Hakiki dan Esensi Memperingati Hari Bumi. |
Hari Bumi ( “ Earth Day “ ) tahun ini jatuh pada hari Selasa 22 April 2014. Bumi , oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-IV Jakarta Nopember 2011 memiliki tiga arti.
Pertama : planet tempat manusia hidup, dunia dan atau jagat ( raya ). Kedua : planet ketiga dari matahari. Ketiga : permukaan dunia atau tanah.
Bumi ( dunia ) dalam bahasa Yunani , juga memiliki tiga arti kata. Pertama : ”Geografis” (tempat atau bumi berpijak). Kedua : ”Oukumene” (rumah atau tempat tinggal) dan ketiga : ” Cosmos” ( kosmetik, keindahan atau estetika ).
Bumi yang telah diciptakan oleh Allah untuk manusia , hakikinya, bukanlah semata untuk tempat berpijak (tempat tinggal). Tapi juga sebagai lahan untuk dapat bertahan dan atau mempertahankan hidupnya dengan berusaha dan mengelola sumber-sumber daya alam yang ada semaksimal mungkin dan secara sungguh-sungguh.
Mengelola , bagaimana bumi ( alam semesta ) dapat dirawat, dipelihara, dijaga kelestariannya agar tidak sampai rusak. Meski tak dapat dipungkiri bahwa sudah sepandai-pandainya saja manusia merawat dan memelihara bumi , belum tentu dapat menjamin ketiga unsur bumi ( geografis, oukumene, cosmos ) bisa luput dari berbagai gangguan.
Indonesia dan Fenomena Rasa Prihatin
Beberapa tahun terakhir , bumi pertiwi seolah tak pernah absen dari berbagai rasa prihatin, yang salah satunya adalah akibat tidak pedulinya manusia Indonesia dalam menjaga kelestarian bumi agar tetap memberi manfaat bagi kehidupan manusia.
Rasa prihatin mendalam , terutama sejak peristiwa bencana alam mengerikan ”tsunami” Aceh 26 Desember 2004 yang menelan korban ratusan ribu orang meninggal dunia, berikut orang hilang dan luka-luka serta rusak/luluhlantaknya berbagai harta benda , rumah , sarana-pra sarana dan berbagai fasilitas lainnya.
Hingga ke bencana gempa dahsyat 7 skala richter pada 2009 yang melanda Sumatera Barat dan menewaskan banyak orang serta memporak-porandakan rumah-rumah, hotel dan bangunan /gedung lainnya , terutama ibu kota provinsinya, yakni Padang.
Lalu pada 2010, bencana alam ( banjir bandang dan tanah longsor ) Wasior, Mentawai dan erupsi gunung Merapi yang kala itu terjadi hampir pada saat yang bersamaan.
Pada 2013- ( awal 2014 ) , terjadi banjir bandang di Manado/Tomohon, banjir bandang Jakarta, erupsi gunung Sinabung dan gunung Kelud serta tanah longsor di Tasik Malaya yang menganjlokkan loko dan gerbong kereta api , dan lain-lain , yang kesemua bencana mana bukan hanya menelan korban harta benda , tapi juga korban manusia tewas yang tak sedikit jumlahnya !.
Histori, Hakiki dan Esensi Memperingati Hari Bumi
Meski di Indonesia peringatan hari bumi belum begitu populer, kecuali hanya di tingkat penggiat dan para aktivis lingkungan hidupnya , mungkin karena kurangnya sosialisasi dan atau sebab-sebab lainnya, bahwa pada setiap tanggal 22 April, Hari Bumi selalu/rutin diperingati secara internasional.
Gerakan Hari Bumi pertama kali dicanangkan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat ( AS ) . Penggagasnya bernama Gaylord Anton Nelson , seorang senator Amerika Serikat dari Wisconsin, yang juga sebagai staf pengajar lingkungan hidup yang memiliki komitmen dan kepedulian tinggi terhadap lingkungan.
Gerakan mana awalnya dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi manusia terhadap planet yang ditinggalinya ( bumi ). Bahwa fakta yang tak terbantahkan , kala itu dan hingga kini, adalah terjadinya degradasi lingkungan secara besar-besaran yang hampir melanda seluruh penjuru dunia.
Faktor penyebabnya diduga akibat ekploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dan tak terkendali. Ataupun oleh karena kemajuan teknologi yang turut menyumbangkan gas dan zat-zat berbahaya kepada lingkungan dan lalu terakumulasi dan mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan dan membahayakan.
Lubang ozon dan pemanasan global ( global warming ) , juga merupakan isu penting dan paling mendapat perhatian dalam satu dasawarsa terakhir. Bukan hanya bagi penggiat (aktivis ) lingkungan, bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, para ilmuwan, tokoh-tokoh, pakar, akademisi dan para politisi hingga kepada para selebriti dan profesi lainnya di seluruh penjuru dunia , sangat menaruh perhatian lebih.
Gagasan peringatan Hari Bumi oleh Gaylord Anton Nelson mana kontan mendapat dukungan masyarakat luas hingga Hari Bumi di AS pun masuk dalam kurikulum resmi di setiap perguruan tinggi.
Kala itu berbagai dukungan terhadap penyelenggaraan Hari Bumi mencapai puncaknya. Sejarah mencatat terdapat jutaan orang yang turun ke jalan, berdemonstrasi dan memadati Fifth Avenue di New York AS untuk mengecam para perusak ( lingkungan ) bumi. Majalah TIME mencatat , sekitar 20 juta manusia turun ke jalan pada 22 April 1970 tersebut. Sehingga momen inilah menjadi tonggak sejarah peringatan Hari Bumi sedunia yang pertama kali , dimana sejak saat itu , setiap tanggal 22 April pada setiap tahunnya dilakukan peringatan Hari Bumi.
Kampanye Implementasi Peduli ( lingkungan ) Bumi
Peringatan Hari Bumi merupakan kampanye untuk mengajak seluruh manusia untuk lebih peduli terhadap lingkungan hidupnya.
Hari Bumi mana telah menjadi sebuah gerakan global/mendunia hingga saat ini , dimana pelaksanaannya di seluruh dunia dikoordinir oleh “ Earth Day Network’s “, sebuah organisasi independen yang beraggotakan berbagai LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat ) di seluruh dunia.
Timbul pertanyaan krusial, khususnya bagi insani Indonesia, apakah kita hanya ingin menjadi penonton saja , atau sebaliknya, ikut berpartisipasi/ berperan aktif di dalam gerakan ini ?
Sebagai individu yang ikut mendiami dan menikmati (keberadaan, potensi dan keindahan ) bumi ini , seyogianya kita ikut pro aktif didalam berbagai kegiatan yang tujuannya adalah untuk pelestarian lingkungan hidup , mengingat manusia adalah individu yang sehari-hari yang berinteraksi langsung dengan lingkungannya masing-masing.
Ada cara-cara sederhana dalam berpartisipasi yang bisa kita lakukan, dimana kita tidak perlu ikut berdemontrasi menentang kebijakan-kebijakan para penguasa , yang menguras tenaga, pikiran dan mengeluarkan uang itu, tapi dengan melakukan aksi/cara-cara sederhana dan jitu.
Semisal, selain aktif menulis artikel tentang lingkungan hidup yang dipublikasikan, juga ikut aktif menjaga lingkungannya masing-masing dengan cara-cara sederhana/konvensional.
Seperti, tidak (lagi) membuang sampah secara sembarangan, ke parit-parit, tepian sungai atau ke sungai.
Tapi membuangnya pada tempat-tempat yang telah disediakan sekaligus menyeleksi sampah-sampah organik dan non organik.
Apalagi, tidak lagi membuang bangkai-bangkai binatang (tikus, dan lain-lain ) di jalanan , tapi menguburnya.
Lalu membiasakan diri menanam pohon-pohon dilingkungan dan atau dihalaman/pekarangan rumah masing-masing.
Melakukan hemat energi, dengan menggunakan listrik sehemat mungkin. Juga menggunakan kendaraan bermesin secara seperlunya saja , yakni hanya untuk tujuan dan keperluan penting.
Sebab banyaknya asap juga dapat merusak lingkungan ( bumi ) dan kesehatan manusia sehingga perlu mengurangi emisi dan polusi.
Membiasakan diri untuk menggunakan pupuk organik agar tanamaan tumbuh subur dan sehat. Tapi sebaliknya, Pemerintah juga harus menyediakan pupuk organik yang cukup memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau.
Terpenting lain, tidak menebang pohon-pohon hijau pelindung dan atau merusak cagar alam ataupun hutan.
Tidak melakukan pembakaran lahan gambut untuk membuka usaha perkebunan ( land clearing ) hingga mengakibatkan kepulan polusi asap pekat dan pengap yang menyesakkan dada dan menimbulkan penyakit serta aktivitas penerbangan itu , sebagaimana baru-baru ini terjadi dan berasal dari Provinsi Riau, dan sebagainya.
Dengan melakukan hal-hal sederhana sebagaimana tersebut di atas di dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sudah melakukan gerakan-gerakan individu “ luar biasa “ dalam menjaga kelestarian bumi.
Plus mengharapkan adanya political will (kemauan politik) berkesadaran berlingkungan dan pelestarian bumi dari pihak Pemerintah dan DPR , untuk memotivasi dan menjadi tauladan bagi masyarakat guna terlaksananya pelestarian bumi.
Selamat Memperingati Hari Bumi !. ***
Oleh: Tomi Adhiyudha SE.
Penulis : Alumnus FE Univ. Tri Sakti , Aktivis dan Pemerhati Lingkungan , tinggal di Jakarta.
Sumber: Artikel ini sebelumnya telah dimuat di AnalisaDaily.com, demi kepentingan pendidikan artikel ini kami repost di blog ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar