Jumat, 30 November 2018

Jelajah Banyuwangi Bagian 2: Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan


Minggu, 23 September 2018
Tujuan wisata hari ini adalah hoping island, yaitu ke Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan yang ada di kawasan Taman Nasional Bali Barat. Untuk memasuki kedua pulau ini, kami berangkat dari Grand Watu Dodol atau lebih dikenal dengan sebutan  GWD yang berada tidak jauh dari tempat penginapan.
Di GWD  kami janjian berkumpul jam 8 pagi. Di sana sudah menunggu Beni beserta istri dan 4 orang anaknya. Beni ini adalah teman saya kuliah dulu dan baru bertemu lagi pas disini hehehe. Sementara kapal yang kami sewa untuk hoping island dan snorkeling dari salah satu operator lokal dengan harga paket Rp. 2.100.000 untuk 4 dewasa dan 4 anak-anak. Buat kalian yang mau ke sini, saya sarankan lebih baik langsung ke GWD karena banyak kapal-kapal yang disewakan di sini dan bisa nego langsung dengan pemilik kapal.
Grand Watu Dodol (GWD)
Grand Watu Dodol (GWD)
Setelah sarapan dan persiapan sekitar jam 9 kamipun berangkat menuju Pulau Tabuhan. Perjalanan ke Pulau Tabuhan ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit. Di awal-awal perjalanan melewati Selat Bali ini terasa arus dan ombak yang lumayan besar. Jadi buat kalian yang suka mabok laut harus mempersiapkan minum obat anti mabok. Mendekati Pulau Tabuhan ombaknya sudah reatif tenang.
Di atas kapal
Sepanjang perjalanan kita disuguhi dengan pemandangan yang menakjubkan. Menjauhi pantai terlihat barisan pegunungan berlapis-lapis. di bagian depan terlihat Gunung Merapi (bukan Gunung Merapi yang Jogjakarta loh ya...), kemudian di belakangnya adalah Gunung Ijen dan terakhir Gunung Raung. Sementara itu di sebelah kanan terlihat Gunung Baluran yang berada di Situbondo. Nah kalo dari jauh ini terlihat bahwa pegunungn ini berada dalam satu rangkaian.
View sepanjang perjalanan
3. Pulau Tabuhan
Mendekati Pulau Tabuhan, sudah tidak berasa arus alias tenang. Kapal kami mendarat di pantai berpasir putih karena disini tidak ada jetty/pelabuhan. Pulau ini adalah pulau konservasi, jadi tidak ada penghuninya tapi di sini ada satu warung kecil yang menjual aneka makanan dan minuman ringan.
Merapat di Pulau Tabuhan
Merapat di Pulau Tabuhan
Merapat di Pulau Tabuhan
Merapat di Pulau Tabuhan
Merapat di Pulau Tabuhan
Awalnya kami berencana mengelilingi pulau kecil ini (menurut info dari guide hanya memakan waktu sekitar 30 menitan). Tapi sisi pulau yang menghadap laut lepas, ombaknya lumayan besar sehingga kami batal mengelilingi pulau ini.
salah satu sudut Pulau Tabuhan
salah satu sudut Pulau Tabuhan
salah satu sudut Pulau Tabuhan
Menikmati bagian pantai yang berombak tenang yang menghadap ke Banyuwangi dengan view pegunungan memberikan kesan tersendiri. Dengan pasir putih dengan riak kecil ombak dengan air yang sangat bening dengan gradasi warna putih biru membuat kami tergoda untuk berenang meski cuaca terik.
Beni and family
Awal kami datang, hanya ada 2 kapal yang bersandar. Tapi semakin siang semakin banyak kapal yang datang.  Karena sudah semakin siang dan pengunjung mulai ramai, kami melanjutkan snorkeling dan mengunjungi Pulau menjangan.

