Minggu, 06 Januari 2019

Menikmati Dinginnya Sanghyang Heleut dan Panasnya Air Panas Nagrak


Kalo mendengar kata Sanghyang Heleut, apa sih yang langsung terlintas di pikiran kalian? Atau belum pernah tahu sama sekali apa itu Sanghyang Heleut?. Yang pernah ke sana pasti terlintas dipikirannya yaitu danau kecil! Ya semacam kolam atau danau yang dikelilingi oleh batuan cadas. Kalau di cek di Google Maps, Sanghyang Heleut disebut juga dengan nama The Holy Lake (Danau Suci).
Lokasi wisata ini sudah masih wishlist 2016 saya dan weekend 15-16 September saya, revan, Kusti dan Rosa berkesempatan mengunjungi danau kecil yang berlokasi di Desa Rajamandala Kulon, Bandung Barat ini.
Berangkat dari Bogor sekitar jam 5 pagi. Kami melewati jalur Puncak (bukan via tol). Karena masih pagi jalanan masih lengang meskipun lewat Puncak yang terkenal macet.sedikit macet tapi tidak lama di sekitar Pasar Cipanas (dekat Istana Cipanas) dan pasar di Cianjur kota. Berhenti sejenak sekitar jam 7 pagi di SPBU untuk sarapan bubur Cianjur.
Melanjutkan perjalanan sampai Citatah yang juga terdapat object wisata Goa Pawon dan StoneGarden. Kemudian mengambil arah kanan ke PLTA Saguling (ikutin petunjuk arah). Jalur ini pernah kami lewati dari Cianjur Selatan ke Curug Malela sekitar awal tahun lalu.
Kondisi jalan
PLTA Saguling
Karena memasuki area Object Vital Negara, kita akan melewati portal penjagaan dan dilanjutkan hingga terlihat arah ke PLTA Saguling (Sanghyang Heleut berada di area PLTA Saguling). Memasuki jalan ke PLTA, kondisi jalan tidak terlalu bagus yang cenderung berbatu-batu.setelah melewati pipa-pia dan pembangkit kita sampai di parkiran yang terdapat beberapa rumah dan warung.
Sampai di parkiran
Setelah membayar tiket masuk plus guide (ke Sanghyang Heleut harus menggunakan guide) sebesar Rp. 15.000/orang + 50.000 untuk guide, kemudian kami trekking dipandu oleh guide yang ditunjuk. Memasuki kawasan PLTA terlihat portal dengan peringatan dilarang masuk. meanjutkan perjalalanan melewati area gersang kemudian bertemu dengan jalur pipa yang diameternya sekitar 3 meter, wow.. gede banget ya.. ini adalah pipa air dari bendungan ke pembangkit PLTA. Melintasi pipa dengan cara merunduk melewati celah sempit di jalur pipeline.
Memasuki area terlarang

Melewati pipeline
Menaiki dinding bukit kemudian kami trekking ke arah sungai, melewati ladang dan semak belukar, karena sedang musim panas, terlihat dedaunan berwarna kecoklatan dan tanah merah yang mengering. Menuruni bukit kemudian kami sampai di aliran sungai yang terlihat kering. Sampai di seberang, kami sampai di sebuah saung, kalau ke kanan kita akan menuju Sanghyang Poek, lurus menyusuri sungai kita akan menuju Sanghyang Heleut.
Jalur trekking
Jalur trekking
Menyusuri sungai, menikmati pemandangan perbukitan dan aliran sungai dengan bebatuan-bebatuan besar yang unik serta kolam-kolam berair jernih dan hijau. Kami merasa beruntung karena biasanya airnya kecoklatan apalagi di musim hujan. Dan karena musim panas juga bebatuan yang kami lewati tidak licin.

Jalur trekking
Jalur trekking
Kira-kira beberapa ratus meter kamipun sampai di warung yang ada di pinggir sungai. Dari sini tinggal beberapa puluh meter lagi menuju kolam pemandian Sanghyang Heleut. Terlihat batu-batu cadas aneka rupa. Bebatuan yang menjulang ini mengelilingi Sanghyang Heleut dan seolah-olah menjadi penjaga yang sangat kokoh. Konon kolam purba ini adalah tempat pemandian Para Bidadari yang turun dari kahyangan!.
Sanghyang Heleut
Pengunjung saat itu baru beberapa orang saja, kamipun mengambil lokasi di bebatuan bagian kiri. Dari spot ini kita bisa melihat view Sanghyang Heleut secara keseluruhan. Mempunyai kolam yang sangat luas, dengan air yang berwarna hijau daun dan kedalaman sekitar 8m.
Untuk berenang, pengunjung wajib memakai life jacket demi keselamatan. Biarpun bisa berenang, pengunjung tetap harus menggunakan life jacket karena airnya dingin, ditakutkan kalau terjadi kram akan berbahaya sekali kalau tidak memakai life jacket. Di sini di sewakan life jacket seharga Rp. 10.000 sepuasnya. Dengan warna orange yang mencolok, pengunjung bisa di awasi.
Loncat ke kolam Sanghyang Heleut
Sanghyang Heleut yang memukau
Dari atas tebing yang paling tinggi (sekitar 8-10m) saya loncat, sementara Revan dan Kusti loncat dari batu yang lebih rendah. Dari atas batu ini kita bisa mengambil foto yang berenang di bawah.
Untuk ke seberang, kita harus berenang, menaiki tebing yang tidak terlalu tinggi. Di sini terdapat curug kecil yang merupakan aliran sungai yang mengisi Sanghyang Heleut. Terlihat aliran sungai ini mengalir melewati lembah yang dikelilingi tebing-tebing nan eksotik. Di sini kita juga bisa loncat-loncat ke kolam, dan gak usah takut karena tidak tinggi dan berasa loncat ke kolam renang hehehehe.
Foto dari atas tebing tertinggi
Foto dari atas tebing tertinggi
Foto dari atas tebing tertinggi
Foto dari atas tebing tertinggi
Suasana dari seberang kolam
Curug yang ada di seberang kolam
Suasana dari seberang kolam
Loncat di salah satu batu
Suasana dari seberang kolam
Di sini kami benar-benar menikmati berenang dan bermain air. menjelang siang, pengunjung mulai banyak berdatangan. Istirahat sambil menikmati makan siang di warung yang berada di pinggir sungai dengan suasana yang sangat adem. Setelah ganti pakaian kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Sanghyang Poek.
Sampai di saung yang tadi kami lewati, kami ambil jalan lurus, tidak melewati jalan ketika berangkat. Trekking beberapa ratus meter kami sampai di Goa Purbakala, Sanghyang Poek (Sanghyang=suci, Poek=gelap dalam bahasa Sunda).
Pintu goa
Pemandangan di sekitar goa
Pemandangan di sekitar goa
View dari dalam goa
Awalnya kami cuman berfoto-foto di luar goa. Kemudian oleh guide, kamipun di ajak masuk ke gua. Jalur goa yang kami masuki ternyata tidak terlalu panjang. Sebenarnya masih ada jalur goa lain tapi sangat gelap dan bukan jalur biasa dilewati. Tidak tahu apakah sudah ada yang melewati.

Keluar dari goa yang ternyata pintu goa yang kami lewati adalah pintu depan hehehee. Dari sini kami melanjutkan perjalanan dan tidak beberapa jauh sampai ke Sanghyang Tikoro. Spot ini juga mempunya kolam dan bebatuan seperti di Sanghyang Heleut hanya saja lebih kecil. Dan lokasi ini kalau dari jalan kendaraan, ditutup karena ada pekerjaan pembuatan terowongan.
Sanghyang Tikoro
Sanghyang Tikoro
Sampai di sebuah warung perjalanan berakhir. Jarak dari lokasi ini ke parkiran masih jauh. saya pun diantar pakai motor untuk menjemput mobil di parkiran dan selanjutnya menjemput teman-teman.
Dari informasi yang kami dapatkan, di sekitar sini ada pemandian air panas. Penasaran kami menuju lokasi yang dimaksud. Sampai di lokasi ternyata pemandian air panasnya cuman berupa kamar-kamar yang disewakan bukan berupa mata air atau kolam. Kamipun mengurungkan niat mandi air panas dan kemudian melanjutkan perjalanan ke pemandian air panas yang sesungguhnya, Curug Air Panas Nagrak.
Menuju ke arah Lembang, kemudian terlihat penunjuk arah ke Parongpong, belok kiri, Cuma beberapa ratus meter kamipun sampai ke Air Panas.
Walaupun sudah sore, ternyata pengunjung di sini sangat berlimpah. Setelah parkir dilahan yang tidak begitu luas, dimana sudah terlihat air panas yang kami tuju. Berjalan sekitar 100m sampailah di air panas.
Jalan menuju pemandian air panas
Terlihat warung-warung dan saung aung disekitar pemandian. Cukup tersedia fasilitas seperti musholla, toilet dan ruang ganti baju. Menaroh barang bawaan di salah satu saung kamipun berenang di area curug.
Sebenarnya curug dan kolam ini adalah buatan namun karena adanya endapan belerang membnetung bebatuan terlihat bebatuan ini menjadi seperti alami. Dengan lingkungan yang dingin, sangat kontras dengan air kolam yang panas. Bermain air di bawah curug dengan air panas yang jarang sekali ditemukan ini menjadikan sensasi tersendiri yang membuat siapapun betah berlama-lama.
Air panas bagian bawah
Air panas bagian bawah
Air panas bagian atas
Air panas bagian atas
Menjelang matahari tebenam, kami melanjutkan perjalanan yang belum jelas mau kemana hahahaha. Setelah berkeliling Lembang mencari penginapan dan akhirnya diputuskan ke Ciater.

Baca juga:
- Wana Wisata Capolaga: Curug Goa Badak, Curug Sawer dan Curug Karembong 
- Curug Sadim, Curug Sangiang dan Curug Cimuja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar