yang meminta negara-negara mengajukan rencana nasional untuk mengatasi pemanasan global sebagai dasar kesepakatan global baru yang akan diajukan di Paris dalam satu tahun sebelum konferensi berikutnya di Paris Desember 2015.

Draf itu memberikan kesempatan bagi negara-negara berkembang, termasuk Tiongkok dan India, memangkas emisi dengan beban yang lebih ringan dibandingkan negara-negara kaya dalam  perekonomian global.

"Kita mendapatkan apa yang kita inginkan," ungkap Menteri Lingkungan India, Prakash Javedekar, yang mengatakan, draf ini akan mengimbau negara kaya memimpin langkah dalam untuk memangkas emisi dan memecah kebuntuan perundingan. Dia menambahkan bahwa kesepakatan pada akhir pembicaraan iklim dua pekan itu juga membuat jelas bahwa negara-negara kaya harus memberikan dukungan finansial kepada negara-negara berkembang dalam membendung percepatan perubahan iklim global.

Komisioner Aksi Iklim dan Energi Eropa, Miguel Arias CaƱete, juga menilai draf dokumen itu merupakan jalan menuju kesepakatan Paris. "Ini dokumen yang bagus untuk menata jalan menuju Paris," kata Komisioner Aksi Iklim dan Energi Eropa, kepada kantor berita Reuters.

Perundingan ini memecah kebuntuan antara negara maju dan negara berkembang dalam dua pekan terakhir untuk menyelesaikan draf kesepakatan iklim internasional baru yang akan menjadi kunci dalam pembicaraan di Paris tahun depan.