4. Pulau Menjangan
Sebenarnya Pulau Menjangan masuk wilayah Bali tepatnya Taman Nasional Bali Barat. Tujuan utama ke Pulau Menjangan dan Pulau Tabuhan adalah snorkeling. Kami melakukan snorkeling di sekitar Pulau Menjangan ini di dua spot.
Lokasi snorkeling 1
Lokasi snorkeling 1
Lokasi snorkeling 2
Hanya saja kondisi koral di dua spot ini boleh dikatakan sama. Sebagian besar adalah karang mati, dan menurut info dari guide kami ini diakibatkan oleh “coral bleaching”. Ini diakibatkan oleh perubahan iklim an sinar matahari. Koral-koral yang mati ini terutama di bagian laut yang dangkal dan panas. Sungguh sangat disayangkan dan di luar dugaan karena tidak seperti yang diharapkan. sangat berbeda sekali dengan kondisi koral yang ada di Bawean, yang masih terjaga dan asri. Saya tidak tahu apa ini juga terjadi di spot lain karena kami hanya snorkeling di dua spot.
Sisa koral di antara koral-koral yang sudah mati
Sisa koral di antara koral-koral yang sudah mati
Sisa koral di antara koral-koral yang sudah mati
Free dive
Free dive
Free dive
Free dive
Di jeda antara dua keiatan snorkeling ini, kami melewati Pura Ganesha yang berada di salah satu sudut Pulau Menjangan. Karena sekarang hanya diperuntukkan buat beribadah, tamu-tamu hanya bisa mendekati dan berfoto dari kapal.
Berfoto dengan latar Pura Ganesha
Pura Ganesha
Tujuan terakhir adalah mendarat di Pulau Menjangan persis di pintu gerbang Taman Nasional Bali Barat. Melewati jetty kecil kemudian melewati gapura, terlihat para pekerja sedang merenovasi dan mempercantik kantor sekretariat Taman Nasional. Perlu di catat, disini hanya ada kantor jadi tidak akan kita temui kantin atau warung-warung.
Gerbang Taman Nasional Bali Barat
Salah satu sudut Taman Nasional
Salah satu daya tarik wisatawan datang ke sini adalah, rusa/menjangan yang merupakan rusa spesies asli pulau ini. Dengan lanscape padang savana dan pohon-pohon berkayu putih dan berduri ditambah adanya rusa-rusa liar membuat kesan seolah-olah berada di Afrika.... (belum pernah sih ke Afrika cuman bisa lihat di TV hahahhaa).
Berasa di Afrika
Berasa di Afrika
Berbeda dengan rusa Bawean, rusa-rusa di sini besar-besar. Terkesan jinak, cuman sayang mereka menjauh ketika didekati hahahha. Jadi kita hanya bisa mengambil foto mereka dari jauh. Mudah-mudahan rusa-rusa ini terjaga kelestariannya dan juga Pulau ini, pulau yang menjadi rumah mereka.
Rusa endemic Pulau Menjangan
Rusa endemic Pulau Menjangan
Baca juga link terkait:
- Pantai Watu Dodol dan Jawatan Perhutani Benculuk
- Pantai Wedi Ireng dan Pantai Pulau Merah
- Air Terjun Jagir dan Desa Adat Osing 

Rabu, 28 November 2018

Jelajah Banyuwangi Bagian 1: Pantai Watu Dodol dan Jawatan Benculuk

Wisata Banyuwangi buat sebagian besar wisatawan identik dengan Kawah Ijen yang terkenal dengan Blue Fire-nya yang hanya ada 2 di dunia. Selain itu masih banyak sebenarnya tujuan wisata di Banyuwangi yang tidak kalau serunya apalagi buat para pecinta laut dan pantai yaitu Taman Nasional Bali Barat, meskipun berada di wilayah Bali tapi berbatasan langsung dengan Banyuwangi, Pantai Pulau Merah, Teluk Ijo, Watu Dodol, dll. Di sini juga terdapat banyak air terjun karena banyaknya pegunungan. Nah memanfaatkan liburan panjang 8-11 September 2018 kali ini saya hanya mengunjungi beberapa saja dari banyak tujuan wisata di Banyuwangi.

1. Pantai Watu Dodol 
Begitu mendarat sekitar dari airport menggunakan taksi menuju tempat penyewaan motor yang sudah kami book sebelumnya. Lokasi penyewaan ini sekitar 30 menit dari airport, atau 30 menit sebelum Pantai Watu Dodol. Penyewaan ini berada dekat pertigaan menuju kawasan wisata Ijen, jadi lokasinya lumayan ramai. Biaya penyewaan motor Rp. 80.000/hari atau 24 jam, jadi kami menyewa selama 3 hari.
Karena motornya di cek dulu sebelum di bawa, jadi kami harus menunggu sekitar 15 menit. Setelah semua beres, kami melanjutkan perjalanan menuju Watu Dodol. Karena belum mendapatkan penginapan, kami berencana menginap sekitar Pantai Watu Dodol karena besok harus menyeberang ke Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan.  Karena Banyuwangi menjadi pintu masuk ke Pulau Bali via Pelabuhan Ketapang, dan jalan ini juga jalan utama menuju kota-kota lain di sekitar Jawa Timur, jadi terbayang kan bagaimana ramainya arus lalu lintas di sini yang di dominasi oleh truk-truk dan container.
Sampai di Watu Dodol kami mendapatkan penginapan di salah satu hotel dengan harga sekitar Rp. 500.000/malam. Lokasinya sangat strategis, dekat dengan Grand Watu Dodol, meeting point untuk hoping island besok. Hanya saja, karena jalan raya berdekatan dengan penginapan, hampir 24 jam selalu di lewati oleh bis dan truk hahaha.
Nah, buat yang menikmati sunrise, Pantai Watu Dodol adalah lokasi yang sangat ideal. Karena kebetulan penginapan kami berada di pinggir pantai, subuh-subuh kita bisa melihat sunrise tanpa harus berjalan jauh. Dari sini kita bisa melihat langsung Pulau Bali, yang cuman berjarak beberapa kilo saja. Karena Bali berada di wilayah Tengah +1 jam, kadang-kadang jam di HP akan mengikuti WITA dan kadang-kadang mengikuti WIB. Jadi hati-hati untuk jam ini, jangan sampai salah.
Menikmati sunrise
Menikmati sunrise
Menikmati sunrise
Selain sunrise, kita juga bisa menikmati panorama pantai yang berwarna biru. Di sepanjang pantai banyak terdapat tempat beristirahat. Dan jangan lupa berfoto di batu yang tingginya sekitar 10m yang berada di tengah jalan yang menjadi ikon Watu Dodol. Di sebelah kanan juga terdapat Bukit Watu Dodol, semacam taman dimana kita bisa trekking di ke atas bukit batu.
Salah satu ikon Pantai Watu Dodol
Salah satu ikon Pantai Watu Dodol
Salah satu ikon Pantai Watu Dodol
Besok pagi, kami melanjutkan agenda mengunjungi Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan dan snorkeling di spot-spot sekitarnya. Untuk ini saya menuliskan di artikel tersendiri.

2. Jawatan Perhutani Benculuk
Kalau berkunjung ke Banyuwangi, sempatkan ke Jawatan Perhutani di Benculuk atau lebih dikenal dengan sebutan Jawatan Benculuk. Karena kami menginap di Watu Dodol, ke Benculuk ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 15 menit dengan motor.

Melewati kota dan beberapa pantai, dengan kondisi jalan yang lumayan padat dan banyaknya truk serta angkot yang sedikit ugal-ugalan membuat kami harus ekstra hati-hati naik motor. Kalau capek tidak ada salahnya mampir sebentar di pedagang nagka yang banyak di sepanjang jalan. 1 kotak plastik dijual seharga Rp. 10.000.
 Mengandalkan Google Maps, kami akhirnya sampai di Benculuk (beberapa kilo sebelumnya kita bisa melihat canopy dari hutan ini). meskipun sempat terlewat, karena gang masuknya tidak terlalu mencolok jika dilihat dari jalan raya. Dari jalan raya cuman berjarak sekitar beberapa puluh meter.

Di loket kami membayar tiket masuk sekitar Rp. 5.000/orang. Untuk parkir bisa dibayar seiklasnya (kami bayar Rp. 5.000).

Begitu memasuki gerbang kita langsung disuguhi dengan pemandangan yang sangat memukai yang tidak bisa kita temui di tempat lain. Serasa berada di film-film petualangan dan film-film horror hahaha..

Hutan Trembesi yang dikelelola oleh Jawatan Perhutani ini ‘hanya’ mempunyai luas sekitar 6 Ha (??). Lokasi ini dulu adalah tempat pengelolaan kereta api. Kereta-kereta ini dulunya menghubungi kecamatan-kecamatan di area ini.

Pohon-pohon Trembesi yang berusia ratusan tahun ini ukurannya sangat besar, membentuk tajuk-tajuk menyerupai ‘tangan-tangan’ raksasa. Keeksotisan pohon-pohon ini ditambah dengan lumut-lumut yang menutupi batang dan dahan-dahannya. 
Pintu masuk hutan Benculuk
Di ‘hutan’ ini juga di siapkan spot-spot foto seperti jembatan, mobil vintage/tua, ayunan dsb. Kita juga bisa naik ke salah satu pohon dengan tangga yang disediakan. Dari atas kita bisa mengambil foto hutan dari sudut lain. 
Salah spot foto di hutan
Salah spot foto di hutan
Memasuki hutan ada satu pohon yang dijadikan tempat berkumpul tukang delman. Delman ini bisa di sewa untuk berkeliling hutan ini. tapi buat kalian yang malas berjalan juga bisa berkeliling membawa kendaraan pribadi. Tapi gak saya saranin berkeliling pakai kendaraan ini karena sangat mengganggu kenyamanan pengunjung lain yang ingin menikmati suasana alam.

Delman yang di sewakan di hutan Benculuk
Di area hutan yang paling belakang yang berbatasan dengan persawahan penduduk terdapat deretan Pohon Trembesi yang dibawahnya terdapat potongan-potongan kayu jati milik Perhutani. Boulevard ini benar-benar epic.....!!!. Pokoknya kalian kalau ke Banyuwangi harus mampir ke sini, menikmati suasana Hutan Benculuk ini. Menikmati berada di dunia lain....
Salah satu sudut hutan Benculuk
Salah satu sudut hutan Benculuk
Salah satu sudut hutan Benculuk
Salah satu sudut hutan Benculuk
Baca juga link terkait:

Senin, 26 November 2018

Curug Dengdeng: Kunjungan Yang Tertunda


Curug Dengdeng
Curug ini berada di Kampung Cikarawang, Desa Leuwibatu, kecamatan Rumpin, kabupaten Bogor. Dulu saya dan Revan sempat mencari keberadaan curug ini (waktu itu belum masuk Maps), tapi ujung-ujungnya ke Curug Rahong dan Danau Quarry ex. Jayamix. 
Dulu kami mencari di daerah Rumpin lewat Ciseeng yang artinya jauh ke dalam padahal lokasinya tidak begitu jauh dari Jalan Raya Leuwiliang. Jadi, setelah kembali dari Kawaci dan Curug Love, karena masih siang kami mencari lokasi curug terdekat di Maps, ternyata Curug Dengdeng lah yang paling dekat.
Keluar dari pertigaan Leuwisadeng, sebelum jembatan Leuwiliang ada pertigaan ke arah Rumpin. Jadi kalau dari Bogor kota, pertigaan ini berada setelah pasar Leuwiliang terus Jembatan Leuwiliang, dan tidak jauh dari jembatan langsung belok kanan ke arah Rumpin. Dari pertigaan ini kita akan memasuki perkebunan karet yang jalannya lumayan sempit tapi cukup untuk mobil, juga kondisi jalannya tidak terlalu bagus. 
Kondisi jalan
Jarak dari jalan raya Leuwiliang ke arah Curug Dengdeng sekitar 5-6km. Hanya saja, karena tempat ini tidak dikelola, jadi tidak tersedia parkiran, dan sangat beresiko kalau parkir di pinggir kebun karet. Jadi, sekitar 100 m ada rumah penduduk (sebelah kiri jalan),kami menumpang parkir di sini. Sebenarnya ada sebelum rumah ini, ada pesantren sederhana tapi tidak boleh menitipkan kendaraan di pesantren ini. nah, kami minta salah satu santri sini untuk mengantar ke curug.
Pesantren dekat lokasi curug
Dari pesantren, kira-kira 50m, kami masuk perkebunan karet hingga mencapai tabing sungai. Di sini guide kami tidak mau lagi mengantar, yang ternyata ada kakaek-kakek yang ‘menguasai’ tempat ini. kakek-kakek ini juga muncul di review Maps hahahha...!.
Trek menuju Curug Dengdeng
Trek menuju Curug Dengdeng
Dari pinggir tebing sungai ini kami diantar sama kakek-kakek yang nungguin curug ini. Dari sini sebenarnya sudah terlihat Curug Dengdeng dari kejauhan. Jadi ari jauh bisa terlihat view curug keseluruhan yang bertingkat. Kalau dari dekat yang terlihat curug bagian bawah dan sebagian yang atas. Setelah menyeberang sungai, kemudian lanjut trekking normal sekitar 200m hingga mencapai depan curug. 
Mendekati area sungai
Menyeberangi sungai
Beruntung sekali pas kami datang airnya mempunyai debit yang deras, airnya berwarna hijau tosca dan bening, berbeda sekali dengan foto-foto yang kami liat di internet yang umumnya berwarna coklat hehehe. Curug ini mempunyai dua undakan, undakan pertama tidak terlihat dari dekat. Dari undakan pertama, air melewati celah bebatuan tebing dan kemudian mengalir membentuk undakan dua/curug utama.
Befoto di depan Curug Dengdeng
Noey dan Curug Dengdeng
Revan dan Curug Dengdeng
Curug Dengdeng

Curug Dengdeng
Area di sekitar curug sangat luas, mirip area di depan Curug Larangan di Sukabumi. Di kelilingi oleh tebing berwarna abu-abu kecoklatan. di kiri depan terdapat pohon yang sangat besar dan di bawahnya terhampar bebatuan besar. 
View depan curug
Tidak lengkap rasanya kalau datang ke curug tidak bereng dan merasakan kesejukan airnya. Untuk mencapai tebing kita harus berenang. Jangan harap di sini ada penyewaan jaket pelampung ya..... !. sampai di tebing kemudian kita harus memanjat hingga sampai di area depan curug. Dari dekat terasa berapa derasnya aliran curug ini. Untuk turun kita bisa loncat ke kolam yang ada di bawah, tapi jangan pas di area tempat jatuhnya air karena berbahaya. Pertama-tama, saya yang loncat, kemudian diikutin Revan dan Noey. 
Curug bagian atas
Revan dan Noey
Di atas tebing
Loncat
Pemandangan dari atas
Noey lagi berusaha naik tebing
Sedang asik-asiknya menikmati curug ini, tidak terasa sudah tengah hari dan memasuki waktu zuhur. Si kakek yang dari tadi menunggu kami, mengingatkan untuk turun dari tebing/area curug. Katanya sih, gantian dengan ‘penunggu’ di sana. Meskipun kedengaran sedikit aneh, dan kebetulan juga sudah puas menikmati curug ini, kamipun ijin kembali dan memberi sedikit tip ke si kakek.
Jadi buat kalian yang mau ke sini, siapkan makanan/minuman karena tidak ada penjual makanan di sini dan buat yang tidak bisa berenang harus menyiapkan jaket pelampung.
===========================
Curug Dengdeng
Lokasi:
Kampung Cikarawang, Desa Leuwibatu
Kecamatan Rumpin, kabupaten Bogor
Biaya:
Parkir dan tips: seiklasnya

Foto bonus: terasering diperjalanan dari Curug Love menuju Curug Dengdeng

Link terkait: