Kamis, 11 Oktober 2018

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Ciblungan dan Coban Talun

Lepas tengah hari, kembali dari Tumpak Sewu, kami beberes sekaligus check-out dari penginapan. Rencana awal mau ke Coban Kabut Pelangi terpaksa kami batalkan karena sudah siang, sementara perjalalanan ke Malang memakan waktu sekitar 1 jam. Sebagai gantinya kami mengunjungi Coban Ciblungan.

Coban Ciblungan
Coban ini tidak begitu jauh dari Tumpak Sewu atau dari tempat kami menginap. Hanya berjarak sekitar 3 km menuju Malang, jadi perjalanan di tempuh kurang dari 10 menit. Dari jalan raya Malang-Lumajang  sudah terlihat spanduk yang menunjukkan arah ke coban ini. Dari jalan raya ke lokasi parkiran coban sekitar 200-300m.


Sampai di sebuah warung yang sekaligus menjadi tempat parkir, kami membayar tiket masuk Rp. 5.000 dan parkir motor Rp. 5.000. warung ini juga berfungsi sebagai loket masuk ke coban. Lokasi coban sekitar 50 m dari parkiran. Melewati jalan setapak yang sudah di cor, kami sampai di lokasi coban. Menurun sedikit kami sampai di pinggir sungai.
Parkiran Coban Ciblungan
Coban Ciblungan dari jauh

Coban Ciblungan ini sangat unik. Boleh dikatakan sebagai miniaturnya Tumpak Sewu, merupakan gabungan dari banyak air terjun/ mata air. Air terjun yang mengelilingi tebing, keluar/mengalir dari celah bebatuan. Di atasnya ada satu aliran yang berasal dari sungai. Air nya benar-benar bening dan dingin. Kalau saja kemarennya kami ke sana pastilah bisa berenang menikmati kesejukkan airnya.
Coban Ciblungan (Utama)

Coban Ciblungan (Utama)

Coban Ciblungan (Utama)
Di seberang sungai terdapat bak penampungan air yang airnya dari pipa-pipa untuk keperluan warga. Untuk mencapai ke seberang sungai kita harus berhati-hati karena bebatuannya sangat licin, menandakan bahwa lokasi coban ini tidak terlalu banyak pengunjung.

Tidak jauh dari air terjun utama, di bagian bawah juga terdapat air tejun yang tidak kalah menariknya. Hanya saja sulit mengambil foto dari depan.
Coban Ciblungan 2
Coban Ciblungan 2
Coban Ciblungan 2
Tidak lama kami di coban ini, karena memutuskan malam ini menginap di Batu, jadi menambah waktu perjalanan menjadi 3 jam. Sebenarnya berat meninggalkan daerah ini karena di sini masih banyak air terjun yang belum dikunjungi seperti Coban Srengenge, Coban Kembar, Coban Gintung, Coban Temu, etc. yah... mungkin suatu saat kami harus kembali lagi ke sini...
Menempuh 3 jam perjalanan ke Batu, akhirnya kami sampai sekitaran magrib. Menginap di sebuah hotel yang tidak terlalu mahal dengan fasilitas kolam renang dan sarapan pagi, seolah-olah menjadi klimaks perjalanan kami selama 5 hari belakang.

22 Agustus 2018
Coban Talun
Hari ini adalah hari terakhir di Malang. Karena penerbangan kami sekitar jam 13.30, masih ada waktu untuk mengunjungi satu spot di Batu. Tidak terlalu buru-buru, sarapan santai sambil menikmati suasana Batu.
Menikmati suasana pagi

Sekitar jam 8 pagi kami berangkat menuju Coban Talun yang jaraknya tidak begitu jauh dari penginapan, kurang dari 10 menit. Jalanan terasa sepi karena hari ini adalah Hari Raya Qurban. Kota ini mirip dengan kawasan Puncak di Bogor atau Lembang di Bandung. Kota yang padat dengan rumah-rumah, villa, hotel, tempat makan, object wisata dan tempat hiburan. Dikelilingi oleh perbukitan dan terlihat villa-villa di lereng-lereng bukit. Sepanjang jalan banyak terdapat kebun-kebun apel yang menjadi ikon kota ini.
Kota Batu
Berfoto di kebun apel
Sampai di kawasan wisata Coban Talun, kami membayar tiket Rp. 10.000/orang dan parkir Rp. 5.000/motor. Terlihat kawasan ini ditata lumayan baik dan rapih.
Di kawasan ini bukan hanya wisata Air Terjun tapi juga bisa buat perkemahan, outbond/gathering, spot foto etc. Karena udaranya sejuk, kawasan ini juga bisa digunakan buat sekedar bersantai.
Setelah parkir, kami harus trekking sekitar 1 km menuju Coban Talun, melewati kebun dan Hutan Pinus. Di perjalanan kita harus menyeberangi sungai melalui jembatan dimana aliran sungai inilah yang membentuk Coban Talun. Tidak jauh dari jembatan ini, di aliran atas terdapat dam/bendungan kecil. Dari jembatan, memasuki Hutan Pinus, di sini kita menemukan spot foto, ayunan, dan saung-saung, hanya saja kita harus membayar lagi untuk memeasuki spot ini. Terus berjalan, memasuki jalan setapak dengan tanah merah yang berdebu karena musim kemarau, terlihat pemandangan hutan di sekeliling dan Gunung Semeru di kejauhan. Jalan menurun ini berakhir sampai di lembah dimana terdapat aliran sungai dan tentu saja, Coban Talun.
Menuju Coban Talun
Spot foto
View hutan pinus
View Gn. Semeru
Menuju Coban Talun
Coban ini lumayan tinggi, sekitar 75m (baca di mbah Google hahahha), debit air masih deras meskipun sedang musim kemarau. Airnya lumayan sejuk dan bening. Tidak terdapat area yang dalam. Dari aliran utama, coban ini membentuk beberapa air terjun kecil-kecil.
Coban Talun
Coban Talun

Coban Talun
Karena hari libur, banyak pengunjung yang datang ke area ini, kebanyakan berkelompok-kelompok. Umumnya mereka tidak berenang,  hanya berfoto-foto dengan latar belakang air terjun yang tinggi ini. terdapat bebatuan besar dan tebing sebagai spot foto tanpa harus mendekati air terjun.
Kusti dan Coban Talun
Kusti dan Coban Talun
Coban Talun
Jika lapar dan haus, jangan kuatir, terdapat beberapa warung makan di bawah pepohonan besar tepat di bawah tangga turun/naik. Juga terdapat beberapa toilet/ruang ganti di sini. Buat yang berkemah juga bisa di area ini, terdapat area yang rata sehingga kita bisa mendirikan tenda.
Lewat jam 10 pagi, kami segera kembali ke penginapan. Bersantai sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan ke Malang dan selanjutnya terbang ke Jakarta.














Sabtu, 06 Oktober 2018

Jelajah Malang-Lumajang: Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Goa Tetes

Dari Coban Tundo dan Coban Pendowo kami melanjutkan perjalanan menuju Tumpak Sewu yang tidak jauh dari perbatasan Lumajang dan Malang. Mengikuti Google Maps kami melewati dan memasuki jalan-jalan desa yag tidak tahu entah dimana hahahaha. Begitu memasuki jalan raya propinsi akhirnya kamipun lega, han ya saja sepanjang jalan susah ditemukan rumah makan. Berjarak sekitar 45 menit sebelum tujuan akhirnya kami menemukan warung makan. Saya, Revan dan Kusti menikmati makan siang yang sudah terlambat ini.

Melanjutkan perjalanan, sebenarnya di sisa 45 menit perjalanan ini kalau kita melihat di peta banyak terdapat air terjun. Kami hanya melihat spanduk/papan petunjuk untuk Coban Srengenge dan Coban Ciblungan.

Sebelum perbatasan Lumajang-Malang kita akan melewati seuah jembatan dengan air sungai yang berwarna kecoklatan karena kegiatan penambangan pasir. Sungai ini juga merupakan aliran lahar dingin Gunung Semeru. Nah kalau kita melihat foto Tumpak Sewu yang persis berada tidak jauh dari jembatan ini, akan terlihat satu aliran air yang berwarna coklat. Sementara air terjun yang lain nya berasal dari mata air yang keluar dari celah bebatuan.

Melewati perbatasan, kami sampai di gerbang utama Tumpak Sewu. Kami mendapatkan penginapan di rumah warga tidak jauh dari gerbang ini. Tarif menginap semalam Rp. 50.000/orang. Karena bertiga, kami menempati 2 kamar. 

Seperti cuaca di dataran tinggi pada umumnya, mulai sore terlihat kabut dan hujan rintik-rintik. Dan tentu saja kalau malam cuaca nya sangat dingin, dan terbayang kan kalau kita kesana di musim hujan?. Nah, lagi-lagi di sini susah mencari rumah makan, mengingat tempat ini adalah tujuan wisata yang ramai. Malam itu kami hanya makan baso!!.

Pagi-pagi gerimis. Berjalan kaki kami menuju ke Tumpak Sewu yang hanya berjarak sekitar 100m. Ini adalah gerbang utama. Untuk menuju Tumpak Sewu 2 gerbang lain yaitu via Malang dan satu lagi via Goa Tetes. Gerbang utama ini terkenal dengan Panorama, yaitu view Tumpak Sewu dari atas. Untuk memasuki gerbang ini kita harus membayar Rp. 10.000/orang. Jarak dari gerbang ke spot foto sekitar 200m, melewati jalan setapak menurun yang kiri kanannya adalah kebun Salak, ya kebun salak everywhere hahahaha.
Gerbang utama Tumpak Sewu
Trek menuju Panorama Tumpak Sewu
Sampai di spot foto, yang berada di pinggir tebing, terlihat Tumpak Sewu yang sedang berkabut. Kabut yang muncul seiring naiknya suhu. Tidak terlihat Gunung Semeru, hanya langit yang  berwarna abu-abu. Butuh waktu sangat lama untuk mengambi foto Tumpak Sewu tanpa kabut pagi.
Meskipun masih pagi, pengunjung sudah berdatangan. Jam sudah menunjukkan jam 8.30, dan masih gerimis. Rencana kami untuk turun ke bawah akhirnya kami batalkan karena pastilah tangga dan jalan setapak ke bawah jadi licin sementara dalam kondisi biasa saja sudah ekstrim. 
Tumpak Sewu yang sedang berkabut
Tumpak Sewu yang sedang berkabut
Tumpak Sewu yang sedang berkabut
Tumpak Sewu yang sedang berkabut
Kembali ke penginapan, menggunakan motor, kami menuju gerbang Goa Tetes yang berjarak sekitar 300m dari penginapan. Di sini tarif parkirnya Rp. 5.000 dan tiket masuk Rp. 5.000/orang. Nah, dibandingkan gerbang lainnya, di sini kondisi jalannya tidak terlalu ekstrim meski menurut saya sudah ekstrim hahahaha. Juga jalan di sini dari gerbang ke Goa Tetes sudah berupa tangga-tangga semen yang sudah tidak utuh. Hanya saja jalurnya lebih jauh tentunya, sekitar 500m. 
Trek menuju Goa Tetes
Trek menuju Goa Tetes
Trek menuju Goa Tetes
Setelah memutar sisi bukit, sampailah di Goa Tetes yang terlihat dari atas berupa air terjun kecil-kecil yang melewati bebatuan yang berwarna kecoklatan. Di sisi atas terlihat Goa yang sisi-sisi bebatuannya di jatuhi air. goa ini berada di sisi bukit jadi kita belum sampai di bawah lembah. Semakin mendekati goa ini, semakin terlihat keindahannya. Air terjun yang tadinya kelihatan kecil, terlihat besar. Yang lebih menakjubkan lagi, air terjun ini keluar kemelewati bebatuan sehingga airnya sangat jernih dan dingin. Karena berada di sisi tebing, kita harus sangat hati-hati melangkah meskipun bebatuannya tidak terlalu licin.
Goa Tets
Goa Tetes
Goa Tetes
Goa Tetes
Goa Tetes
Udang di area Goa Tetes
Di sini kiri adalah bagian favorit saya, karena di sini terdapat air terjun yang debitnya paling besar dengan bebatuan yang tidak kalah eksotik.
Sisi lain Goa Tetes
Sisi lain Goa Tetes
Sisi lain Goa Tetes
Sisi lain Goa Tetes
Sisi lain Goa Tetes
Dari Goa Tetes selanjutnya kami melewati trek yang ekstrim. Melewati jalur air dan selanjutnya menurun hingga melewati jalur yang hanya bisa dilewati dengan berpegang pada tali tambang yang disiapkan.
Menuju Coban Sewu
Menuju Coban Sewu
Menuju Coban Sewu
Menuju Coban Sewu
Sampai di bawah bearti kita sampai di Coban Sewu. Berbeda aliran dengan Goa Tetes, Coban Sewu ini sangat spektakuler. Mempunyai ketinggian lebih dari 50 meter dan mempunyai banyak air terjun sesuai namanya Coban Sewu (sewu=seribu). Melewati tebing bukit degan debit air besar dan deras kemudian membentuk kolam-kolam. Di sini kami menghabiskan waktu banyak berenang dan melepas lelah setelah perjalanan sepulang dari Tumpak Sewu. Airnya sangat jernih dan menyegarkan, dan membuat siapapun ingin berlama-lama di sini.
Coban Sewu
Coban Sewu
Coban Sewu
Dari Coban Sewu kami menuju Tumpak Sewu. Nah kedua air terjun ini mempunyai arti yang sama, yaitu Air Terjun Seribu karena mempunyai banyak air terjun dalam satu lokasi. Melewati lembah dengan tebing-tebing yang menakjubkan yang membuat kita merasa sangat kecil, menuyusuri pinggir sungai dengan pasir gunung dan air yang berwarna coklat (seperti yang saya jelaskan sebelumnya karena ada satu aliran yang dipakai untuk penambangan pasir).
Trek menuju Tumpak Sewu
Trek menuju Tumpak Sewu
Berjalan sekitar 500m akhirnya kami sampai di area Tumpak Sewu. Menakjubkan, spektakuler, amazing..... mungkin itu kata-kata yang terucap pertama kali melihat air terjun ini dari dekat karena tidak ada lagi kata-kata yang bisa menggambarkan keindahannya. Oh iya, di tengah perjalanan kita harus melewati pos penjagaan, di sini kita harus membayar tiket Rp. 10.000/orang.
Tumpak Sewu di balik tebing
Air terjun yang tingginya sekitar 120m dengan banyak sumber, mengelilingi tebing batu membentuk melingkar. Hanya satu air terjun yang bersumber dari aliran sungai yang berwarna coklat, selebihnya air tejun keluar melalui celah-celah bebatuan sehingga kelihatan sangat unik. Air terjun yang keluar dari bebatuan ini sangat jernih, hanya saja bercampur dengan aliran dari sungai yang berwarna coklat sehingga aliran sungai selanjutnya berwarna coklat. Sungai ini akan berwarna jernh di saat-saat tertentu jika tidak ada aktifitas penambangan misalnya disaat libur lebaran.
Tumpak Sewu
Tumpak Sewu
Tumpak Sewu
Tumpak Sewu
Karena tingginya air terjun dan debit yang besar sehingga menimbulkan tampias yang menyebabkan lembah seolah-olah berkabut. Karena selalu basah, bebatuan di sini sangat licin dan menyebabkan lumpur.
Tumpak Sewu
Tumpak Sewu
Untuk mengambil angle lain, ada batu besar yang bisa dinaiki, hanya saja harus berhati-hati. Memang agak susah mengambil foto yang bersih di sini karena tampias menyebabkan kamera basah. Tapi tidak masalah, sudah melihat langsung air terjun ini kami sudah bersyukur.
Setelah puas menikmati air terjun ini dari dekat. Kami kembali menyusuri sungai, di tengah lembah. Di sisi kiri kami melihat beberapa bule melewati tangga yang seolah-olah menggantung di tebing yang tegak lurus. Ini adalah pintu dari Malang, sebaliknya adalah pintu dari Panorama (gerbang utama).  Selanjutnya kami berhenti di Coban Sewu untuk berenang, selanjutnya melewati Goa Tetes. Di tengah jalan menuju parkiran kami sempat istirahat di saung yang tadinya belum di buka. Tidak banyak pengunjung hari ini.
Berenang di Coban Sewu
Berenang di aliran coban
Sebelum tengah hari, kami meninggalkan penginapan menuju Malang.


 Baca juga link terkait:
- Coban Ciblungan dan Coban Talun