Kamis, 30 April 2015

Foto Dramatis dari Basecamp Everest Saat Gempa Mengguncang Nepal

Foto Dramatis dari Basecamp Everest Saat Gempa Mengguncang Nepal
Dahsyatnya longsoran salju yang menghantam Basecamp Everest.  Foto: Robert Schmidt/AFP
Foto Dramatis dari Base camp Everest Saat Gempa 7,9 SR Mengguncang Nepal

Fotografer AFP Roberto Schmidt sedang berada di base camp Everest ketika gempa berkekuatan 7,9 skala richter (SR) mengguncang Nepal, Sabtu (25/4) kemarin. Ini adalah foto-foto dramatisnya dari lokasi.

"Fotografer AFP Roberto Schmidt, di base camp Everest saat gempa terjadi, sudah mengirimkan foto pertamanya," tulis AFP dalam akun twitternya, Minggu (26/4/2015).

Di antara foto tersebut, ada penampakan dahsyatnya longsoran salju yang menghantam base camp. Gulungan salju berwarna putih terlihat memenuhi layar kamera.

Selain itu, ada juga berbagai gambar tenda-tenda para pendaki gunung Everest yang hancur akibat hantaman longsoran salju. Tenda-tenda tersebut tak ada lagi yang berdiri. Semua berantakan.

Di foto lain, terlihat gambar para pendaki sedang menggotong tandu. Beberapa lainnya mencari kemungkinan korban yang bisa dievakuasi.

Base camp Everest 1 dan 2 menampung ratusan pendaki. Mereka dilaporkan semua selamat. Namun upaya evakuasi cukup sulit karena medan menuju base camp terhalang longsoran salju.

Saat ini, proses evakuasi baru bisa dilakukan lewat helikopter.

Foto Dramatis dari Basecamp Everest Saat Gempa Mengguncang Nepal
Dahsyatnya longsoran salju yang menghantam Basecamp Everest.  Foto: Robert Schmidt/AFP

Foto Dramatis dari Basecamp Everest Saat Gempa Mengguncang Nepal
Dahsyatnya longsoran salju yang menghantam Basecamp Everest.  Foto: Robert Schmidt/AFP

Tenda-tenda para pendaki tampak tidak beraturan akibat terkena dampak longsoran. Laporan terakhir yang dilansir CNN-IBN, 18 orang pendaki ditemukan tewas.

Foto Dramatis dari Basecamp Everest Saat Gempa Mengguncang Nepal
Tenda-tenda para pendaki tampak tidak beraturan akibat terkena dampak longsoran. Laporan terakhir yang dilansir CNN-IBN, 18 orang pendaki ditemukan tewas.
Foto Dramatis dari Basecamp Everest Saat Gempa Mengguncang Nepal
Longsoran salju (avalanche) di sisi selatan Gunung Everest saat terjadi gempa di Nepal pada Sabtu (25/04/2015). Foto : Northmen PK


Sumber:

Agence France-Presse | Twitter

Detik

Sabtu, 11 April 2015

Balikpapan Terpilih Sebagai ‘The Most Loveable City’ Kampanye We Love Cities

CINTAI KOTA: Balikpapan berkesempatan menjadi kota yang paling dicintai dunia dalam ajang Earth Hour City Challenge. Foto: Pojoksatu.id
Kota Balikpapan berhasil menempati urutan pertama dalam kampanye We Love Cities yang merupakan rangkaian dari inisiatif Earth Hour City Challenge (EHCC), dan berhak menyandang gelar ‘The Most Loveable City 2015’

Terpilihnya kota Balikpapan setelah bersaing bersama 47 kota finalis  EHCC  di 17 negara. Hasil ini diperoleh dari pemilihan publik melalui website dan media sosial. Masyarakat dari seluruh dunia dapat memilih kota kesayangannya melalui beragam cara seperti mengklik tombol vote di website www.welovecities.org, mengirimkan tweet,  mengunggah foto dan video melalui Instagram, maupun memberikan saran untuk perbaikan kota pilihan  mereka. Kampanye interaktif ini berlangsung sejak 26 Januari 2015 hingga perayaan Earth Hour tanggal 28 Maret 2015. 

Walikota Balikpapan Rizal Effendi menerimalangsung penghargaan ini dari CEO WWF Korea di Seoul, Korea Selatan, hari ini (9/4). “Atas nama warga Kota Balikpapan saya mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat dalam kampanye We Love Cities sehingga Kota Balikpapan berhasil meraih predikat sebagai ‘The Most Loveable City’. 

Pencapaian ini menjadi dorongan tersendiri bagi komitmen Pemerintah Kota untuk bersama seluruh warga menjadikan Balikpapan sebagai kota berkelanjutan yang ramah lingkungan, nyaman untuk dihuni dan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia. Program-program untuk pengelolaan sampah, penggunaan lampu hemat energi untuk penerangan jalan umum dan juga pendidikan lingkungan bagi siswa di lingkungan Kota Balikpapan akan terus menjadi bagian dari aksi nyata kami untuk mempertahankan Balikpapan sebagai kota clean land, clean water dan clean air,” ungkap Rizal Effendi.

Balikpapan Terpilih Sebagai ‘The Most Loveable City’ Kampanye We Love Cities
CEO WWF Korea Selatan, Jean-Paul Paddack menyerahkan sertifikat The World Most Loveable City 2015 kepada Walikota Balikpapan, Rizal Effendi. Balikpapan berhasil mengalahkan Paris dengan selisih sekitar 4.000 suara.
Foto: © WWF-Indonesia

Earth Hour City Challenge (EHCC) adalah inisiatif WWF untuk mengapresiasi kota yang menginspirasi dalam rangka mewujudkan kota berkelanjutan yang ramah lingkungan dan nyaman bagi warganya. Pada penyelenggaraan yang ke-4 yang jatuh pada tahun ini, EHCC diikuti oleh 163 kota dari 17 negara. Kota peserta dari Indonesia adalah Balikpapan, Bandung, Bogor, Cimahi, Jakarta dan Semarang. Dari tiap negara peserta ditetapkan 3 finalis, yang mana finalis dari Indonesia adalah Balikpapan, Jakarta dan Semarang.

Pemenang EHCC tingkat nasional dan global ditetapkan  melalui proses penjurian atas informasi, data, rencana aksi dan program kerja masing-masing kota yang dilaporkan lewat platform Carbon Climate Registry (cCr) – dikelola oleh ICLEI – Local Governments for Sustainability, sebagai mitra kerja WWF dalam EHCC.

Dari 3 kota finalis yang mewakili Indonesia, Jakarta ditetapkan oleh dewan juri sebagai  Indonesia National Earth Hour Capital 2015 karena konsistensinya dalam menjalankan BRT/busway sebagai alternatif transportasi publik, memiliki rencana aksi yang cukup komprehensif untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta adanya komitmen pendanaan untuk program-program tersebut.

Dewan juri internasional EHCC yang beranggotakan para ahli pembangunan kota dan perubahan iklim, juga menetapkan Seoul sebagai Global Earth Hour Capital 2015. “Melalui partisipasi dalam Earth Hour City Challenge, WWF berharap kota-kota di Indonesia bukan hanya terinspirasi tetapi juga menginspirasi kota lain di dunia dalam upaya pengembangan kota berkelanjutan. Selamat kepada Jakarta dan Balikpapan atas pencapaian yang diraih tahun ini, WWF mengajak kota lain di Indonesia untuk menunjukkan komitmen Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjaga kelestarian sumber daya alam melalui partisipasi dalam Earth Hour City Challenge berikutnya,” kata CEO WWF-Indonesia, Dr. Efransjah.

Berikut adalah foto-foto dokumentasi kampanye We Love Cities "We Love Balikpapan" yang dikumpulkan Basecamp Petualang dari berbagai sumber: 

Ikatan Orang Tua Murid SD Nasional KPS Balikpapan yang ikut mengkampanyekan gerakan We Love Balikpapan.
Foto: TRIBUN KALTIM / ANJAS PRATAMA
Yeah WE LOVE BALIKPAPAN! Street Campaign Earth Hour Balikpapan.
Foto: Twitter | @EHBalikpapan & ‏@MigasTPMA
KODIM 0905/BALIKPAPAN mendukung gerakan "WE LOVE BALIKPAPAN"
Foto: kodam-mulawarman.mil.id
We Love Balikpapan di depan kantor Walikota Balikpapan.
Foto: Kaltim Post Online


Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Nenden N. Fathiastuti, Public Relations Manager, WWF-Indonesia
Email: nfathiastuti@wwf.or.id, Hp: +62 811 1909 148

Noverica Widjojo, Media Relations Officer, WWF-Indonesia
Email: nwidjojo@wwf.or.id, Hp: +62 812 1958 1985


Artikel diatas kami sadur dari situs resmi WWF Indonesia (klik disini)

Jumat, 10 April 2015

Permudah Pusat Informasi Melalui SBS Atlas

SBS Atlas. |© WWF-Indonesia
Sunda Banda SescapeSBS (Bentang Laut Sunda Banda), terbentang dari Bali, Nusa Tenggara, Maluku Tenggara, Kupang hingga bagian Selatan pulau Sulawesi dengan luas kawasan kurang lebih 151,3 juta ha. 

Kawasan ini merupakan rumah bagi beberapa spesies yang dilindungi, seperti setasean, hiu, dan ikan-ikan bernilai ekonomis tinggi seperti ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) serta merupakan habitat makan penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), namun sayangnya terancam oleh berbagai kegiatan yang merusak lingkungan

Lembaga non pemerintah yang bekerja di wilayah SBS atau di luar SBS, bahkan lembaga pemerintah pun tidak memiliki kesamaan data mengenai spesies dan kekayaan alam lainnya di wilayah Bentang Laut Sunda Banda. Hal tersbut mendorong WWF-Indonesia untuk membuat atlas untuk SBS (SBS Atlas) untuk berkumpulnya seluruh data yang dimiliki berbagai pihak.

SBS Atlas dikembangkan bersama WWF-US dan World Fish Centre untuk menyebarkan data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk spasial yang dapat diaskes oleh siapa saja dengan mudah.  Resmi diluncurkan pada tanggal 26 Februari 2015 pada kegiatan Pertemuan Multi Pihak Kelautan dan Perikanan Lingkup Bentang Laut Sunda Banda.

Tampilan website SBS atlas. |© WWF-Indonesia
Melalui laman http://sbsatlas.reefbase.org/, berbagai informasi dapat diakses dan diunduh, seperti, batasan wilayah SBS dan tiga sub-seascape (Inner Banda, Lesser Sunda dan Southern-Eastern Sulawesi), data ekologi (habitat lamun, bakau, terumbu karang, beberapa spesies ikan penting dan terancam), informasi oseanografi (sebaran klorofil a, arus, salinitas, dll), informasi sosial (demografi dan pola pemanfaatan), informasi spesies (populasi ikan, jalur migrasi penyu, dan penampakan mamalia laut), dan perikanan (mengacu pada indikator EAFM).

Kehadiran SBS Atlas ini diharapkan dapat memotivasi semangat sharing data antar lembaga dan menjadi pooling data untuk memfasilitasi semangat tersebut. Seiring dengan peningkatan upaya konservasi akibat ditetapkannya wilayah SBS sebagai wilayah prioritas konservasi, sistem pool data seperti ini memudahkan akses informasi, menghindari adanya ketumpang tindihan data, dan akhirnya mendukung perkembangan upaya konservasi kawasan SBS kedepannya.

Informasi yang tersedia di SBS Atlas ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi analisa atau kajian lebih lanjut. SBS Atlas ini merupakan living atlas yang dapat dan akan diperbaharui setiap satu tahun sekali seiring dengan perkembangan informasi yang terkumpul.

Terumbu karang sehat di Alor. Foto: © Dwi Ariyoga | WWF-Indonesia

Penulis : Amkieltiela (Marine Science and Knowledge Management Officer)


Sumber: WWF Indonesia

Sejarah Kerajaan Tambora yang Ikut Musnah Bersama Letusan Tambora

Sejarah Kerajaan Tambora yang Ikut Musnah Bersama Letusan Tambora
Ilustrasi letusan mahadasyat Gunung Tambora, 10-11 April 1815, 200 tahun yang lalu. [1]
Gunung Tambora berada di sisi barat daya Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Terletak di antara dua kabupaten, yakni Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.

National Geographic Indonesia melakukan penjelajahan bertajuk "200 Tahun Gelegar Tambora"  pada pertengahan Februari lalu. Tim ini terdiri atas Mahandis Yoanata (teks editor), Firman Firdaus (editor), Warsono (kartografer), dan Dwi Oblo (fotografer) menjelajahi sisi alam dan budaya gunung yang pernah menyandang gunung api tertinggi di Asia Tenggara.

"Tidak banyak yang tahu bahwa dulunya, tanah yang ditinggali penduduk Tambora merupakan wilayah salah satu kerajaan besar di Nusantara."

Gunung Tambora, menurut penelitian para ahli arkeologi dan ahli geologi, memiliki letusan terdahsyat dalam sejarah ingatan manusia. Gelegar megakolosal gunung itu mendera Bumi pada 10-11 April 1815, menewaskan sedikitnya 71.000 orang yang tinggal di kawasan sekitar gunung tersebut, termasuk Pulau Lombok dan Bali. Sebuah kaldera tercipta dengan garis tengah sekitar enam kilometer.

Sejarah Kerajaan Tambora yang Ikut Musnah Bersama Letusan Tambora
Jalan yang terputus seperti ini kerap dijumpai oleh tim penjelajahan "200 Tahun Gelegar Tambora" di pesisir utara Pulau Sumbawa. (Dwi Oblo)

Selama beberapa tahun ke depan sejak letusan mahadahsyat tersebut, tidak ada satupun kehidupan yang tersisa. Permukaan daratan tertutup oleh selimut abu vulkanik, menyisakan hanya bebatuan dan tanah yang gersang. Sementara keanehan iklim mendera kawasan Eropa dan Amerika Utara: hilangnya musim panas pada 1816.

Setelah beberapa puluh tahun, tanah yang diselimuti abu vulkanik itu kemudian ditumbuhi vegetasi subur, menjadikannya lahan yang baik untuk bercocok tanam.

Sekitar seratus tahun usai letusan, para pendatang baru menempati tanah Tambora. Sehamparan kebun kopi milik warga Belanda menjadi tengara peradaban baru di Tambora. Kini, tanaman kopi yang tumbuh subur sebagai salah satu sumber mata pencaharian bagi warga sekitar. Para warga Tambora masa kini datang dari daerah di Sumbawa sendiri, Lombok, Flores, hingga Jawa.

"Mereka baru mengetahui fakta adanya kerajaan Tambora bertahun-tahun sejak mereka menempati tanah tersebut," jelas Mahandis. "Setelah para  ilmuwan melakukan  pencarian jejak pada wilayah yang diduga merupakan situs arkeolgi permukiman Tambora, barulah penduduk setempat mengerti tentang keberadaan Kerajaan Tambora."

Sejarah Kerajaan Tambora yang Ikut Musnah Bersama Letusan Tambora
Seorang pendaki menapaki jalur menuju puncak Gunung Tambora dengan ketinggian 2.850 meter yang terlihat di kejauhan. National Geographic Indonesia melakukan ekspedisi (Warsono/National Geographic Indonesia)

Terdapat dua kerajaan yang menghimpun kekuasaan di pinggang gunung ini: Tambora dan Pekat. Keduanya lenyap bersama seluruh warganya karena diterjang murka Tambora pada April 1815. Pada 1980-an, dan hingga kini, warga setempat kerap menemukan harta dan perabotan yang terserak dari sebuah perkampungan masa silam.

Dalam perjalanan menuju Tambora, tim ekspedisi juga menyambangi situs arkeologi bersimbol Siwa dan Buddha di wilayah pesisir utara Kabupaten Bima. Situs Wadu Pa'a, atau Batu Pahat, sebuah pesan arif dari leluhur yang mengajarkan kerukunan kepada kita dan semesta.

Sejarah Kerajaan Tambora yang Ikut Musnah Bersama Letusan Tambora
Melintasi sabana, seekor kijang terekam saat tim penjelajahan (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia)




Keterangan:

[1] Foto ilustrasi letusan Tambora
Hujan deras mendera sebuah permukiman di pinggang Tambora, sesaat sebelum gunung itu bererupsi dahsyat. Lalu, hujan abu dan gemuruh mulai meneror warga untuk segera mengungsi. Malangnya, luncuran awan panas telah menerjang permukiman sebelum semua warga meninggalkan desa, mungkin kala erupsi megakolosal pada 10 April 1815. Selama beberapa tahun terakhir, ahli arkeologi berhasil mengidentifikasi kembali repihan permukiman itu: Deretan rumah berpanggung nan bersahaja, beratap ijuk dan berdinding anyaman bambu. (Sandy Solihin) Sumber: NGI

Kamis, 09 April 2015

Takut Ular ? Kenali Mitos Tentang Ular yang Membuat Kita Salah Kaprah

Takut Ular ? Kenali Mitos Tentang Ular yang Membuat Kita Salah Kaprah
Sulawesi pit-viper (Subannulatus Celebensis) salah satu jenis viper yang ditemukan di TWA Tangkoko-Batuputih, Bitung, North Sulawesi. Foto: dok. @BasePetualang
Ular hmmm. Bila berbicara mengenai hewan reptilia yang satu ini, kebanyakan orang akan langsung bergidik, Takut, Geli dan sebagainya. Biasanya, mereka yang takut pada ular hanya karena termakan oleh doktrin sejak kecil yang mengatakan bahwa ular itu berbahaya.

Jika dikatakan ular itu berbahaya memang benar. Tapi tidak semua ular berbahaya. Banyak mitos yang beredar di masyarakat tentang ular. Salah satunya adalah jika rumah kemasukan ular maka akan menjadi pertanda buruk. Faktanya, tidak ada korelasi jelas antara ular memasuki rumah dengan nasib, kesialan, musibah, dari penghuni. 

Nah, kali ini kita akan membahas mitos-mitos yang salah kaprah tentang ular yang kami kutip dari Merdeka.com. Tentunya hal ini berdasarkan dengan sains. Sebab banyak ular yang dijauhi bahkan dibunuh karena sedikitnya pengetahuan. Berikut ulasannya:

Faktanya, tidak ada satu pun jenis ular berlendir.

1. Ular itu tidak berlendir
Kebanyakan orang yang jijik dengan ular mengatakan bahwa sisik ular itu berlendir. Faktanya, tidak ada satu pun jenis ular berlendir. Bahkan sisik ular benar-benar kering.

Licin? Tidak. Sisik ular cenderung halus. Namun ini terbatas pada beberapa jenis saja, seperti keluarga pyhton atau ular-ular yang memang dipelihara manusia dan dirawat dengan baik. Mengapa nampak mengkilat? Hal ini disebabkan oleh pantulan cahaya yang menimpa sisik ular yang sangat halus. Sehingga akan terlihat seperti berlendir. Pada dasarnya, ular tidak memiliki kelenjar keringat layaknya manusia.

Faktanya, ular tidak memiliki telepati khusus apalagi sinyal

2. Ular tidak memiliki telepati
Ada mitos yang mengatakan bahwa jika seseorang membunuh ular, maka beberapa hari kemudian 'teman-teman' ular yang telah dibunuh tersebut akan mendatangi 'tersangka' dengan maksud balas dendam secara keroyokan.

Hal tersebut disebabkan karena sebelum dibunuh, ular yang sedang terancam kematian itu melihat pembunuh dengan matanya kemudian mengirimkan sinyal sejenis telepati pada teman-temannya bahwa orang itu yang telah membunuhnya. Ya, mitos ini tersebar luas khususnya di pulau Jawa.

Faktanya, ular tidak memiliki telepati khusus apalagi sinyal!

Hingga saat ini tidak ada bukti nyata sekelompok ular menyerang manusia yang telah membunuh ular lain. Perlu diketahui, Ular adalah hewan solitaire, artinya mereka lebih suka melakukan segala sesuatunya sendiri. Lebih tepatnya lagi, ular bukan jenis hewan yang berkelompok seperti mamalia. Sehingga dalam urusan mencari mangsa pun, ular tidak membutuhkan rekan-rekannya.

Yang perlu digaris bawahi juga adalah induk ular akan meninggalkan anak-anaknya yang baru dilahirkan untuk bisa hidup mandiri dan mencari makan sendiri. Itulah sebabnya ular disebut predator karena sudah terlatih sejak kecil. Meski mereka akan tetap hidup sendiri.

Ular hanya merasakan getaran udara melalui organ bagian dalam yang disebut Membran Typhani.

3. Ular tidak bisa mendengar
Ular tidak memiliki daun telinga, sehingga tidak ada cerita yang mengatakan bahwa ular akan menyerang dalam keadaan bising. Ular hanya merasakan getaran udara melalui organ bagian dalam yang disebut Membran Typhani. Selebihnya, ular akan mendeteksi segala sesuatu yang ada di sekitarnya dengan menggunakan lidahnya yang bercabang. Itulah sebabnya mengapa ular sering menjulurkan lidah. Sebab lidah tersebut digunakan untuk menghimpun informasi melalui partikel udara.

Bagaimana dengan ular di India yang kerap menari saat dimainkan musik menggunakan seruling? Perlu Anda ketahui, ular tersebut hanya mengikuti gerakan seruling yang ikut digoyang-goyangkan oleh pemiliknya. Itulah sebabnya sang ular ikut menari mengikuti gerakan seruling. Apabila sang pemilik hanya memainkan seruling tanpa digerakkan, jelas ular tersebut tidak akan menari.

Pada dasarnya ular hanya merespon segala sesuatunya berdasarkan gerakan dan suhu panas di sekitarnya.

Faktanya ada beberapa jenis ular yang justru beranak. Akan tetapi tidak murni beranak.

4. Tidak semua ular bertelur
Hukum alam mengatakan bahwa semua reptil bertelur. Faktanya ada beberapa jenis ular yang justru beranak. Akan tetapi tidak murni beranak. 

Sebab dikatakan bahwa jenis ular seperti ular kadut, ular boa, dan beberapa jenis lainnya bertelur dan menetaskan telurnya di dalam tubuh induknya. Sehingga saat sang induk mengeluarkan anaknya, akan langsung berbentuk ular, bukan lagi telur.

Green Tree Python, adalah jenis ular berwarna hijau yang memang tidak beracun.

5. Tidak semua ular hijau berbahaya
Ini yang sering salah kaprah di persepsi banyak orang. Ular dengan warna hijau dianggap selalu berbahaya dan beracun. Faktanya, tidak semua ular berwarna hijau itu beracun dan berbahaya.

Ada jenis ular berwarna hijau yang memang tidak beracun. Seperti Green Tree Python atau yang lebih dikenal dengan ular Chondro. Ular ini berwarna hijau dan biasa tersebar di Indonesia Timur. Selain itu ada ular pucuk dan ular bajing. Kedua jenis ular ini berwarna hijau cerah dan berbisa. Namun bisa tersebut tidak membahayakan manusia karena hanya berbisa rendah.

Green Tree Pyhton atau ular Chondro adalah salah satu ular dengan kepala segitiga yang tidak beracun

6. Kepala segitiga tidak semuanya berbahaya
Satu lagi yang sering salah di kalangan masyarakat. Semua jenis ular yang berbentuk segitiga itu beracun. Faktanya, tidak semua.

Sekali lagi, Green Tree Pyhton atau ular Chondro masuk di daftar ini. Memang tidak beracun, namun ular tersebut cenderng agresif jika diusik.

Ballpython atau piton bola. Ular ini memiliki karakter jinak sejak lahir.

7. Tidak semua ular agresif
Tidak semua ular agresif adalah benar. Ada beberapa jenis ular yang memang memiliki karakter tenang dan bersahabat. Sebut saja Ballpython atau piton bola. Ular ini memiliki karakter jinak sejak lahir.

Sekalipun Anda menjumpainya di hutan, Anda tidak perlu takut, justru ular inilah yang takut pada Anda. Ular asal Afrika ini memiliki bentuk yang lucu dan imut sebab panjang maksimalnya hanya 1,5 meter (cenderung bonsai) namun badannya gemuk. Apabila Anda ingin memelihara ular ini, sangat diperbolehkan sebab sama sekali tidak berbahaya.



Semoga bermanfaat... :)

Sumber: Merdeka

Rabu, 08 April 2015

Bila Seorang Pecinta Alam Mengubah Kolong Jembatan Menjadi Kafe

Bila Seorang Pecinta Alam Mengubah Kolong Jembatan Menjadi Kafe
Pengunjung akan dibawa suasana khas, dimana suara gemercik air sungai akan menyempurnakan suasana natural kafe. Foto: JemberTourism
Tidak ada yang menyangka, kolong jembatan bisa dirubah menjadi kafe yang menarik dan unik. Kolong jembatan yang biasanya jadi tempat perlindungan gelandangan seperti dalam lagu Bang Haji Roma Irama, kini menjadi tempat nongkrong asyik para muda-mudi di Jember hingga dari kota lain. 

Gagasan Johanes Kris Astono memang patut diacungin jempol. Pria yang aktif di organisasi pecinta alam Fakultas Ekonomi Universitas Jember ini, memulai bisnis kafenya di bawah jembatan Jalan Mastrip, Jember, Jawa Timur.

Sebelumnya kolong jembatan itu sering dijadikan tempat pembungan sampah, judi, mabuk, dan lainnya. Aktivitas negatif tersebut mendorong Johanes untuk merubah keadaaan menjadi aktivitas positif. 

Dibukalah kafenya dengan desain yang sangat elegan, penataan yang artistik, kursi dan meja kafe dari anyaman bambu, dan lampu-lampu bersinar keemasan yang menyoroti tiap sudut ruangan. Suasana semakin riuh manakala musik dimainkan dari band-band lokal, tak sedikit pengunjung kafe turut menyanyi. Wah, sungguh gagasan mahasiswa Program Diploma ini sangat brilian.

Berikut penampakan kolong jembatan yang diubah jadi kafe keren di Jember, Jawa Timur.

Bila Seorang Pecinta Alam Mengubah Kolong Jembatan Menjadi Kafe
Kafe Kolong buah gagasan kreatif Johanes Kris Astono.  Foto: Travel Kompas

Bila Seorang Pecinta Alam Mengubah Kolong Jembatan Menjadi Kafe
Kafe Kolong buah gagasan kreatif Johanes Kris Astono.  Foto: Travel Kompas

Awalnya Johanes Kris menamai kafenya, Kolong Cafe Huis, berbau nama Belanda memang, namun karena dipandang susah dihafalkan, maka ia memutuskan untuk menamai "Kafe Kolong" saja. Niat pertamanya membuka kafe sebenarnya di tepi Sungai Bedadung, tetapi karena risiko dan ongkosnya dirasa mahal, maka diputuskan di kolong jembatan. Dia melobi para pemulung yang menaruh barang-barang di sekitar lokasi dan mengutarakan niatnya membangun usaha di situ, pemulung-pemulung setuju dan bersedia memindahkan barang-barangnya. 

Lantas, Johanes meminta izin Ketua RT dan RW setempat, mereka mengizinkan asalkan kafe dibuat terang-benderang. Warga pun menyambut baik niat Johanes. Kemudian tepat tanggal 27 April 2013, Johanes menggelar tasyakuran bersama warga setempat sekaligus meresmikan kafenya.

Kafe Kolong gagasan Johanes menyediakan menu makanan dan minuman seperti kafe pada umumnya. Kafe Johanes menawarkan pula aneka racikan kopi yang akan menambah nikmat pengunjung melewatkan malam di bawah kolong jembatan. Pengunjung akan dibawa suasana khas, dimana suara gemercik air sungai akan menyempurnakan suasana natural kafe. Harga-harga menunya juga masih tergolong ekonomis. Kafe Kolong dibuka dari jam empat sore hingga jam satu malam setiap harinya. Aturannya juga ketat, pengunjung tidak boleh membawa minuman beralkohol.

Dari hobi arum jeram, lalu melihat peluang, dan timbul gagasan cerdas, akhirnya Kafe Kolong Johanes Kris yang berkongsi dengan Johanes Riyanto, rekannya di pecinta alam, jadi destinasi favorit nongkrong dan ngopi muda-mudi Jember. Selain itu, Kafe Kolong juga jadi tujuan pengunjung dari kota lain seperti Jogja, Malang, Surabaya dan lainnya. Mereka rata-rata memberikan nilai positif dan sanjungan atas gagasan Johanes. Bagaimana tidak? Johanes telah memberikan inspirasi pada kita semua bahwa sesuatu yang dipandang tidak mempunyai kemanfaatan, cenderung digunakan untuk kemaksiatan, ternyata mampu dirubah menjadi sesuatu yang bermanfaat, berguna, dan bernilai bisnis.

Jadi, sahabat Petualang, gagasan betapa pun selalu membuktikan kemampuannya untuk menciptakan segala hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Gagasan Johanes mengajarkan pada kita semua untuk terus mengembangkan gagasan yang berguna untuk masyarakat. Semoga gagasan Johanes menginspirasi kita semua untuk berbuat yang positif dan optimis dalam merintis bisnis.



Artikel ini sebelumnya diposting oleh LAPAK INFO (rockypanjaitan.blogspot.com), guna berbagi inspirasi tentang kegiatan positif seorang pecinta alam, maka artikel ini kami posting kembali.

Sumber rujukan:


Jumat, 03 April 2015

Gunung Tambora: the Greatest Crater In Indonesia

Gunung Tambora: the Greatest Crater In Indonesia
Pesona Gunung Tambora dari udara dan kawah terbesar di Indonesia.
Gunung Tambora dan Pesona Kawah Terbesar Indonesia

Nusa tenggara timur tak hanya memiliki wisata pantai yang sangat indah tetapi juga mempunyai wisata pegunungan yang juga wajib untuk di kunjungi. Jika kita melihat dari sisi wisata, Indonesia memang mempunyai tempat wisata yang sangat indah dan memiliki ciri khas tersendiri. 

Salah satu gunung di nusa tenggara timur yang wajib untuk dikunjungi adalah Gunung Tambora. Gunung ini mempunyai tinggi kurang lebih 2.851 meter dari permukaan laut. Gunung ini dijuluki sebagai gunung dengan kawah terbesar di Indonesia atau biasa di sebut dengan the Greatest Crater In Indonesia. Kawah di gunung ini mempunyai lebar 7 kilometer, dengan keliling 18 kilometer dan kedalaman 800 meter.

Keindahan Alam Gunung Tambora

Selain itu, gunung tambora juga mempunyai keindahan alam lainnya yang tak kalah menakjubkan. Disini terdapat padang pasir yang sangat luas yang berada di sepanjang bibir kawah gunung di nusa tenggara timur ini. Di sepanjang bibir kawah juga ditumbuhi oleh bunga edelweiss yang tumbuh dengan berjauhan sekitar 1,5 meter sampai 100 meter. Ditambah dengan batuan-batuan berlapis yang sangat indah. Batu-batu berlapis tersebut bagian atasnya datar seperti meja yang membuat fenomena alam tersendiri. Yang membuat menarik, dari gunung ini anda bisa melihat keindahan lautan, kawah, pulau satonda dan juga padang pasir yang sangat indah.

Gunung tambora sangat kaya sekali dengan beranekaragaman flora dan fauna. Flora dan fauna yang tinggal di gunung antara lain seperti alang-alang, edelwies, ixora, perdu anggrek dan untuk faunanya seperti rusa timur, kera berekor panjang, Agas dan masih banyak lainnya. Pada tahun 1815 pernah terjadi ledakan dasyat di gunung ini yang membuat kawah dengan lebar yang sangat besar. Gunung ini menjadi salah satu primadona bagi para pendaki lokal maupun internasional. Keindahan dari gunung ini membuat banyak orang ingin mendaki gunung ini.

Gunung Tambora: the Greatest Crater In Indonesia
Kawah Gunung Tambora yang dinobatkan sebagai kawah terbesar di Indonesia dengan lebar 7 kilometer.

Rute Menuju Ke Gunung Tambora

Gunung tambora terletak di daerah Sumbawa nusa tenggara barat. Anda dapat mengambil jalur udara dengan pesawat menuju ke bandara bima. Dari bandara bima anda akan menuju ke desa kandidi. Dari bandara ke kandidi anda akan menempuh waktu 5 jam perjalanan. Pada hari pertama anda bisa beristirahat terlebih dahulu di desa kandidi ini. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendaki gunung ini. Dari jalur barat anda bisa menggunakan desa pancasila sampai ke daerah kalderat barat. Rute inilah yang biasa digunakan dan memerlukan waktu 2 sampai 3 hari pendakian.

Dari jalur utara untuk mendaki ke gunung tambora, bisa melalui desa kawind nae dan akan melalui daerah utara kaldera. Pendakian ini lebih pendek dan cepat dari hutan tetapi dari hutan sampai puncak gunung tambora memerlukan waktu yang cukup lama. Dari desa doropati menuju ke daerah kaldera sampai ke utara barat dan timur barat. Jika melalui jalur ini anda akan melalui hutan yang terdapat tumbuhan malady atau jelatang yang merupakan tumbuhan yang dapat menyakiti kulit kita ketika tersentuh. Jika melalui jalur selatan, melalui doropati anda akan menempuh jarak 12 km. anda akan melewati PT Ba Platation.

Dari base camp pertama menuju ke post pertama anda harus menempuh waktu kurang lebih 2 jam setengah. Anda bisa melanjutkan ke post II dan Post III. Di post III anda bisa mendirikan tenda untuk beristirahat. Untuk menuju ke post III anda akan melewati hutan yang sangat lebat dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam perjalanan. Di Post III ini merupakan mata air terakhir yang bisa anda gunakan untuk memenuhi persediaan air minum anda. Dari post III menuju ke post IV melalui medan hutan yang sangat lebat dan ditempuh dengan waktu satu jam. Dari post Iv ke post V dapat ditempuh dengan waktu 30 menit. Selanjutnya untuk menuju ke bibir kawah gunung tambora anda membutuhkan waktu dua jam.

Dari perjalanan ini anda akan disuguhi dengan pemandangan yang sangat indah. Pertama anda akan melewati vegetasi hutan yang masih alami, kemudian berpindah ke vegetasi edelwais yang sangat memukau dan terakhir beralih ke vegetasi gurun pasir yang sangat indah. Edelweis di gunung tambora berbeda dengan edelwes di gunung lainnya. Disini edelweis tumbuh sangat pendek hanya mempunyai tinggi 0.5 meter sampai 1 meter saja. Di kawah gunung ini anda bisa melihat keindahan dari kawah doro afi toi. Dari bibir kawah menuju ke puncak gunung tambora membutuhkan waktu 30 menit.

Dari puncak gunung tambora anda akan melihat keindahan yang harus anda syukuri. Anda bisa melihat keseluruhan dari daerah di nusa tenggara barat, kawah gunung dan juga telaga hijau di dasar kawah akibat letusan dasyat pada zaman dulu. Anda bisa berdiri di salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Jika mengunjungi tempat ini jangan lupa juga untuk mampir ke pulau komodo yang letaknya tidak jauh dari daerah gunung ini.

Gunung Tambora: the Greatest Crater In Indonesia
Topografi Sumbawa. Kaldera Tambora dapat dilihat pada semenanjung bagian utara. | Wikipedia

Mengenal Lebih Jauh Sejarah Gunung Tambora

Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 m[1] yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index.[2] Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181.[3] Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.[3] Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi.[4] Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.[3]

Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik.[5] Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan pada tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur.

Selengkapnya bisa baca di Wikipedia: Gunung Tambora

Gunung Tambora: the Greatest Crater In Indonesia
Pemandangan gunung Tambora dan sekelilingnya dari udara. | Wikipedia
Total kematian yang ditimbulkan adalah 71.000 jiwa, bahkan ada sumber yang menyebut data korban hingga 92.000 jiwa
Kilas Balik 6 Bencana di Dunia Akibat Letusan Gunung Tambora

Tahun 1815 adalah tahun bersejarah bagi perubahan iklim di dunia. Banyak juga yang menyebutnya sebagai "kiamat kecil" lantaran pada tahun tersebut Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat meletus hebat.

Gunung Tambora adalah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Letusan gunung yang memiliki tinggi 2.851 meter itu menjadi letusan terbesar sejak letusan Danau Taupo pada tahun 181. Sebelumnya, Gunung Tambora memiliki tinggi 4882 mdpl dan menjadi puncak tertinggi kedua di Indonesia setelah Jaya Wijaya. Namun letusan yang luar biasa besar melenyapkan hampir separuh bobot tubuhnya.

Kaldera abadi akibat letusan pun sangat besar, seluas 7 km, serta jarak antara puncak dengan dasar kawahnya sedalam 800 meter. Total kematian yang ditimbulkan adalah 71.000 jiwa, bahkan ada sumber yang menyebut data korban hingga 92.000 jiwa. Letusan tersebut juga menyebabkan perubahan iklim di dunia, diantaranya;

1. Lelehan lava panas dengan batu berterbangan ke langit bersama gas mematikan telah menewaskan sekitar 17.000 orang. Berikutnya, 400 juta ton gas sulfur menguasai langit hingga jauh di atas awan mencapai 27 mil ke strastofer, debu tebalnya bahkan telah menyelimuti Pulau Bali dan mematikan vegetasinya. 

2. Letusan Gunung Tambora itu terdengar hingga ke Pulau Sumatera, Makassar, dan Ternate sejauh 2.600 km.

3. Saking tebalnya abu-abu yang berterbangan di langit, sepanjang daerah dengan radius 600 km dari gunung tersebut terlihat gelap gulita selama dua hari. Dikarenakan sinar matahari tak mampu menembus tebalnya abu-abu tadi.

4. Abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia, menyobek lapisan tipis ozon, menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun kemudian turun melalui angin dan hujan ke Bumi. Hujan tanpa henti selama delapan minggu memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang di Inggris.

5. Satu tahun berikutnya (1816), sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini.

6. Terjadi gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia. Bahkan terjadi tragedi kelaparan di Perancis yang menyulut kerusuhan di negeri itu. 

Letusan Gunung Krakatau tahun 1983 terasa sudah sangat hebat, bayangkan, letusan Gunung Tambora ketika itu 4x lipat lebih dasyhat dibanding letusan Krakatau. Kisah yang memilukan ini sering dikaitkan dengan nama Tambora yang berasal dari dua kata, yakni "ta" dan "mbora" yang berarti ajakan menghilang.

Gunung Tambora: the Greatest Crater In Indonesia
Gunung Tambora adalah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. | Cosmotv


Sumber: