Selasa, 18 November 2014

Aturan Adat Suku Alas dalam Melindungi Alam

Aturan Adat Suku Alas dalam Melindungi Alam
Suku Alas. Foto: COLLECTIE TROPEN MUSEUM
Di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas hidup berdampingan dengan 11 etnis lainnya. Walaupun memiliki keanekaragaman dari segi etnis dan agama, di tanah Alas tidak pernah terjadi konflik bernuansa SARA. Inilah yang membuat wilayah perbukitan di daerah Aceh Tenggara terkesan damai dan asri. Menyatu dalam keberagaman.

Beragamnya kehidupan di tanah Alas, malah menjadi keunikan tersendiri di wilayah Aceh Tenggara. Menjadikan kehidupan di setiap elemen masyarakat penuh warna dan bervariasi. Di Alas, perbedaan setiap unsur kebudayaan masyarakatnya saling berbaur dan saling mempengaruhi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

Atas dasar genealogi, kehadiran berbagai etnis di tanah Alas menjelaskan, bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat hidup dan berdiri sendiri. Begitu juga dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten ini. Semua pihak perlu terlibat baik secara langsung maupun tidak. Keberagaman suku dan keyakinan akan menjadikan keunikan tersendiri bagi masyarakat di sana dalam membangun daerahnya.

Aturan Adat Suku Alas dalam Melindungi Alam
Aturan Adat Suku Alas dalam Melindungi Alam. Ilustrasi
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dalam beberapa definisi, di antaranya seperti berikut ini:

Dheleng (hutan) sebagai kekayaan imum alias kepala mukim bersama rakyatnya di Tanah Alas. Luasannya selebar wilayah kemukiman dengan panjang jauh ke dalam hutan ½ (setengah) hari perjalanan kaki, atau hingga dhalan/pasakh mesosen. Pemanfaatanya diarahkan untuk menjaga air sungai/pakhik jume tetap normal untuk pertanian/bersawah atau pun keperluan hidup lainnya terhadap air.

Jika ada pencuri hasil hutan atau terjadi perusakan (menebang kayu, pengambil rotan, dan produk non kayu) tanpa sepengetahuan MAA kampung setempat dan tanpa izin dari imum/kepala mukim, maka pelaku akan dikenakan sanksi adat. Harus menyerahkan seluruh hasil curiannya ke kampung tempat kejadian pelanggaran adat. Selain itu pelaku juga dikenai denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp320.000-Rp3.200.000).

Aturan Adat Suku Alas dalam Melindungi Alam
Tradisi Pemamanen di suku Alas sudah ada sebelum masuk Kolonial Belanda ke wilayah Alas. Foto: COLLECTIE TROPEN MUSEUM
Sama halnya bagi pengebom, peracun, penyetrum, dan pemusnahan ikan. Terutama ikan jurung, ciih khemis, dan ciih situ dan jenis ikan lainnya di sepanjang sungai Lawe Alas. Atau sungai-sungai kecil, dan irigasi desa, termasuk seluruh tali air di Tanah Alas. Pelaku akan mendapat sanksi adat ngateken kesalahen. Ikan tangkapan di luar ketentuan adat tersebut harus dikembalikan ke MAA setempat serta dikenai denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp320.000-Rp3.200.000).

Begitu pula jika ada seseorang yang menangkap ikan tanpa seizin masyarakat adat yang mengelola secara adat di Tanah Alas di wilayah pinahan (lubuk larangan) dan sejenisnya.  Ia dikenakan saksi ngateken kesalahen dan ikan tangkapan tersebut dikembalikan ke MAA kampung setempat untuk diserahkan kepada pemiliknya. Serta dikenai denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp320.000-Rp3.200.000).

Kemudian jika ada orang yang mengambil, menangkap, atau memburu satwa liar dan sejenisnya tanpa izin MAA setempat. Ia akan mendapat saksi adat ngateken kesalahen. Hasil buruan/tangkapannya tersebut dikembalikan ke MAA setempat untuk diserahkan atau dikembalikan ke habitatnya bila masih hidup, dan dikenai denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp320.000-Rp3.200.000).

Aturan Adat Suku Alas dalam Melindungi Alam
Pada masa itu tradisi pemamanen membawa tebu ke tempat orang pesta. Foto: COLLECTIE TROPEN MUSEUM
Hukum adat (customary law) adalah bagian dari aturan hukum pada umunya. Kategorinya adalah hukum tidak tertulis dalam masyarakat yang biasanya bermata pencaharian pertanian di daerah pedesaan. Hukum adat berasal dari keputusan bersama suatu masyarakat, dan dikuasakan proses pengadilannya pada seseorang yang telah dipercaya. Biasanya seseorang dituakan atau dihormati.

A.W. Wijaya dalam tulisannya berjudul “Manusia, Nilai Tradisional dan Lingkungan”, berperspektif bahwa hukum adat adalah norma lama yang masih terdapat di mana-mana. Di daerah dan di dalam masyarakat. Ini merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Termasuk di daerah Suku Alas berada. Maka sudah semestinya kita menghargai dan mematuhi hukum adat yang berlaku di manapun kita berada, “di mana tanah dipijak di situ langit dijunjung.”




Sumber Rujukan:

Widjaja , A.W. (Ed.) 1986     Manusia Indonesia: Individu, Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo C.V

Zul Arma. 2010. Aceh Tenggara Negeri Leuser yang Perlu Komitmen. Dimuat di Buletin Tuhoe Edisi XII.

Suwarto (dkk), 2006, Mengangkat Keberadaan Hak-hak Tradisional Masyarakat Adat Rumpun Melayu Se-Sumatera, Pekanbaru : Unri Press.

Dr. Thalib Akbar, M.Sc. 2004. Sanksi dan Denda Tindak Pidana Adat Alas.

Simarmata, Rikarda.  2006.   Pengakuan Hukum Terhadap Masyarakat Adat Di Indonesia. Regional Initiative on Indigenous Peoples Rights and Development (RIPP) UNDP Redional Center in Bangkok.

Sabtu, 08 November 2014

Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing

Carstenz Pyramide. Tahun 1623 Navigator dari Belanda J. Cartenz adalah orang pertama yang membawa kabar ke daratan Eropa tentang adanya puncak es dinegara tropis di garis equator Barat Papua Nugini, dan Laporan J Cartenz ini menjadi bahan tertawaan oleh publik. Foto: Google
Uraian singkat dibawah ini adalah "Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing" yang bersumber dari Buku Panduan LPDN 1990.

1492 Sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba untuk memanjat tebing Mont Aiguille (2.097 m), di kawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan mereka, tapi yang jelas sampai beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Jadi mereka memanjat untuk mata pencaharian, kurang lebih mirip para pengunduh sarang burung wallet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karangbolong Jawa Tengah.

1623 Yan Carstenz adalah orang Eropa pertama yang melihat "pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju!" di perdalaman Irian. Salju itu sangat dekat ke Khatulistiwa. Laporannya tidak dipercaya di Eropa, padahal belum lama berselang diberitakan ada juga salju di pegunungan Andes, masih dekat Khatulistiwa.

1624 Masih berkaitan dengan pekerjaan, pastor-pastor Jesuit merupakan orang-orang Eropa pertama yang melintasi pegunungan Himalaya, tepatnya di Mana Pass (Pass = pelana / punggungan yang terentang di antara dua puncak), dari Gharwal di India ke Tibet.

1760 Professor de Saussure agaknya begitu jatuh cinta pada Mont Blanc di perbatasan Perancis - Italia, sehingga dia menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang bisa menemukan lintasan ke pincaknya, untuk penelitian ilmiah yang diimpikannya. Sayang, tidak ada yang tertarik, terutama karena ngeri terhadap naga-naga yang konon menghuni puncak gunung tertinggi di Eropa Barat itu.

1786 Setelah beberapa percobaan gagal, puncak Mont Blanc (4.807 m) akhirnya berhasil digapai manusia, mereka adalah Dr. Michel Gabriel Paccard dan seorang pemandu gunung, Jacquet Balmat. Puncak tertinggi yang di Alpen yang berhasil didaki sebelumnya adalah Lysjoch (4.153 m), tahun 1778.
Puncak Mont Blanc (4.807 m) akhirnya berhasil digapai manusia pada tahun 1786 setelah beberapa percobaan gagal. Foto: google
1830 Alexander Gardiner melintasi Karakoram Pass dari Sinkiang, China ke Kashmir, India.

1852 Ahli-ahli ukur tanah di India berhasil menentukan ketinggian puncak XV (8.840 m). Ini merupakan puncak tertinggi di dunia, mengalahkan puncak VII (Kangcenjunga, 8.598 m) yang sebelumnya dianggap puncak paling tinggi. Puncak XV ini kemudian diberi nama Everest, sesuai dengan nama kepala divisi ukur tanah di India berkebangsaan Inggris, Sir George Everest (orang Nepal menyebut puncak ini dengan nama Sagarmatha, sedangkan orang Tibet menyebutnya Chomolungma). Belakangan ketinggiannya dikoreksi menjadi 8.888 m, kemudian dikoreksi lagi menjadi 8.848 meter, sampai sekarang.

1853 Batu pertama jaman keemasan dunia keemasan di Alpen diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3.708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga.

1857 Alpine Club yang pertama berdiri di Inggris.

1858 Ketinggian K2 (singkatan Karakoram Number 2) terukur, 8.610 m, menggeser lagi kedudukan Kangchenjunga menjadi posisi 3.

1865 Dinding Selatan Mont Blanc dipanjat untuk pertama kali melalui lintasan Old Brenva, menandai lahirnya panjat es (ice climbing). Di Alpen bagian tengah, Edward Whymper dan enam rekannya berhasil mencapai puncak Matterhorn (4.474 m), Swiss. Tapi empat orang anggota tim yang saling terkait dalam satu tali tewas dalam perjalanan turun, ketika salah seorang jatuh dan menyeret yang lainnya. Musibah ini mengakhiri sebelas tahun jaman keemasan. Lebih dari 180 puncak besar telah didaki dalam masa itu, sedikitnya satu kali, dan lebih dari setengahnya dilakukan para pendaki Inggris.

1874 WA Coolidge mendaki puncak Jungfrau dan Wetterhorn pada musim dingin, sehingga dijuluki Mr. Winter Climbing. Tahun 1870-an ini muncul trend baru, yaitu pendakian tanpa didampingi pemandu, yang segera menjadi ukuran kebanggaan diantara para pendaki.

Aiguille de Dru (L'aiguille du Dru). Foto: images.toucharger.com |Didier HEROUX ©
1878 Regu yang dipimpin Clinton Dent berhasil memanjat Aiguille de Dru di Perancis, memicu trend baru lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tidak terlalu tinggi tetapi cukup curam dan sulit. Banyak orang menganggap peristiwa ini sebagai kelahiran panjat tebing.

1883 WW Graham menjadi orang pertama yang mengunjungi pegunungan Himalaya dengan tujuan mendaki gunung sebagai olah raga dan petualangan. Dia mendaki beberapa puncak rendah di kawasan Nanda Devi dan Sikkim, India. Konon khabarnya dia juga berhasil menggapai puncak Changabang (6.864 m).

1895 Percobaan pertama pendakian gunung diatas 8.000 m, yaitu Nanga Parbat (8.125 m) oleh AF Mummery. Pendaki Inggris yang sering disebut Bapak Pendakian Gunung Modern ini hilang di ketinggian sekitar 6.000 m.

1899 Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz hampir 3 abad sebelumnya tentang "pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju!" di perdalaman Irian. Maka namanya diabadikan sebagai nama puncak yang kemudian ternyata merupakan puncak gunung tertinggi di Indonesia.

1902 Percobaan pertama mendaki K2 oleh tim ekspedisi dari Inggris, hasilnya ?. gagal !!!!!!!!!

1907 Ekspedisi di bawah pimpinan Tom Longstaff mendaki Trisul (7.120 m), puncak 7.000-an pertama yang berhasil di daki manusia. Longstaff adalah orang pertama yang mencoba penggunaan tabung oksigen dalam pendakian.

1909 Ekspedisi Persatuan Ahli Burung dari Inggris (BPUE), memasuki rawa-rawa sebelah selatan kawasan Carstensz. Dalam masa 16 bulan pada ekspedisi ini, 16 orang meninggal dan 120 orang sakit.

Carabineer (cincin kait) untuk pertama kali dipergunakan dalam pendakian gunung oleh pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman. Foto: Google
1910 Carabineer (cincin kait) untuk pertama kali dipergunakan dalam pendakian gunung oleh pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman. Penggunaannya diilhami oleh pasukan pemadam kebakaran.

1911 Mantan anggota ekspedisi BPUE 1909, Dr. AFR Wollaston, kembali ke Irian bersama C. Bodden Kloss dengan 224 pengangkut barang dan serdadu. Mereka sampai di bagian Timur kawasan Carstensz dengan menyusuri sungai Otowka dari Selatan. Kali ini tiga orang melayang jiwanya.

1921 George L. Mallory dkk, berhasil mencapai North Col Everest, dalam perjalanan penjajagan mereka dari sisi Tibet.

1922 Usaha pertama mendaki Everest, berakhir pada ketinggian 8.320 m di punggungan timur laut. Hasilnya ??.. gagal !!!!!!

1924 Mallory dan Irvina, kembali mencoba mendaki Everest. Keduanya hilang di ketinggian sekitar 8.400 meter. Rekannya, Edward Norton mencapai 8.570 meter, rekaan ketinggian waktu itu, sendirian dan tanpa tabung oksigen.

1931 Schimdt bersaudara mencapai puncak Matterhorn lewat dinding utara, sekaligus melahirkan demam north wall climbing.

1932 UIAA (Union Internationale Association de Alpinisme) berdiri di Perancis.
1933 Comici dari Italia memanjat overhang dinding utara Cima Grande Laverdo dikawasan Dolomite, Alpen Timur, menandai aid climbing (panjat tebing menggunakan alat bantu untuk menambah ketinggian) yang pertama.

1934 Dr. Karl Prusik memelopori penggunaan tali kecil dengan simpul khusus untuk menggantung dan meniti tali yang lebih besar. Sampai sekarang tali kecil dan simpul ini dikenal dengan istilah prusik. Meniti tali dengan menggunakan tali kecil dan simpul ini disebut prusiking.

Prusiking adalah salah satu teknik meniti tali dengan menggunakan tali kecil dan simpul. Insert: Prusik Knot
1936 Dr. AH Colijn, manajer umum sebuah perusahaan tambang menemukan dinding timur Gletser Moriane, tak jauh dari kawasan Carstensz. Gunung bijih itu dinamakan Erstbergh, yang nantinya menjadi tambang utama PT. Freeport.

1938 Dinding utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil di panjat oleh tim gabungan Jerman dan Austria. Sebelumnya Hitler menjanjikan mereka medali setingkat medali emasnya Olimpiade. Mereka adalah Anderl Heckmair, Ludwig Forg, Fritz Kasparek dan Heinrich Harrer. Tebing maut ini sebelumnya telah menelan cukup banyak korban dan berlanjut sampai sekarang.

1941 Ekspedisi Archbold menemukan lembah Baliem, kantong Suku Dani yang tingkat kebudayaannya amat tinggi, ditengah hutan belantara, seolah tak terbatas dan tak tertembus. Irian semakin menjadi pusat perhatian para ilmuwan dunia.

1949 Nepal membuka perbatasannya bagi orang luar, memancing maraknya pendakian di kawasan atap dunia itu.

1950 Tibet dikuasai Cina. Pendakian Himalaya di sisi ini tidak diperkenankan lagi.
Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8.091 m), puncak 8.000-an yang pertama berhasil di daki, menandai awal 20 tahun jaman keemasan pendakian di Himalaya.
Di Alpen, tali nylon mulai dipergunakan. Tali serat tumbuhan yang sebelumnya biasa dipakai, hampir tak memiliki kelenturan, sehingga ada aturan bahwa seorang perintis jalur pemanjatan (leader) tidak boleh jatuh, sebab hampir pasti pinggangnya akan patah tersentak.
Pakaian bulu angsa mulai membuat malam-malam di bivouac lebih nyaman dan pendakian keesokan harinya lebih efektif.

Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8.091 m), puncak 8.000-an yang pertama berhasil di daki, menandai awal 20 tahun jaman keemasan pendakian di Himalaya. Foto: google
1951 Don Whillan menemukan pasangannya, Joe Brown. Mereka menjadi duet pemanjat terkuat yang pernah dimiliki Inggris. Panjat bebas (free climbing) gaya Inggris segera menjadi tolok ukur dunia panjat tebing.
Walter Bonatti dkk menyelesaikan dinding timur Grand Capucin, awal aid climbing pada tebing yang masuk dalam kategori dinding besar (big wall).
Bermula terjadinya revolusi cadas di Inggris, tebing kapur ternyata tidak serapuh yang diduga selama ini, sehingga tebing ini mulai banyak dipanjat menyaingi tebing granit dan batuan beku lainnya.

1952 Herman Buhl memanjat solo di dinding timur laut Piz Badile, Swiss dalam waktu 4 ? jam. Inilah awal speed climbing (pemanjatan yang mengutamakan kecepatan). Rekor waktu sebelumnya pada lintasan itu adalah 52 jam, dibuat tahun 1937.

1953 Heman Buhl dkk mencapai puncak Nanga Parbat, puncak 8.000-an kedua yang didaki orang.
Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay dari Nepal, yang tergabung dalam ekspedisi Inggris, menjadi manusia pertama yang berdiri di atap dunia, Everest.
Mountain Travel, biro perjalanan pertama yang melayani ekspedisi pendakian gunung, didirikan di Kathmandu, Nepal. Dengan tumbuhnya agen-agen seperti ini, sebagian kerumitan pengelolaan ekspedisi dapat dikurangi, sehingga pendaki lebih konsentrasi pada pendakiannya. Tetapi di sisi lain juga mengundang kecurangan-kecurangan, seperti pembukaan jalur oleh pemandu setempat, sehingga pendaki tinggal mengikuti atau bahkan di tuntun.

1954 Ekspedisi Inggris sukses mencapai puncak Kanchenjunga, sedangkan ekspedisi Perancis sukses di Makalu (8.463 m).
Suatu alat berpegas ditemukan, menyaingi fungsi prusik untuk memanjat tali. Nama alat ini adalah ascendeur (alat untuk naik), tapi sering disebut juga jumar, gabungan nama penemunya yaitu Adolf Jusi dan Walter Marti, dari Swiss.

1956 Ekspedisi dari Jepang berhasil mendaki Manaslu (8.163 m). Jepang segera menjadi salah satu negara besar di dunia pendakian Himalaya.

Puncak Manaslu (8.163 m) di Nepal. Foto: google
1957 Herman Buhl dan tim Austria mencapai puncak Broad Peak (8.047 m), sekaligus menandai pendakian gunung 8.000-an dengan teknik alpine tactic.

1958 Lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian, membangkitkan semangat para pendaki gunung untuk menjajal Carstensz, sang perawan salju Khatulistisa.

1959 Claudio Barbier dari Belgia, mendaki solo 3 (tiga) dinding utara Tre Cima Laverdo dalam 1 hari, ini adalah pertama kali speed climbing menggunakan teknik gabungan free dan artificial climbing.
Helm mulai digunakan para pendaki tebing. Sabuk pengaman (harness) menjadi wajib, menyusul kematian seorang pemanjat Inggris di Dolomite.
Tebing 48 di Citatah mulai dipakai sebagai ajang latihan oleh pasukan TNI AD.

1961 Ekspedisi dari Selandia Baru mencoba mendaki Carstenz Pyramide. Gagal karena keterlambatan dukungan logistik lewat jembatan udara. Mereka menemukan jalan dari utara lewat celah yang kemudian dinamakan New Zealand Pass.

1962 Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan Heinrich Harrer.
Puncak Eidenburg, juga di Irian, berhasil di daki oleh ekspedisi yang dipimpin Philip Temple.
Baut tebing mulai diperkenalkan penggunaannya di pegunungan Alpen. Pemanjat-pemanjat Amerika mulai terkenal di Alpen, diawali oleh Hemmings dan Robbins yang menciptakan lintasan super sulit di dinding barat du Dru.

Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan Heinrich Harrer pada tahun 1962. Foto: Puncak Carstenz | google
1963 Tim gabungan Inggris dan Amerika memanjat dinding selatan Auguille du Fou, yang waktu itu dianggap sebagai pemanjatan tersulit di Alpen dengan menggunakan teknik-teknik aid climbing gaya Amerika.
Kode etik dalam panjat tebing mulai banyak diperdebatkan di kalangan pemanjat.
Seorang ahli gletser yang baru kembali dari Antartika berusaha mendaratkan pesawat terbang kecilnya di Puncak Jaya dekat Carstensz. Untung angin kencang mengurungkan niatnya, sebab salju tebal disana terlalu lunak untuk landasan. Tapi dua pesawat pendukung DC-3 kandas di lereng utara dan selatannya, pada ketinggian sekitar 4.300 m. Reruntuhannya masih bisa ditemukan sampai sekarang.

1964 Beberapa pendaki Jepang dan 3 orang Indonesia, yaitu Fred Athaboe, Sudarto dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Jaya di Irian. Puncak yang berhasil didaki itu sempat dianggap Puncak Carstensz, sebelum kemudian dibuktikan salah. Tahun ini dipatok sebagai awal sejarah pendakian gunung di Indonesia.
Dua perkumpulan pendaki gunung tertua di Indonesia lahir : Wanadri di Bandung dan Mapala UI di Jakarta.
Ekspedisi Cina mendaki Shisha Pangma (8.046 m) di Tibet, satu-satunya puncak 8.000-an yang terletak di luar Nepal dan Karakoram (Pakistan).

1965 Seratus tahun pendakian pertama Matterhorn diperingati dengan pendakian oleh Hornli, dkk., diliput oleh BBC/TV dari awal pendakian sampai berhasil ke puncak. Untuk pertama kalinya pendakian gunung dan panjat tebing menjadi olah raga yang dapat ditonton banyak orang.
Pemerintah Nepal menutup pendakian Himalaya di wilayahnya.

1967 Penggunaan tali kernmantel dipelopori oleh pemanjat Inggris, menggantikan tali yang terbuat dari bahan nylon. Bagian dalam tali kernmantel terdiri dari beberapa pilihan serat synthesis, yang memberikan kekuatan pada tali. Bagian pembungkusnya merupakan anyaman dari bahan yang lentur, tapi tahan gesekan, sehingga melindungi bagian dalamnya.

Penggunaan tali kernmantel dipelopori oleh pemanjat Inggris pada tahun 1967, menggantikan tali yang terbuat dari bahan nylon. Gambar: Google
1968 Nafas segar bagi para pendaki, sejumlah lapangan terbang milik misi Katolik di buka di Irian. Tapi sayang, bersamaan dengan itu pemerintah Indonesia tidak lagi mengeluarkan ijin pendakian ke kawasan Carstensz.

1969 Reinhold Messner keluar dari pertapaannya, kembali ke tebing-tebing Alpen Timur, menyikat dinding es raksasa les Droites dalam waktu 8 jam solo. Menumbangkan rekor sebelumnya, yaitu 3 hari.
Pemanjat-pemanjat Jepang mulai membanjiri pasaran Alpen, antara lain membuat lintasan baru di Eiger.
Nomor perdana majalah Mountain mulai beredar, menjadi media pendaki dan pemanjat yang pertama beredar luas dalam bahasa Inggris, sehingga mempengaruhi perkembangan melalui perdebatan dan opini.
Pemerintah Nepal membuka kembali wilayahnya bagi pendaki Himalaya, dengan beberapa peraturan baru dan membatasi pendakian pada puncak-puncak tertentu saja. Agen-agen pendakian dan trekking tumbuh dan berjibun seperti kutu yak, menggelitik kelompok-kelompok kecil dari berbagai negara untuk main-main di Himalaya dengan mudah dan murah.
Soe Hok Gie dan Idhan Lubis gugur di Gunung Semeru, terkena gas beracun.

1970 Dinding Selatan Annapurna di rambah tim dari Inggris, menggunting pita pembukaan era pendakian jalur-jalur sulit di gunung-gunung besar Himalaya. Tingkat kesulitan lintasan menjadi lebih penting daripada hanya sekedar mencapai puncak.
Tahun ini lahir cabang olah raga panjat dinding atau panjat tebing buatan. Dinding-dinding panjat buatan mulai bermunculan. Bentuk-bentuk latihan terpisah dalam olah raga panjat tebing mulai menggema. Salah satu pelopornya adalah Pete Livesey, pemanjat yang juga suka speleologi, kano dan lari. Ia tahu benar pentingnya latihan khusus bagi masing-masing jenis olah raga tersebut, dan mencoba menerapkannya pada panjat tebing. Pelan tapi pasti, panjat tebing mulai dipandang sebagai kegiatan atletis, kesan huru-hara sedikit demi sedikit mulai hilang. Semboyan "the best training for climber is climbing" tidak lagi memadai, apalagi hanya dengan memupuk kejantanan melalui gelas-gelas bir.

1971 Kawasan Carstensz kembali dibuka untuk pendakian. Kesempatan ini segera diserbu oleh tim-tim ekspedisi dari Australia, Jerman, AS bahkan Hongkong. Penelitian yang dilakukan Carstensz Glacier dari Expedition University of Melbourne, menghasilkan kesimpulan yang cukup mengejutkan tentang penyusutan gletser secara besar-besaran.

1972 Untuk pertama kalinya olah raga panjat dinding masuk dalam jadwal Olympiade di Munich, walaupun masih eksebisi.
Mapala UI, diantaranya adalah Herman O. Lantang dan Rudy Badil, berhasil mencapai Puncak Jaya. Mereka merupakan orang-orang sipil pertama dari Indonesia yang mencapai puncak ini.

1974 Pasangan Reinhold Messner dan Peter Habeler mendaki Hidden Peak (8.068 m) di Karakoram selama 3 hari dengan sistem Alpine Push (tanpa kembali ke base camp). Pasangan ini juga memecahkan rekor kecepatan pemanjatan di Eiger, yaitu 10 jam.

1975 Ekspedisi dari Jepang menjadi tim wanita pertama yang menjejak Puncak Everest. Sementara itu China mengirimkan ekspedisi Everest-nya yang pertama, dari punggungan Timur Laut.
Bercak-bercak kapur magnesium mulai terasa merisihkan tebing-tebing di Inggris dan Eropa daratan, kebanyakan menyalahkan para pemanjat hijau, yang mengobral kapur pada lintasan yang seharusnya bisa dilampaui tanpa bubuk penyerak keringat.

1976 Harry Suliztiarto mulai latihan memanjat di Citatah. Patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.
Tebing Citatah, Bandung. Foto: Unisaspala|Google
1977 Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan Harry Suliztiarto, Heri Hermanu, Deddy Hikmat dan Agus R.
Ekspedisi Selandia Baru mencoba mendaki Everest tanpa bantuan sherpa. Mereka Cuma sampai di South Col, tapi seolah memukul gong yang gaungnya merantak kemana-mana, ekspedisi berdikari, semua perintisan jalur dan pengangsuran perbekalan dilakukan sendiri oleh anggota ekspedisi. Yang pro menganggapnya sebagai kejujuran wajib, yang kontra melecehkan sebagai kesia-siaan yang konyol. Perdebatan ini belum selesai sampai sekarang.

1978 Messner dan Habeler menggegerkan dunia pendakian Himalaya dengan mendaki Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Tambah geger lagi ketika kemudian Messner bersolo karir di Nanga Parbat dalam waktu 12 hari. Pendakian solo ini oleh banyak pakar dianggap lebih penting dari pendakian tanpa oksigen-nya.

1979 Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Disengaja atau tidak, merupakan upaya pertama di Indonesia untuk mempublikasikan panjat tebing.

1980 Tebing Parang di Jawa Barat untuk pertama kali dipanjat oleh tim ITB.
Skygers menyelenggarakan sekolah panjat tebing angkatan pertama.
Sam Moses, Geoff Tabin dan Bob Saphiro dari AS, menjadi orang-orang pertama yang memanjat dinding utara Carstensz secara direct (lurus).
Wanadri menjadi tim Indonesia pertama yang berekspedisi ke Carstensz Pyramide. Mereka gagal mencapai puncak, namun berhasil di Puncak Jaya dan Carstensz Timur. Sedangkan ekspedisi gabungan Mapala UI dan tim AS mendaki Puncak Trikora.
Pemerintah Nepal membuka kesempatan pendakian musim dingin, di samping musim semi dan musim gugur. Semakin banyak kaki meratakan jalan-jalan setapak di pelbagai pelosok Himalaya, semakin banyak pula sampah menumpuk dimana-mana. Tetapi sebaliknya, konon mata uang asing semakin deras pula mengalir kesana. Tapi siapa yang bertambah kaya ? Susah !!!!!!

1981 Dua ekspedisi Indonesia sekaligus di dinding selatan Carstensz, Mapala UI dan ITB. Salah seorang anggota tim Mapala UI, Hartono Basuki, gugur disini. Korban pertama pendakian di Carstensz.
Jayagiri dari Bandung mengirimkan Danardana mengikuti sekolah pendakian gunung di Glenmore Lodge, Skotlandia, dilanjutkan dengan pendakiannya ke Matterhorn, Swiss.

1982 Jayagiri mengirimkan Irwanto ke sekolah pendakian ISM di Swiss, dilanjutkan ekspedisi 4 orang ke Monta Rosa, Swiss serta Mont Blanc dan Matterhorn.
Dua ekspedisi ke Carstensz, Wanadri dan Pataga Jakarta.
Ahmad dari Gideon SMAN 1 Bandung tewas terjatuh di Tebing 48 Citatah, Padalarang. Korban pertama panjat tebing di Indonesia.

1984 Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur, serta tebing pantai Uluwatu, Bali dipanjat oleh Skygers dan Gabungan Anak Petualang dari Surabaya.

1985 Tebing Serelo di Lahat, Sumatera Selatan, dipanjat tim Ekspedisi Anak Nakal.
Ekspedisi Mapala UI gagal mencapai Puncak Chulu West (6.584 m) di Himalaya. Ekspedisi Jayagiri gagal memanjat Gunung Eiger, Swiss. Ekspedisi Jayagiri lainnya, diantaranya Don Hasman berhasil mendaki Kilimanjaro (5.895 m) di Afrika.

1986 Kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di Sulawesi Selatan. Kelompok Unit Kenal Lingkungan - UNPAD memanjat Gunung Lanang di Jawa Timur. Tim Jayagiri merampungkan Dinding Ponot di air terjun Sigura-gura, Sumatera Utara.
Ekspedisi Jayagiri mengulangi pemanjatan Gunung Eiger, Swiss, berhasil dengan menciptakan lintasan baru.
Kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, di tebing alam, sempat ditayangkan oleh TVRI.

1987 Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Batu Unta di Kalimantan Barat. Kelompok Trupala memanjat Tebing Bukit Gajah di Jawa Tengah. Skygers memanjat Sepikul di Jawa Timur.
Beberapa ekspedisi dari Indonesia di kirim ke luar negeri. Mapala UI ke Puncak Chimborazo (6.267 m) dan Cayambe (gagal) di Pegunungan Andes. Ekspedisi Wanita Indonesia Mendaki Himalaya ke Imja Tse di Nepal. Ekspedisi Jayagiri Saddle Marathon, terdiri dari Mamay S. Salim dan Bambang Hertadi Mas mencapai puncak tertinggi di Afrika, Kilimanjaro, dengan membawa sepeda. Tim ini juga mendaki Mount Kenya di Afrika dan Imja Tse, tanpa sepeda. Eskepedisi Wanadri gagal mencapai Vasuki Parbat (6.792 m) di Gharwal, India.
Lomba panjat tebing pertama di Indonesia, dilaksanakan di tebing pantai Jimbaran, Bali.
Tiga anggota Aranyacala, Trisakti dan 1 mahasiswa sipil Trisakti tewas terbunuh dekat Ilaga, dalam perjalanan ke Carstensz.

Dinding panjat buatan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1988, dibawa oleh 4 pemanjat Perancis. Foto: Kejurda Panjat Tebing FPTI Sulut Justitia 25th Anniversary, 25 Oktober 2013 | Yuris Triawan
1988 Dinding panjat buatan pertama kali diperkenalkan di Indonesia, dibawa oleh 4 pemanjat Perancis yang diundang ke Indonesia atas kerjasama Kantor Menpora dengan Kedubes Perancis di Jakarta. Mereka juga sempat memberikan kursus singkat. Menjelang akhir acara, terbentuk Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia (FPGTI), diketuai Harry Suliztiarto.
Untuk pertama kali disusun rangkaian kejuaraan memperebutkan Piala Dunia Panjat Dinding yang direstui dan diawasi oleh UIAA (Union Internationale de Association de Alpinism), badan internasional yang membawahi federasi-federasi panjat tebing dan pendakian gunung, diawali dengan kejuaraan di Snowbird, AS.
Ekspedisi panjat tebing yang sepenuhnya dilaksanakan oleh wanita, Ekspedisi Putri Parang Aranyacala Trisakti, memanjat Tower III Parang. Kelompok putranya memanjat Gunung Kembar di Citeureup, Bogor.
Ekspedisi UKL Unpad kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang yang tewas terjatuh di Batu Unta, Kalimantan.
Panjat kebut pertama kali dilakukan di Indonesia oleh Sandy Febiyanto dan Djati Pranoto di Tower I Parang, dalam waktu 4 jam, sekaligus merupakan pemanjatan tebing besar pertama tanpa menggunakan alat pengaman sama sekali, keduanya hanya saling dihubungkan dengan tali.
Lomba panjat tebing buatan pertama dilakukan di Bandung, mengambil lokasi di sebuah gardu listrik.
Ekspedisi Wanadri berhasil menempatkan 3 pendakinya di Puncak Pumori (7.145 m) di Himalaya. Hendricus Mutter dan Vera MW dari Jayagiri mendaki Imja Tse tanpa sherpa.
Di Alpen, Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing gagal memenuhi target waktu pemanjatan 2 hari pada dinding utara Gunung Eiger, waktu mereka mulur menjadi 5 hari. Ekspedisi Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru pada gunung yang sama.
Di Yosemite, AS, Sandy Febiyanto dan Djati Pranoto memanjat Half Dome (gagal memecahkan rekor waktu John Bachar dan Peter Croft, 4,5 jam) dan El Capitan (gagal memecahkan rekor waktu 10,5 jam).

1989 Awal tahun ini, dunia panjat tebing merunduk dilanda musibah dengan gugurnya salah satu pemanjat terbaik Indonesia, Sandy Febiyanto, yang terjatuh di tebing Pawon, Citatah. Tetapi tidak lama. Semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala penjuru Nusantara, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di Bumi Pertiwi ini.
Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala Trisakti memanjat Bambapuang, Sulsel, tetapi musibah menimpa tim ini sebelum mencapai puncak. Ali Irfan Batubara, fotografer tim, tewas tergelincir dari ketinggian.
Di Himalaya, pendaki top Polandia, Jerzy Kukuczka, tewas dalam upaya memanjat dinding selatan Lhotse (8.516 m).
Arek-arek Young Pioneer dari Malang memanjat tebing Gajah Mungkur di seputaran dalam kawah Kelud, sementara tim Jayagiri sedang berlatih dalam rangka persiapan ekspedisi ke Lhotse Shar di Nepal, tim ini mematok target pemanjatan semua pucuk-pucuk tebing kawah Kelud, tetapi gagal. Ekspedisinya sendiri batal berangkat.
Kawasan Citeureup kembali dipanjat tim dari Aranyacala, kali ini tebing Rungking. Tebing Uluwatu, Bali dipanjat ekspedisi putri yang kedua dari Mahitala, Unpar. Kelompok Mega, Untar melakukan ekspedisi marathon panjat tebing, mulai dari tebing-tebing di Citatah, Parang, Gajah Mungkur dan berakhir di Uluwatu, dalam waktu hampir sebulan. Merupakan marathon panjat tebing pertama di Indonesia.
Tahun ini tercatat tidak kurang dari 10 kejuaraan panjat dinding diselenggarakan di Indonesia. Beberapa yang besar adalah di Unpar-Bandung, Trisakti-Jakarta, ISTN-Jakarta, Markas Kopassus Grup I Serang, Trupala-Jakarta (dua kali, di Balai Sidang dan Ancol), SMA 70 Bulungan-Jakarta, Kelompok KAPPA-UI dan Geologi-ITB.
Mapala UI membuat 2 ekspedisi, ke Mount Cook (3.764 m), Selandia Baru dan McKinley (6.149 m), Alaska, puncak tertinggi di Amerika Utara.
Empat anggota Wanadri mengikuti kursus pendakian gunung es di Rainier Mountaineering Institute, AS, kemudian bergabung dengan ekspedisi AS ke Kangchenjunga.
Di Alpen, Ekspedisi Wanita Alpen Indonesia berhasil merampungkan pendakian 5 puncak tertinggi di 5 negara Eropa, Mont Blanc (Perancis), Grand Paradiso, 4.601 m (Italia), Monte Rosa, 4.634 m (Swiss), Grossglockner, 3.978 m (Austria) dan Zugspitze, 2.964 m (Jerman).
Akhir tahun ini ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono melakukan pemanjatan solo di Tower III Parang. Merupakan artificial solo climbing pertama pada tebing besar di Indonesia.

1990 Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) di gelar di Jakarta, dengan menggunakan dinding panjat pertama yang mempunyai empat sisi dengan ketinggian 15 meter. FPGTI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia), diketuai tetap oleh Harry Suliztiarto sebagai Ketua Harian dan Setiawan Djody sebagai Ketua Umum.
Majalah Mountain, majalah pendakian gunung dan panjat tebing yang pertama di dunia (lahir tahun 1969), tidak terbit lagi. Salah satu rubrik khasnya, Info, diadopsi oleh majalah High terbitan British Mountaineering Club.
Tomo Cesen, pendaki asal Yugoslavia (Slovenia), berhasil mencapai puncak Lhotse (8.516 m) di Himalaya dalam waktu 62 jam, lewat dinding selatan yang merenggut nyawa Jerzy Kukuczka tahun sebelumnya. Ditambah dengan pendakian solonya tahun sebelumnya di Jannu (7.710 m), Tomo membuka era baru pendakian gunung : solo, jalur baru dan waktu pendakian yang sangat singkat.
Ekspedisi PPGAD dan Pataga Jakarta mendaki Carstensz Pyramide dan Puncak Jaya.
Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia (EPPI), terdiri dari pemanjat Aranyacala Trisakti, Mahitala Unpar dan IKIP Bandung, melakukan pemanjatan di Half Dome, AS.

1991 Indonesia untuk pertama kalinya mengirimkan pemanjatnya pada kejuaraan di luar negeri, yaitu Oceania Cup di Autralia. Dari 4 pemanjat yang dikirim, hanya Andreas SM dan Deden Sutisna yang mendapat peringkat, yaitu 4 dan 5. Keikutsertaan ini membuka mata dunia panjat tebing internasional, bahwa ternyata Indonesia sudah mempunyai atlit panjat tebing.
FPTI untuk pertama kali mengeluarkan Peraturan Lomba Panjat Tebing Buatan.
Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia (EPPI) '91, terdiri dari 8 pemanjat putri dari berbagai perhimpunan di Jakarta, Bandung, Yogya dan Menado, berhasil membuat lintasan baru pada tebing Cima Ovest, Italia.
FPTI Pengda Jatim dan Imapala Unmer Malang, mengadakan Climbing Party di Lembah Kera, diikuti oleh puluhan pemanjat. Selain memanjat bersama, juga diadakan diskusi dan evaluasi pembuatan jalur, sehingga menjadikannya sebagai jambore panjat tebing yang pertama di Indonesia, walaupun sebenarnya tidak disebut demikian.
Tahun ini tercatat beberapa kecelakaan di dinding panjat. Zainuddin tewas terjatuh di Samarinda, karena tidak memasang pengaman. Tiga pemanjat lagi terjatuh dan cedera (lumpuh, patah tulang). Semuanya terjadi karena tidak mengikuti prosedur keselamatan pemanjatan.
Eskpedisi gabungan PPGAD-Wanadri berhasil memanjat jalur lurus dinding utara Tower-2 Carstensz, menyelesaikan marathon 5 puncak (Sarwo Edhi, Sumantri, Soekarno/Puncak Jaya, Puncak Tengah dan Carstensz Timur) serta mendaki Puncak Mandala untuk pertama kalinya. Tim arus derasnya mengalami musibah di sungai Van der Wall, dengan korban 7 orang tewas.
Mauly MW Wibowo melakukan pemanjatan bebas solo (free solo) pertama, di Bambapuang, Sulsel.
Rapat Paripurna Nasional FPTI yang pertama, diselenggarakan di Puncak, Jabar.

1992 Kejuaraan Nasional Panjat Tebing I diselenggarakan di Padang, juara umum diraih oleh kontingen DKI Jaya. Usai Kejurnas, para pemanjat mengadakan panjat bareng di Lembah Harau, Bukit Tinggi, menghasilkan beberapa jalur baru.
Ronald N. Mamarimbing dan Panji Susanto mengikuti kejuaraan First Asian Championship di Seoul, sedangkan Mamay S. Salim dan Mauly MW Wibowo mengikuti kursus juri dan pembuat jalur dengan instruktur dari Perancis, dilanjutkan dengan rapat CICE Asia.
Sebelumnya Panji S dan Yereno ET berangkat ke Singapura mengikuti lomba SAFRA, tetapi terlambat datang. Mereka kemudian diminta melakukan eksebisi dan mendapat sambutan meriah.
Tim gabungan PPGAD dan Pataga Jakarta melakukan pemanjatan di tebing Grandes Jorrases, Perancis.
Tim Mapala UI harus rela kehilangan Norman Edwin dan Didiek Samsu, yang gugur ketika melakukan pendakian ke Aconcagua, puncak tertinggi di benua Amerika.
Mamay S. Salim dan Deden Sutisna membuat beberapa jalur pemanjatan pada tebing-tebing granit di Pulau Belitung.
Budi Cahyono yang dikontrak oleh sebuah perusahaan rokok, melakukan pemanjatan di Taiwan, untuk pembuatan iklan.
FPTI diterima secara resmi menjadi anggota UIAA, disusul dengan pengiriman utusan ke rapat CICE Asia di Hongkong.
Rapat Paripurna Nasional FPTI yang kedua disekenggarakan di Bengkulu.

Mt Aconcagua (6962 metres) is the highest mountain in the world outside of Asia. Located in Argentina, South America. Foto: sciencekids|earth images
1993 Kejuaraan Nasional Panjat Tebing II dilaksanakan di Bengkulu, juara umum diraih oleh Sumatera Barat, menyusul kemudian kejuaraan Piala Menhub di Jakarta dan lomba yang diadakan Persatuan Pelajar Semen Gresik di Jatim. Ketiganya diselenggarakan dalam bulan yang sama.
Budi Cahyono, Ronald N.M dan Yusa Kanarohan mengikuti Kejuaraan Asia di Chancun, RRC. Hasilnya Ronald peringkat II dan Yusa peringkat VI.
Budi Cahyono dan Yusa Kanarohan berhasil meraih juara 1 dan 2 pada kompetisi Singapore National 2nd Rock Wall Climb Championship.
Dua instruktur dari Perancis datang ke Indonesia dan memberikan kursus lomba panjat tebing di Bandung
FPTI Pengda Jatim bekerjasama dengan Mahapala D3 Ekonomi Univ. Jember, mengadakan sekolah panjat tebing di Sepikul, Jatim.
Skygers juga mengadakan sekolah panjat tebing angkatan ke 10.
Tahun ini tiga kegiatan pendidikan alam bebas dilaksanakan hampir bersamaan waktunya : Gladian Pencinta Alam, Sekolah SAR dan TWKM (Temu Wicara Kelompok Mahasiswa).
Jambore Panjat Tebing Pertama diselenggarakan oleh FPTI Pengda DKI di Parang.
SH Nasution dan Kamran Ali melakukan pemanjatan di kawasan Phang-Nga dan Phuket, Thailand.
Kamran dan Oneng memanjat di Malaysia dan Vietnam.
Tim Mapala UI, terdiri dari Tantyo Bangun dan Ripto Mulyono berhasil mencapai puncak Aconcagua, disusul oleh tim Ekspedisi Putri Indonesia. Sedangkan tim FPTI gagal berangkat ke Fitzroy dan Aconcagua. Alex Lowe dari AS berhasil mencapai puncak Aconcagua 3x dalam seminggu.
Aranyacala Trisakti mengirimkan tim ke AS, terdiri dari tim tebing (Half Dome), tim arung jeram (Colorado) dan tim gunung (Mount Whitney).
Di tanah air, tim Mapala UI berhasil memanjat jalur lurus (direct route) dinding utara Carstensz Pyramide, namun gagal dalam upayanya memanjat dinding utara Puncak Jaya.
Awan kelabu kembali menyelimuti dunia petualang alam bebas kita, Dudy Arief Wahyudi, salah seorang pelopor paralayang di Indonesia, tewas saat melakukan kegiatan paralayang di pantai Parangtritis, Yogyakarta.
Wolfgang Gullich, pemanjat handal dari Jerman yang menjadi pemeran pengganti Silvester Stallone dalam film Cliff Hanger, tewas karena kecelakaan mobil.
Catherine Destivelle dari Perancis, memanjat solo dinding utara Eiger.

1994 FPTI secara resmi menjadi anggota KONI yang ke-50.
Ronald N.M dan Nunun Masruroh berhasil menduduki peringkat 9 dan 12 pada Kejuaraan Asia Ketiga di Jepang, sedangkan Hendricus F. Mutter mengikuti rapat CICE Asia di Jepang.
Mamay S. Salim dan Kresna Hutama membuat jalur-jalur pemanjatan pada tebing-tebing di Taiwan.
Mamay S. Salim dan Rahim ABS belajar teknik panjat pohon, kemudian menjadi asisten peneliti dari Perancis yang mengadakan pengumpulan sample tumbuhan epifit (pakis, anggrek, dll) di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi.
Jambore Panjat Tebing Kedua diselenggarakan oleh FPTI Pengda DKI, lokasinya masih di Parang.

1995 Lintasan dinding timur laut Everest akhirnya berhasil didaki oleh dua pendaki dari Jepang. Padahal lintasan ini dipilih juga waktu upaya pendakian Everest yang pertama tahun 1992.
Budi Cahyono menawarkan pemanduan pemanjatan ke Parang, iklannya masuk pada majalah Action Asia edisi April/Mei 1995.


1996 sampai sekarang telah banyak sejarah baru tentang pendakian dan panjat tebing telah diukir, dan mungkin tidak akan muat di posting ini jika harus diuraikan satu-persatu. Semoga uraian diatas bisa bermanfaat.


Selamat Berpetualang - Safety First & Leave No Trace


(Sumber : Buku Panduan LPDN 1990)

Petisi: Pak Jokowi, blusukan asap ke hutan gambut kami di Riau

Petisi: Pak Jokowi, blusukan asap ke hutan gambut kami di Riau
Seorang anak bersepeda dengan menggunakan masker di Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (13/3/2014). Kabut asap yang disebabkan kebakaran lahan dan hutan tersebut semakin pekat. Pemerintah Provinsi Riau mengimbau warga untuk menggunakan masker terkait kualitas udara yang memburuk. Foto: TRIBUN PEKANBARU/Doddy Vladimir 
Lihat koran atau TV akhir-akhir ini? Asap menutupi Sumatera, akibat kebakaran hutan dan gambut! 

Potret besarnya ngeri! Tiap tahun 3,8 juta hektar hutan hilang. Tahun ini, negara rugi 80 triliun, 10 kali lipat anggaran provinsi Riau; Rp 8,84 triliun (BNPB, 2014). Warga Riau sudah 17 tahun hidup dengan polusi dan penyakit akibat asap. 

Tapi saya tak menyerah. Saya baru saja melahirkan anak pertama. Kelak, semoga ia belajar bersama anak-anak rimba seperti juga saya belajar dan tinggal lama di pedalaman hutan: “sokola rimba”.

Sebelum hutan dan rawa gambut ‘berasap’ lagi, sebelum para pelaku lari dari hukum, kita suarakan agar Jokowi #BlusukanAsap ke Riau

Saya tak rela hidup “Orang Rimba” dan masyarakat pedalaman Indonesia yang hidupnya bergantung pada hutan tergusur dari tanah leluhur. Saya tidak rela, masyarakat Sumatera hidup dengan asap. Kamu juga kan? 

Seorang warga asli Riau, Pak Abdul Manan, membuat petisi agar Presiden Jokowi segera #BlusukanAsap! Yuk mulai bersuara untuk lingkunganmu. Tandatangani petisi Abdul Manan di bawah ini!

Salam Rimba,
Butet Manurung | @ManurungButet

Petisi: Pak Jokowi, blusukan asap ke hutan gambut kami di Riau
Butet Manurung dan anak-anak di Sokola Rimba.


Berikut isi petisi Abdul Manan :

Petisi: Pak Jokowi, blusukan asap ke hutan gambut kami di Riau
Kota Pekanbaru kembali diselimuti kabut asap yang cukup tebal pada hari Kamis (6/2/2014) pagi. Hal ini disebabkan mulai munculnya puluhan titik api akibat kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah di Riau. Foto: TRIBUN PEKANBARU/Doddy Vladimir 
Pak Jokowi, blusukan asap ke hutan gambut kami di Riau

Pak Jokowi,

Sering saya dengar keluhan orang kota mengenai asap yang dimana-mana, mulai dari asap rokok hingga mobil. Tapi di kampung saya di Riau, hingga desa-desa terkecil, kita betul-betul hidup dengan kabut asap!

Tahun ini belum berakhir saja, kami sudah mengalami hampir 6 bulan asap tebal di sekitar kita; Januari - Maret, Juni - Agustus. Perusahaan-perusahaan sawit itu bisa (dan memang) evakuasi. Kami, masyarakat lokal, mau evakuasi kemana? Ini rumah kami.

Di luar Riau, mudah untuk melihat hal ini sebagai bencana. Tapi untuk masyarakat lokal, bencana ini sudah dianggap wajar. Bagaimana tidak, kebakaran hutan gambut terus terjadi selama 17 tahun berturut-turut! Tepat sejak izin-izin perkebunan sawit dan HTI diterbitkan secara masif.

Pak Jokowi,

Pernah melihat hutan gambut terbakar dan asap di mana-mana? Menurut BNPB, dari Februari Maret kemarin, 24.000 hektar terbakar dan 58.000 jiwa menderita pneumonia, asma kronis, iritasi mata dan kulit.

Belum lagi dampaknya terhadap anak-anak. Janin dalam kandungan ibu terancam tumbuh tak optimal. Kegiatan sekolah bisa terhenti berminggu-minggu. Tingkat intelegensi (IQ) anak-anak kita bisa menurun drastis!

17 tahun itu, 1 generasi. Revolusi Mental kita, Pak Jokowi, terancam jadi cacat mental.  

Saya lihat di TV, ribuan orang turun ke jalan merayakan terpilihnya Pak Jokowi sebagai presiden. Jutaan warga mulai berani berharap. Saya, satu dari jutaan itu yang berharap banyak kepada Bapak.

Orang suka bercerita, Pak Jokowi dekat dengan rakyat, dan betul-betul mendengar. Suka “blusukan”.

Masalah asap Riau memang rumit Pak, tapi permintaan saya sederhana. Mau tidak Pak Jokowi blusukan ke tempat kami ? Langsung melihat hutan gambut, kebakaran, dan asapnya? Hanya dengan begitu Pak Jokowi bisa mengerti kehidupan kami sehari-hari dengan asap.

Paru-paru kami mungkin mengecil, tapi harapan kami membesar.


Salam dari Riau,
Abdul Manan

Petisi: Pak Jokowi, blusukan asap ke hutan gambut kami di Riau
Kepulan asap dari hutan terbakar terlihat di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Kabupaten Bengkalis, Riau (28/2). Kebakaran di kawasan konservasi yang diakui oleh UNESCO itu diduga karena perambahan dan pembalakan liar. Foto: ANTARA/Lanud Roesmin Nurjadin

NB: 
Untuk turut menandatangani petisi Abdul Manan silahkan klik pada tombol petisi [change.org] dibawah ini:


Jumat, 07 November 2014

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)

Taman Nasional Lore Lindu
Lembah Bada, Taman Nasional Lore Lindu. Lore Lindu Trekking. Foto: x-plorea.com
Taman Nasional Lore Lindu, secara administratif pemerintahan taman nasional tersebut terletak pada dua kabupaten yaitu Kabupaten Donggala dan Kabupaten Poso termasuk dalam empat kecamatan, yakni Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Palolo (Kabupaten Donggala). Kecamatan Lore Utara dan Kecamatan Lore Selatan (Kabupaten Poso), Letak kawasan TN. Lore Lindu ± 60 km dari kota Palu (sebelah selatan tenggara kota Palu).

Taman Nasional Lore Lindu
Peta lokasi Taman Nasional Lore Lindu.
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) merupakan taman nasional di Indonesia yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah dan salah satu lokasi perlindungan hayati Sulawesi. Taman Nasional Lore Lindu terletak sekitar 60 kilometer selatan kota Palu dan terletak antara 119°90’ - 120°16’ di sebelah timur dan 1°8’ - 1°3’ di sebelah selatan.

Kalau dibandingkan dengan taman nasional lain di Indonesia, ukurannya sedang saja, Taman Nasional ini secara resmi meliputi kawasan 217.991.18 ha (sekitar 1.2% wilayah Sulawesi yang luasnya 189.000 km² atau 2.4% dari sisa hutan Sulawesi yakni 90.000 km²)dengan ketinggian bervariasi antara 200 sampai dengan 2.610 meter di atas permukaan laut. Taman Nasional ini sebagian besar terdiri atas hutan pegunungan dan sub-pegunungan (±90%) dan sebagian kecil hutan dataran rendah (±10%).

Taman Nasional Lore Lindu memiliki fauna dan flora endemik Sulawesi serta panorama alam yang menarik karena terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan antara zona Asia dan Australia.

Taman Nasional Lore Lindu yang terletak di selatan kabupaten Donggala dan bagian barat kabupaten Poso menjadi daerah tangkapan air bagi 3 sungai besar di Sulawesi Tengah, yakni sungai Lariang, sungai Gumbasa dan sungai Palu.

Kawasan Taman Nasional Lore Lindu merupakan habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi. Anoa, babirusa, rusa, kera hantu (Tangkasi), kera kakaktonkea, kuskus marsupial dan binatang pemakan daging terbesar di Sulawesi, musang Sulawesi hidup di taman ini. Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki paling sedikit 5 jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikusnya, termasuk jenis endemik.

Sedikitnya ada 55 jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung, termasuk maleo, 2 jenis enggang Sulawesi yaitu julang Sulawesi dan kengkareng Sulawesi. Burung enggang benbuncak juga disebut rangkong atau burung allo menjadi penghuni Taman Nasional Lore Lindu.

Ribuan serangga aneh dan cantik dapat dilihat di sekitar taman ini. Layak diamati adalah kupu-kupu berwarna mencolok yang terbang di sekitar taman maupun sepanjang jalan setapak dan aliran sungai.

Patung-patung megalit yang usianya mencapai ratusan bahkan ribuan tahun tersebar di kawasan Taman Nasional Lore Lindu seperti Lembah Napu, Besoa dan Bada. Patung-patung ini sebagai monumen batu terbaik di antara patung-patung sejenis di Indonesia. Ada 5 klasifikasi patung berdasarkan bentuknya:
  1. Patung-patung batu: patung-patung ini biasanya memiliki ciri manusia, tetapi hanya kepala, bahu dan kelamin.
  2. Kalamba: ini adalah bentuk megalit yang banyak ditemukan dan menyerupai jambangan besar. Mungkin ini adalah tempat persediaan air, atau juga tempat menaruh mayat pada upacara penguburan.
  3. Tutu'na: ini adalah piringan-piringan dari batu, kemungkinan besar penutup kalamba.
  4. Batu Dakon: batu-batu berbentuk rata sampai cembung yang menggambarkan saluran-saluran, lubang-lubang tidak teratur dan lekukan-lekukan lain.
  5. Lain-lain: mortar batu, tiang penyangga rumah dan beberapa bentuk lain juga ditemukan.
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Patung-patung megalit yang banyak tersebar di Taman Nasional Lore Lindu. *
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Patung-patung megalit yang banyak tersebar di Taman Nasional Lore Lindu. *
*Taman Nasional Lore Lindu telah ditetapkan UNESCO sebagai cagar biosfer. Artinya kawasan ini dinilai sebagai paru-paru dunia. Banyak pula peninggalan manusia yang hidup di zaman megalitikum tersisa di Lore Lindu. Misalnya patung manusia, jambangan besar (kalamba), piringan (tutu’na), dan batu-batu cembung (batu dakon). Ada banyak kisah yang bisa ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu.

Iklim dan Topografi
lklim di TN. Lore Lindu berbeda – beda berkisar antara 26°-32°C. Dibagian utara dengan curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/tahun dan makin kearah selatan curah hujan menjadi 3000-4000 mm/tahun.

Topografi TN. Lore Lindu bergunung-gunung yang dibatasi oleh lembah “Fossa Sarasina” dibagian barat, sedangkan dibagian timur adalah lembah Tawaelia. Ketinggian gunung-gunung bervariasi dari 200 meter (Pakuli) sampai 2.610 m dari permukaan laut (G. Rorekatimbo). TN, Lore Lindu merupakan lokasi yang berada ± 70 % pada ketinggian 1000 m – 1500 m dari permukaan laut dan kurang dari 10 % terletak pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut.

Sejarah
Sejarah pembentukan taman nasional ini diawali dengan terbentuknya 3 (tiga) kawasan, yaitu:
  1. Suaka Margasatwa Lore Kalamanta dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. : 522/Kpts/Um/10/73, tanggal 20 Oktober 1973.
  2. Hutan wisata D. Lindu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. : 46/Kpts/Um/1/78, tanggal 25 Januari 1978.
  3. Perluasan ke utara S. Sopu – S. Gumbasa dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No, : 1012/Kpts/Um/12/1981, tanggal 10 Nopember 1981.
  4. Pada konggres taman nasional sedunia di Bali tahun 1982 telah dideklarasikan beberapa kawasan Taman Nasional termasuk Taman Nasional Lore Lindu. Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1993 ditetapkan menjadi Kawasan Taman Nasional Lore Lindu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No : 593/ Kpts-ll/1993, dengan luas 229.000 Ha.
Kronologi:
  1. Suaka Margasatwa Lore Kalamanta. 1973
  2. Status Biosfer. 1977
  3. Hutan Wisata/Hutan Lindung Danau Lindu . 1978.
  4. Suaka Margasatwa Lore Lindu (Perluasan Lore Kalamanta). 1981
  5. Pemerintah Indonesia menyatakan Lore Lindu sebagai Taman Nasional dalam Konggres Dunia mengenai Taman Nasional. 1982
  6. Dinyatakan sebagai Pusat Keanekaragaman Tanaman. 1994
  7. Status Taman Nasional akhirnya diresmikan pada tahun 1993.
  8. Dinyatakan sebagai bagian dari Kawasan Burung Endemik. 1998
  9. Dinyatakan sebagai Kawasan Ekologi Global 200. 1998
  10. Perluasan Barat Laut.
Potensi Sumber daya Alam
Sebagai kawasan pelestarian alam, TN. Lore Lindu memiliki berbagal potensi seperti tipe ekosistem yang beragam dari ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai tipe ekosistem hutan pegunungan atas, ekosistem rawa, savana dan ekosistem sungai/dataran banjir. TN. Lore Lindu memiliki keaneka ragaman sumber daya alam yang tinggi. Keaslian, keunikan dan keindahan alam dapat dimanfaatkan secara lestari.

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Danau Lindu yang berada dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Foto: google
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Danau Lindu yang berada dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Foto: google
Alam 
Gejala alam dan keindahan alam yang dimiliki Taman Nasional Lore Lindu antara lain, air terjun, kolam sumber air panas bumi, D. Lindu dan D. Tambing, gunung/mendaki gunung dan sungai-sungai antara lain S. Lariang (untuk kegiatan white water rafting / arung jeram) serta pemandangan indah dari panorama hutan taman nasional ini.

Budaya dan Obyek Wisata Pendukung lainnya
Masyarakat sekitar TN. Lore Lindu terdiri dari berbagai suku, antara lain suku Kaili, Kulawi dan suku Bada. Tradisi atau budaya suku-suku tersebut menarik minat para wisatawan antara lain pakaian tradisionalnya yang terbuat dari kulit kayu sejenis Ficus sp. Tarian tradisional atau cara bercocok tanam secara tradisional serta beberapa ciri-ciri kehidupan unik dari masyarakat tersebut. Obyek pendukung lainnya disekitar taman nasional ini belum berkembang.

Wanita dan Pakaian Tradisional
Pakaian tradisional wanita/pria dikenakan oleh wanita/pria suku Bada dibagian selatan TN. Lore Lindu Sulawesi Tengah terbuat dari kulit kayu sejenis pohon Fikus (Ficus sp.). Pakaian tradisional ini telah diusahakan dibuat untuk konsumen dalam jumlah terbatas, di Gimpu, Kec. Kulawi.

Kegiatan yang ditawarkan
  1. Penelitian, Obyek penelitian yang ditawarkan TN. Lore Lindu sangat banyak, baik dibidang biologi, ekologi, geologi maupun sosial budaya masyarakat sekitar taman nasional. Beberapa penelitian telah dilakukan, antara lain mengenal flora dan fauna (burung, tarsius dan monyet hitam), atau penelitian mengenai kehidupan masyarakat sekitar taman nasional.
  2. Pendidikan, Pendidikan yang dapat dilakukan adalah kegiatan pengenalan tumbuh-tumbuhan, pencinta alam, pendidikan kader konservasi dengan memanfaatkan fasilitas yang telah ada.
  3. Pendakian, Pendakian gunung dapat dilakukan di G. Nokilalaki (± 2.355 m) dan G. Rorekatimbo (± 2.610 m).
  4. Berkemah, Lokasi berkemah telah ditetapkan antara lain di Dongi-dongi.
  5. Pemotretan dan Pembuatan Film, Keindahan alam, flora dan fauna, fenomena alam merupakan obyek menarik untuk pemotretan, pembuatan film dan bahan publikasi yang menarik
  6. Rafting, Sungai Lariang merupakan lokasi yang menarik dan arung jeramnya menantang para peminat rekreasi dan olahraga “Rafting” (arung jeram).
  7. Rekreasi dan Wisata Alam lain, Kegiatan lain yang dapat dilakukan yaitu berjalan kaki sambil menikmati keindahan alam di Gimpu (dari Gimpu ke Gintu), dari Sidaunta – D. Lindu dan dari desa Rahmat / pertigaan Lindu – D. Lindu atau berkuda ke D. Lindu dari Sidaunta.
Sarana Kemudahan dan Pelayanan Sarana Informasi dan Akomodasi
Pusat informasi adalah tempat untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai taman nasional tersebut serta petunjuk-petunjuk yang diperlukan secara akomodasi didalam wilayah taman nasional antara lain pusat informasi, guest house/wisma tamu, shelter-shelter yang masih terbatas jumlahnya. Sarana ini terletak di Kamarora (Lokasi pemanfaatan), Kulawi dan di D. Lindu (desa Tomado). Pengaturan penggunaan sarana tersebut diatur dari Kantor Balai KSDA VI di Palu atau langsung pada Sub Seksi KSDA di lapangan (untuk guest house).

Pelayanan
Pengunjung yang masuk ke taman nasional dapat disertai pemandu wisata alam atau dibantu penyelenggara untuk penyiapan makanan selama pengunjung tinggal di TN. Lore Lindu dengan pengaturan oleh petugas KSDA dilapangan. Pelayanan karcis masuk langsung ditangani oleh Kantor BKSDA VI di Palu Jl. Prof. Moh. Yamin No. 19 Palu.

Transportasi menuju Lore Lindu
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Lore Lindu National Park - Indonesia.
Untuk masuk ke kawasan TN. Lore Lindu dapat ditempuh dengan perhubungan darat dan udara, Dapat dicapai dari arah utara, barat, timur dan tenggara. Pintu masuk dari arah utara, barat dan timur melalui kota Palu (Ibukota Prop. Sulawesi Tengah). Pintu masuk dari tenggara melalui Tentena.

Beberapa alternatif untuk menuju kawasan taman nasional:
Jalan darat dengan mobil/motor dari Palu – Kamarora (56 km/2 jam) merupakan pintu masuk sebelah utara, dimana tersedia pusat informasi/pengunjung dan guest house, kemudian dapat dilanjutkan ke Lembah Napu dan Lembah Besoa dengan kendaraan bermotor atau berjalan kaki.

Dari Palu mengikuti jalan negara sebelah barat kearah selatan sampai Sidaunta (56 km/2 jam). Dari Sidaunta dapat dilanjutkan dengan berkuda/berjalan kaki ke D. Lindu (17 km/4 jam) atau ke Kulawi – Gimpu dengan mobil/motor (40 km/2 jam).

Dari arah tenggara, dapat dicapai dari Tentena (kota kecil sejuk ditepi D. Poso) dengan jalan darat mobil/motor (80 km/4 jam) atau jalan kaki ke Lembah Bada dengan waktu tempuh sekitar 3 hari 2 malam.

Di Gintu dan Doda terdapat lapangan terbang perintis (Airship) yang didarati jenis pesawat Cessna (Missionary Aviation Fellowship, MAF) dari Tentena dengan jadwal penerbangan 2 (dua) kali seminggu
  • Selasa: Tentena – Palu – Gintu – Tentena.
  • Kamis : Tentena – Palu – Gintu – Tentena – Doda
Flora
Ekosistem hutan dikawasan ini sebagian besar didominasi oleh jenis-jenis: Leda (Eucalyptus deglupta), Damar (Agathis sp.), Uru (Elmerillia sp.), Benuang (Octomeles sumatrana) yang dijumpai pada ketinggian dibawah 1000 m dpl, pada hutan pegunungan; Caslanopsis argentea, Lithocarpus sp, Podocarpus sp, Callopylum sp, Agathis philippinensis, Pigafetta filaris serta berbagai jenis rotan dan Anggrek (Orchidacea). Jenis lain berupa perdu atau semak yang merupakan pakan beberapa jenis Kupu-kupu.

Fauna 
Berdasarkan hasil penelitian Dick Watling tahun 1978 TN. Lore Lindu memiliki 197 spesies (73%) burung-burung yang ada di Sulawesi termasuk 66 jenis (83%) merupakan jenis-jenis endemik Sulawesi, sedangkan mamalia ± 60% dari 114 jenis mamalia dan 68 jenis ular ditemulkan di TN. Lore Lindu. 

Juga jenis reptil seperti Biawak, Kadal terdapat 11 jenis, jenis ikan endemik (Anabustestudimus), belut terdapat pada hampir semua sungai-sungai dikawasan taman nasional. Kupu-kupu juga banyak ditemukan dan sebagian telah dibudidaya. Satwa-satwa yang dapat terlihat dan banyak menarik minat wisatawan adalah burung-burung antara lain: Maleo (Macrocephalon maleo), Rangkong (Aceros cassidix), Kum-kum (Ducula sp.), Kepodang (Oriolus chinensis), Nuri (Trichoglossus omatus), burung Cabean, Sesap madu (Nectarinidae), Pelatulk besi dan lain-lain. Satwa lain seperti: Anoa (Bubalous sp.), Rusa (Cervus timorensis), Monyet hitam (Macaca tonkeana), Babirusa (Babyroussa babirusa), Tarsius (Tarsius sp.), Kus-kus (Phalanger ursinus dan P. celebensis). Jenis-jenis reptil : Ular phyton (Phyton reticulatus) serta Ular hitam Sulawesi (Ophiophagus hannah), Biawak (Varanus sp).

Beberapa Satwa Endemik yang hidup di Taman Nasional Lore Lindu:

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Monyet hitam Sulawesi (macaca tonkeana). Foto: wikipedia
Monyet hitam (Macaca tonkeana), Fauna endemic dan terkenal lainnya dari Sulawesi Tengah adalah Monyet hitam Sulawesi (macaca tonkeana). Habitat Macaca tonkeana hampir sama dengan Monyet Hitam Sulawesi lain yaitu hidup pada hutan dataran rendah dan hutan sekunder. Spesies monyet ini berada antara dari utara Palu sampai dengan Tana-Toradja sebelah selatan Taman Nasional dan mencakup seluruh semenanjung sebelah timur.

Uniknya banyak jenis monyet marga Macaca di Sulawesi dibanding dengan keseluruhan monyet di Asia. Padahal Luas pulau Sulawesi hanya 2% dari luas penyebaran jenis-jenis marga Macaca, namun jenis yang terdapat melebihi 25% dari keanekaragaman dari marga (Albrecht, 1978). Taksonomi monyet Sulawesi sampai saat ini masih sangat membingungkan. Fooden (1969) mendeskripsi ada 7 jenis monyet Sulawesi (M. maura di Sulawesi Selatan, M. tonkeana di Sulawesi Tengah, M. hecki di Sulawesi tengah-utara, M. nigrescens di dekat Gorontalo-Kotamubagu, M. nigra di Sulawesi Utara, M. ochreata di Sulawesi tenggara dan M. brunnescens di pulau Muna dan Buton) yang merupakan hasil revisi dari yang telah diusulkan oleh Napier dan Napier {1967).

Khusus Macaca Tonkeana beberapa tahun yang lalu masih kerap ditemui di pinggiran hutan di sepanjang jalan trans Sulawesi diantaranya di ruas jalan kebun kopi, di Donggala bahkan sering terlihat di bukit Bale di Banawa serta di Bukit Lapaloang hingga ke pinggiran kampung di pesisir Banawa dan pingiran Kota Donggala, saat inipun masih sering terlihat meski tidak sebanyak dahulu.

Anoa. Jenis satwa yang mirip dengan sapi yang lebih dikenal dengan sapi hutan, memiliki warna coklat dan hitam. Anoa memiliki tanduk pendek berbentuk kerucut dan tingginya 75 sentimeter jika diukur dari bahunya. Anoa yang merupakan satwa solitair ini memiliki sifat yang unik, dan merupakan salah satu dari lima spesies ternak liar di Asia Tenggara, satwa ini mempunyai habitat hutan perawan. Anoa dapat hidup dan makan dari berbagai jenis buah, daun-daunan, rumput-rumputan, lumut dan pakis. Taman Nasional Lore Lindu adalah merupakan satu – satunya tempat bagi spesies endemik ini.

Musang. Spesimen Sulawesi yang jarang sekali dapat dilihat pengunjung ini diketemukan pada tahun 1999. Mempunyai panjang 130 sentimeter dari kepala sampai ekor dan mempunyai berat 9 kilogram. Musang ini mempunyai sifat pemalu dan pemanjat pohon yang handal. Musang ini memakan burung – burung kecil, mamalia kecil, buah palem dan telur.

Tarsius (Tarsier). Salah satu kera yang terkecil, beratnya kurang lebih 100 gram dengan panjang badan 10 cm dari kepala, sedangkan panjang ekornya hanya 20 cm. Kera ini muncul disaat matahari terbenam dan mulai mencari serangga sebagai makanannya. Di Taman Nasional Lore Lindu terdapat 2 spesies yakni Pygmy tarsier (Tarsius pumilus) dan Dian's tarsier (Tarsius dianae) yang belum lama ini teleh teridentifikasi dengan spesimen baru dan merupakan satwa asli Taman Nasional Lore Lindu.

Enggang Paruh Merah (Rhyticeros cassidix). dan Penelopides Exarhatus (Enggang Kate) merupakan dua jenis Enggang Sulawesi yang hidup di Taman Nasional Lore Lindu. Kedua jenis burung ini menunjukkan cara bertelur yang sangat menarik: burung jantan dengan bantuan burung betina akan mengangkut lumpur ke lubang pohon yang akan dijadikan sarangnya. Burung betina mengerami telurnya dan memelihara anaknya sampai mereka dapat terbang. Burung ini biasa bertelur pada bulan Juni sampai dengan bulan September setiap tahunnya.

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Enggang Paruh Merah (Rhyticeros cassidix) di lore lindu. Foto: Rowan Castle | flickriver.com
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Beberapa jenis sisa kebudayaan megalit yang banyak tersebar di Taman Nasional Lore Lindu.
NB:
Untuk info lebih lanjut anda bisa mengontak Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu