Coban Tundo
Setelah 3 malam di Desa Sendang Biru, Senen 20 Agustus saya, Revan dan Kusti menuju destinasi berikutnya ke arah Lumajang. Tujuan utama kami yaitu Tumpak Sewu. Untuk itu sekitar jam 7.30 pagi kami memulai perjalanan menuju Lumajang. Rute yang di tempuh adalah mengikuti Google Maps. Karena berangkat pagi, jadi kami berencana mampir di Coban Tundo.
Jika dilihat dari Maps, jarak Sendang Biru ke Coban Tundo sekitar 30 km dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Lokasi tepatnya adalah di Desa Tambakasri, kec. Sumbermanjing Wetan, Malang. Dari Sendang Biru kami menuju ke arah Turen. Di jalan kami juga membaca petunjuk ke arah Pantai Sidoasri, orang lokal menyebutnya Pantai Perawan, tapi kami melewati pantai ini karena akan menjauh dari tujuan utama. Jika traveler melewati daerah ini silahkan ke sini karena pantai ini relatif baru di buka.
|
Perjalanan menuju Coban Tundo |
Sepanjang jalan kami di suguhi dengan perkebunan salak, ya.. salak yang tadinya saya kira kebun kelapa sawit. Juga kita disuguhi pemandangan hijau pegunungan yang membuat perjalanan tidak membosankan.
Tetap mengikuti Maps, sampailah kami ke jalan memasuki desa. Di sepanjang jalan kami beberapa kali bertanya ke penduduk lokal, yang kebanyakan berbicara dengan bahasa daerah (Jawa) dan malah ada yang tidak memakai bahasa Indonesia. Di suatu pertigaan kami melihat petunjuk arah ke Coban Pendawa/Pendowo, tapi kami melewatinya dan bermaksud akan berkunjung sehabis dari Coban Tundo.
Sampai di suatu jalan setapak yang hanya cukup untuk motor, terdapat petunjuk kecil ke arah Coban Tundo. Di sinilah petualangan yang sebenarnya dimulai yang tidak akan saya lupakan seumur hidup hahahhaa.
Cuman beberapa puluh meter dari jalan desa, kami langsung memasuki kebun salak, dengan kondisi jalan yang hanya cukup untuk satu motor. Bukan begitu saja, jalannya naik turun dengan tanjakan/turunan yang ekstrim yang memaksa penumpang harus turun dibeberapa titik. Hanya bisa berdoa supaya pas tanjakan/turunan tidak ada pengendara lain yang berlawanan arah.
Melewati kebun salak nan ekstrim selanjutnya kami memasuki jalan yang tidak kalah ekstrimnya. Selama saya hunting curug baru inilah jalan motor yang paling ekstrim yang saya lalui. Jalan motor yang kami lewati yaitu menembus perkebunan kopi yang berada dilereng bukit. Jalan yang seharusnya buat pekebun tapi dimanfaatkan untuk motor. Jadi selain jalannya berkelok-kelok juga terdapat turunan/tanjakan ekstrim dengan jurang di salah satu sisinya. Jadi mau tidak mau penumpang harus turun kalau kondisinya tidak memungkinkan. Tapi tidak disangkal, kita disuguhi pemandangan yang sangat indah dan langka, dengan pemandangan pegunungan yang ada di sekeliling dan pemdangan laut/Pantai Sidoasri dikejauhan. |
Perjalanan menuju Coban Tundo |
|
Perjalanan menuju Coban Tundo |
|
Perjalanan menuju Coban Tundo |
|
View menuju Coban Tundo |
|
Kusti jatuh saat pulang |
Karena jalan kebun, dan banyak cabang-cabang, kadang-kdang kami nyasar dan harus bertanya ke pekebun yang (sangat jarang) lewat. Hingga akhirnya di sebuah pondok, terdapat banyak cabang jalan, kami mulai kebingungan. Berada di tengah perkebunan kopi sejauh mata memandang dan tidak ada seorangpun ditambah panas kemudian kami memutuskan untuk kembali. Tak disangka, Tuhan mengirimkan penolong kami hehehehe. Seorang bapak dengan motor bututnya memberi info mengenai lokasi curug ini yang ternyata sudah tidak jauh dari lokasi terakhir kami, plus bapaknya bersedia mengantar kami.
Dari lokasi pondok yang kami temui, hanya sekitar 200m kami sampai di lokasi (bekas) lapangan parkir motor, tepatnya di bawah pohon duren yang saat itu sedang berbuah sangat lebat. Terlihat bekas saung yang sudah tinggal kerangka. Dari bapak ini juga kami ketahui bahwa lokasi ini sudah ditutup oleh pengelola karena ada total 8 orang meninggal di Coban Tundo ini, tepatnya di Coban Tundo 2 dan 3. Seram ya pemirsa, bukan hanya ceritanya tapi lokasinya juga seram hahaha..!!!
|
Menuju Coban Tundo 1 |
Dari parkir, kami menuju Coban Tundo 1, lokasinya tidak begitu jauh (ternyata). Melewati kebun kopi,jaraknya hanya sekitar 50m saja!!!. Air terjun Coban Tundo 1 ini tersembunyi di antara tebing dan terlindung dari pohon besar. Coban ini tidak terlalu tinggi, sekitar 8-10 meter dengan air yang sangat jernih dan dingin. Debit air coban ini besar meskipun di musim kemarau. |
Coban Tundo tingkat 1
|
|
Coban Tundo tingkat 1
|
|
Coban Tundo tingkat 1
|
|
Coban Tundo tingkat 1
|
Di sekitar curug terdapat bebatuan dan tebing sehingga bisa untuk beristirahat dan mengambil foto sepuas hati. Dari sini kita bisa menyaksikan pegunungan karena lokasi coban ini masih di atas perbukitan. Air dari Coban Tundo 1 ini mengalir melewati tebing dan tepat di bawahnya adalah Coban Tundo 2. Jadi kalau mendekati bibir tebing ini harap berhati-hati. |
Coban Tundo tingkat 1
|
|
Coban Tundo tingkat 1
|
|
Coban Tundo tingkat 1
|
|
Tebing antara Coban Tundo 1 dan Coban Tundo 2 |
|
Jalan menuju Coban Tundo 2 |
Untuk ke Coban Tundo 2 kami menurunin bukit sekitar 100m. sampai di depan coban, terlihatlah pemandangan yang sangat cantik. Dengan ketinggian sekitar 10-12 meter, melewati tebing yang berwarna kecoklatan, air terjun ini jatuh ke kolam yang luas dan berwarna hijau tosca. Meskipun begitu, di lokasi inilah korban tewas tenggelam karena arus bawah. Jadi buat kalian yang mau berenang di sini harus berhati-hati. |
Coban Tundo 2 |
|
Coban Tundo 2 |
|
Coban Tundo 2 |
|
Coban Tundo 2 |
Di sekitar sini terdapat sisa-sisa kejayaan coban ini.. (kayak kerajaan aja ya.....), terlihat bekas saung-saung yang sudah hancur yang menyisakan puing-puing kayu. Di bawah bebatuan yang berada dipinggir tebing terdapat Coban Tundo 3 yang paling indah di antara ketiga coban ini. Tapi sayang bapak yang menjadi guide kami sepertinya enggan/ragu mengantar kami, dan hanya memberi info bahwa jalan menuju coban selanjutnya sudah tertutup semak-semak. Karena sudah mendengar cerita dan jga membawa dari internet kami pun tidak terlalu ngotot untuk di antar. Karena terpikir kalau terjadi apa-apa pastilah akan sangat menyusahkan, karena saya menyebut lokasinya berada di ‘somewhere in nowhere’. |
Tebing antara Coban Tundo 2 dan 3 |
Di antar kembali oleh si bapak ke parkiran, selanjutnya si bapak pamit ke kebunnya yang tidak jauh dari lokasi. Dan si bapak tidak mau menerima tips dari kamu meskipun dipaksa, malah kami di kasih cemilan. Alhamdulillah kami sudah dipertemukan oleh orang baik hari itu.
Coban Pendawa/Coban Pendowo
Seperti yang saya singgung di atas, ada satu coban sebelum ke lokasi Coban Tundo. Meski sudah melewati papan petunjuk arah sebelumnya tapi kami sempat nyasar dan mencari info dari penduduk lokal yang sepertinya tidak bisa berbahasa Indonesia. Walau setengah mengerti, kami mengikutin arah ke bawah yang juga merupakan jalan pulang.
Sampai di pertigaan, kami menuju Coban Pendawa dan parkir di rumah warga tepat di depan gapura. Berjalan kaki melewati gapura dan memasuki perkebunan salak melewati jalan yang sudah rapih, jarak coban hanya sekitar 100m.
|
Loket Coban Pendowo |
|
Menuju Coban Pendowo melewati kebun salak |
Sampai di lokasi coban terlihat area yang sudah di tata dengan apik. Terlihat sebuah saung, bangku-bangku yang tertata rapi serta lokasi yang bersih seperti halaman rumah, di sana sini dibuat taman-taman sederhana. Dan lagi, di titik-titik bahaya di buat pagar-pagar sederhana dari besi dan tali yang di cat merah-putih sebagai peringatan agar pengunjung tidak melewati garis batas.Coban di sini ada 5 tingkatan, sesuai namanya Pendowo/Pandawa/Pendawa yang bearti 5 orang Pangeran. Coban yang pertama kami temui yaitu coban utama (tingkat 3) yang tingginya sekitar 10m, sangat mirip dengan Curug Cigangsa yang ada di Sukabumi. Boleh dibilang, miniaturnya Curug Cigangsa. Tidak terlihat leuwi/kolam yang dalam di bawah coban, yang bearti coban ini mempunya bebatuan dasar yang tahan erosi. Karena musim kemarau, debit air tidak terlalu besar, kalau musim hujan, air sungai yang melewati akan menutup tebing bebatuan yang ada.
|
Coban Pendowo Tingkat 3 |
|
Coban Pendowo Tingkat 3 |
|
Coban Pendowo Tingkat 3 |
|
Coban Pendowo Tingkat 3 |
Turun ke bawah, terdapat 2 air terjun yang jaraknya berdekatan, coban tingkat 4 dan ke 5. Coban 4 seperti coban utama, dimana airnya terjun jatuh di bebatuan yg tegak lurus dan membentuk beberapa aliran kecil. Di tingkat 5, air mengalir di bebatuan sempit dan landai, dan selanjutnya mengalir ke sungai di bawahnya. |
Add Coban Pendowo Tingkat 4 |
|
Add Coban Pendowo Tingkat 4 |
|
Add Coban Pendowo Tingkat 5 |
|
Add Coban Pendowo Tingkat 5 |
Tidak sampai di situ saja, kami menuju ke area atas coban 3. Tepat di atas coban 3 terdapat aliran air membentuk air terjun kecil dengan kolam yang tidak beberapa jauh dari tebing coban 3. Berjalan terus sekitar 50 m menyusuri sungai terdapat coban tingkat 1. Coban tingkat 1 ini berbentuk seperti patahan tegak lurus sehingga air yang mengalir seperti tirai. Hanya saja debit air nya tidak terlalu besar sehingga air terjun hanya terlihat di sisi kanan saja.
|
Add Coban Pendowo Tingka t1 |
|
Add Coban Pendowo Tingka t1 |
Kembali, kami berisitirahat di saung dan bertemu dengan pengelola tempat wisata ini. Kami di suguhi salak yang langsung dipetik dari kebun yang persis di samping kami. Rasanya segar, manis-manis asam, mungkin karena belum terlalu tua. Cukup lama beristirahat dan mengobrol kamipun mohon pamit melanjutkan perjalanan menuju Lumajang. |
Buah salak |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar