Jumat, 28 Februari 2014

Selamat Jalan Para Petualang Sahabat Alam

Pendaki
Enam Pendaki Meninggal di Lima Gunung Pulau Jawa
Dalam beberapa bulan terakhir, enam pendaki dan pecinta alam Indonesia berguguran saat melakukan pendakian di beberapa gunung di Pulau Jawa.

Pada hari Senin 25 Nopember 2013, Joan Tobit Sigalingging alias Tobit, salah seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di kawasan Gunung Kendang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Tobit ditemukan meninggal dunia setelah sejak tanggal 26 Okotber 2013 dinyatakan hilang saat melakukan pendakian solo ke gunung itu.

Penyebab kematian Tobit hingga saat ini masih misterius, saat ditemukan, kondisi jenazah Tobit sudah membusuk.

Pendaki meninggal
Joan Tobit Sigalingging
Satu bulan berselang, tepatnya hari Rabu 25 Desember 12, Indonesia kembali kehilangan pendaki gunungnya. Endang Hidayat, pendaki asal Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat.

Endang menghembuskan nafas terakhir saat melakukan pendakian ke Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, karena serangan jantung.

Di tanggal dan hari yang sama, ajal juga menjemput pendaki muda asal Kota Bekasi, Jawa Barat. Pendaki yang masih berstatus pelajas SMA itu bernama Shizuko Rizmadani (15 tahun).

Shizuko meninggal dunia dalam pendakian ke puncak Gunung Gede, almarhumah meninggal di Pos Kandang Batu, diduga karena hypotermia.

Pendaki meninggal
Shizuko Rizmadani
Di awal tahun tahun 2014, tepatnya tanggal 21 Januari 2014, seorang Mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta Selatan bernama Helmi Dwi Apriyanto 

(19 tahun), meninggal dunia dalam pendakian menuju puncak Gunung Salak di Kabupaten Bogor.

Helmi meninggal karena diduga terserang hypotermia. Jenazah Helmi berhasil dievakuasi oleh sembilan teman kelompok pendakiannya.

Pendaki meninggal
Helmi Dwi Apriyanto.
Dan yang terbaru adalah kemarin, Senin 27 Januari 2014, Indonesia kembali kehilangan dua pendaki saat melakukan pendakian ke Gunung Welirang di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Kedua pendaki yang merupakan anggota Mahapala Stiesia Surabaya, Alif dan Dian, ditemukan tim SAR gabungan sudah dalam kondisi tak bernyawa di Tim SAR di bawah tebing di perbukitan gunung kembar di Kawasan Cangar, Batu Malang.

Jenazah Alif dan jenazah Dian ditemukan terpisah dengan jarak sekitar 10 meter di lokasi yang sama.

Alif ditemukan dalam posisi meringkuk sedangkan Dian ditemukan dalam posisi tertelentang.

Keduanya hilang setelah terpisah dari rombongan pendakian yang sebelumnya berjumlah 12 pendaki, sejak hari Minggu 19 Januari 2014. 

Pendaki meninggal
Dian Dan Alif
Pendakian ke Gunung Welireng itu, dilakukan keduanya sebagai tahap pengenalan yang rutin dilakukan untuk anggota mahapala muda.

Hingga saat ini, penyebab kematian kedua pendaki itu belum diketahui. Diduga keduanya tersapu badai dan hingga menyebabkan hypotermia.

Enam pendaki sudah tiada, nama mereka abadi bersama alam nan lestari. Semoga ini menjadi pelajaran berarti bagi pendaki-pendaki Indonesia lainnya di kemudian hari.

Selamat jalan para Petualang Sahabat Alam...

Sumber: Menit.tv

Kamis, 27 Februari 2014

Tambang Besi di Pulau Bangka Jelang Pemilu

Kampanye Jempol Hijau untuk Pulau Bangka, Save Bangka Island.**
HARI-hari ini warga desa-desa di Pulau Bangka, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, sangat tegang.

Mulai Senin, 17 Februari 2014, warga diminta tak mendekati pantai. Murid-murid sekolah pun dilarang. Menurut petugas desa dan aparat keamanan setempat, akan ada kapal besar menurunkan alat berat penambang bumi ke pulau mereka. Apa masalahnya? Bupati Minahasa Utara Sompie Singal menerbitkan izin tambang untuk PT Mikgro Metal Perdana (MMP) atas Pulau Bangka dengan nilai investasi ratusan triliun rupiah. Izin ini dinilai menabrak UU No 27/2007 yang melarang tambang di pulau kecil di bawah 200.000 hektar. Tetapi, tahun lalu, aturan ini diubah oleh pemerintah dengan persetujuan DPR. Meski begitu, banyak warga tetap menolak rencana tersebut.

Warga Pulau Bangka menghadang Kapal Bermuatan Alat Tambang milik PT MMP, Selasa (18 Februari 2014). 
Pada Agustus 2012 dan September 2013, kapal TNI AL menurunkan alat-alat bor tambang (heavy drilling equipment) milik perusahaan asing asal China ini. Ratusan warga Desa Kinabahutan, Talisei, dan Likupang yang kebanyakan dimotori ibu-ibu protes keras dan sampai ada oknum yang sampai membakar ekskavator. “Leluhur kami ada di pulau ini sejak turun-temurun, dan kami harus pertahankan itu. Mereka seenaknya datang merebut pulau yang kami diami,” kata seorang warga yang pertama kali tahu rencana tambang ini saat sosialisasi di Desa Kahuku, 4 Oktober 2011. Warga dan para penggiat usaha pariwisata tak rela akan kehadiran PT MMP yang hendak mengeruk isi perut Pulau Bangka.

Selama berbulan-bulan, mereka berusaha membatalkan tambang lewat segala cara. Warga bersama-sama pegiat lingkungan berdialog berkali-kali, menggelar spanduk berisi tanda tangan, menggugat ke pengadilan, hingga menggalang tokoh-tokoh, seperti Sarwono Kusumaatmadja hingga Kaka, vokalis grup rock Slank.

Kaka vokalis Slank sering menyelam di Pulau Bangka. Karena khawatir, ia membuat petisi atas inisiatifnya sendiri di www.change.org/SaveBangkaIsland dan didukung 18.100 orang yang berasal dari berbagai lapisan sosial, termasuk asal daerah. Petisi ini ditanggapi Bupati Singal. “Dorang mau tahu apa soal torang pe daerah, dorang kan orang luar,” ujarnya. “Siapa yang bilang ini merusak lingkungan? Kita tetap sesuai aturan, semua ada aturan. Kalo merusak lingkungan, saya siap tutup. Tapi, kalau tidak, kita jalankan. Ini untuk masyarakat juga.”

Korupsi sistemik
Salah satu sisi Pulau Bangka. Foto: Yuris Triawan
Komentar bahwa Kaka Slank bukan orang Bangka, jadi tidak berhak campur urusan Minahasa Utara, adalah pandangan picik yang jauh dari rasa kebangsaan dan filosofi Pancasila, sekaligus lebih merefleksikan egosentrisme daerah dalam tarikan konflik pusat vs daerah. Benarkah tambang pulau kecil itu tak akan merusak alam dan lingkungan? Mungkinkah kejahatan HAM dan korupsi bisa dihindari? Pablo de Greiff dalam Transitional Justice and Development: Making Connections memaparkan beragam kejahatan HAM dan kejahatan korupsi politik sektor tambang di sejumlah negara, dan betapa sulit upaya mengatasinya selama peralihan kekuasaan.

Dari manipulasi kebijakan, korupsi, skandal pajak, kekerasan komunal, sampai kejahatan kemanusiaan. Dalih yang dipakai adalah “demi pembangunan”. Penguasa lalu memaksakan dalih itu sebatas pertumbuhan ekonomi makro, tanpa perlindungan dan pembangunan manusia. Juga tanpa penghormatan pilihan dan peluang sosial politik warga. Akibatnya kekuasaan politik dan bisnis jadi tak terkontrol, alam pun rusak, habitat punah, sementara warga sekitar area tambang hidup miskin, dilanda bencana, perang/konflik bersaudara. Ini yang terjadi di Amerika Latin sampai Afrika. Ini juga yang dialami warga sekitar tambang emas di Papua atau gas alam di Aceh.

Kita tentu tak ingin terjadi di Pulau Bangka. Banyak pihak sudah menyadari hal ini. Itulah mengapa pada 2013, Pengadilan Tinggi Makassar dan Mahkamah Agung telah meminta pembatalan izin PT MMP. Komnas HAM juga sudah menyurati pemerintah agar mematuhi putusan, mengimbau kepolisian untuk tak mengkriminalisasi warga yang menolak tambang, mencegah konflik horizontal dan pelanggaran HAM. Tetapi, pemerintah tampaknya tetap memaksakan. Dan, kondisi lapangan hari-hari ini semakin mengharuskan kita bertindak cepat: mencegahnya.

Kaka Slank memegang "Jempol Hijau" dalam kampanye
Save Bangka Island, September 2013.
Proyek tambang pulau ini juga menyangkut investasi triliunan rupiah. Sebab, selain bijih besi, juga potensi uranium. Di tingkat internasional, potensi ini diincar banyak perusahaan multinasional. Di tingkat lokal, pejabat atau parpol yang dekat dengan kartel bisnis tentu tergiur.

Memang dana itu mendatangkan pendapatan yang besar ataupun dipakai untuk mendirikan fasilitas umum, menciptakan lapangan kerja. Tetapi, sebaliknya, dalam situasi politik hukum yang karut-marut, bayangkan jika dana besar itu dikorupsi. Bukan mustahil dipakai mendanai kampanye yang sebentar lagi tiba.

Kecenderungan parpol mencari dana dari sumber-sumber bermasalah seperti ini sering terjadi. Komisi Pemberantasan Korupsi telah mengusut kasus- kasus korupsi politik terkait izin eksploitasi kekayaan alam di Sulawesi, Kalimantan, Maluku, hingga Papua. Modusnya, pelaku pejabat tertentu menukar izin tambang dengan imbalan besar. Selain memperkaya diri, uang dipakai mendanai kampanye partainya. Jadi, tak heran jika izin eksploitasi alam terbit menjelang pilkada. Situasi inilah yang oleh Marcus Mietzner (2012) disebut situasi korupsi sistemik. Kejahatan ini tak lagi dinilai sebatas urusan moral sehingga melibatkan pimpinan/pengurus partai. Akar utama masalahnya bisa diteropong dari penghapusan 95 persen subsidi negara untuk pendanaan parpol (2005). Sementara iuran anggota tak efektif.

Karena kesulitan dana, kehidupan mesin partai lalu bergantung pada figur satu-dua orang pemodal besar, yang mengontrol partai sepenuhnya. Partai tak lagi menarik secara ideologi atau paradigma berpikir. Mekanisme demokratis, termasuk aspirasi kader terbaik, sosok berintegritas, bukanlah penentu. Money talks. Karena uang segalanya, kekuasaan menjadi korup. Kekuasaan yang korup menggunakan kekerasan sebagai bahasa politiknya.

Kahuku Village, Bangka Island, North Sulawesi © 2012 逆行 | Found on static.panoramio.com

Kuncinya pada “Tiga S”

Dengan uraian di atas, rencana tambang Pulau Bangka sangat jelas bermasalah. Seharusnya proyek ini tak bisa jalan terus. Sebab, itu semua hanya akan membuat bangsa kita menghitung waktu kapan lagi terjadi kerusakan alam, kepunahan habitat, bencana, kemiskinan, atau konflik bersaudara. Potensi inilah yang ada pada proyek tambang Pulau Bangka. Kuncinya terletak pada tiga pejabat eksekutif berinisial huruf S: Bupati Minahasa Utara Sompie Singal (SS), Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Sarundajang (SHS), dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pulau Bangka, Sulawesi Utara di ambang KEHANCURAN..!





Artikel ini ditulis oleh: Usman Hamid, Pendiri change.org Indonesia dan Public Virtue Institute; Saat Ini Menempuh Studi Pascasarjana di Australian National University

Disunting seperlunya oleh Basecamp Petualang untuk Save Bangka Island

Judul asli:
Tambang Pulau Bangka Jelang Pemilu — dari KOMPAS 2014-02-26 untuk Save Bangka Island


**Adalah kampanye gabungan antara / Joint campaign: 
Kaka SLANK, Greenpeace, Change.org, WALHI Friends of the Earth Indonesia, AMMALTA (Aliansi Masyarakat Menolak Limbah Tambang), LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi) Sulut & KMPA Tunas Hijau.

Minggu, 23 Februari 2014

Wisatawan Flashpacker: di Antara Backpacker dan Turis

Flashpacker
Wisatawan Flashpacker: di Antara Backpacker dan Turis.
Wisatawan Flashpacker: di Antara Backpacker dan Turis

Seberapa keren sih gaya berpergian Anda? Atau sesimpel apa cara wisata Anda? Atau apakah Anda tergolong seorang flashpacker?

Flashpacker? Iya, pernah mendengarnya? Istilah ini memang baru populer beberapa tahun terakhir. Jika meng-googling akan ditemukan banyak definisi flashpacker di internet.

Supaya lebih jelas apa itu flashpacker, Ghiboo bertanya langsung dengan moderator milis Flashpacker Indonesia, Deedee Caniago. Jawabnya, “Flashpacker adalah kaum penggila jalan-jalan yang memosisikan diri di antara backpacker dan turis.”

Flashpacker vs Backpacker
Wisatawan Flashpacker: di Antara Backpacker dan Turis.
Menurut Deedee poinnya adalah lebih moderat dalam mengontrol anggaran. Kata flash yang berarti gaya adalah prinsip untuk memilih apa yang diinginkan. Tidak terjebak aturan, gengsi, status, paham, penampilan atau identitas kelompok. Sudah jelas? Mmmmm, bila diringkas, mengutip dari buku perdananya Deedee “Flashpacking To Australia”, flashpacker adalah “berpergian ala gue, atau, travelling yang gue banget!” [Also read: good bye Coboy Junior]

Wisatawan Flashpacker: di Antara Backpacker dan Turis
The Savvy Flashpacker.
Lebih spesifik, Deedee menjabarkan tipe-tipe flashpacker dan mungkin nama-nama ini cocok untuk Anda:

1. The Geeky Flashpacker; Flashpacker yang identik dengan gadget. Sebut saja, smartphone, kamera, GPS, telepon satelit dan lainnya.

2. The Minted Flashpacker; Flashpacker yang menempatkan kenyamanan. Biarpun mahal yang penting nyaman sob.

3. The Savvy Flashpacker; Flashpacker yang berkomitmen bahwa tujuan dan pengalaman itu yang lebih penting. Waktu bisa diatur dan dana bisa diusahakan.

4. The Minted Geek Flashpacker; Flashpacker yang penuh dengan gadget dan mementingkan kenyamanan.

5. The Savvy Geek Flashpacker; Flashpacker yang mementingkan gadget, tujuan dan pengalaman dalam berwisata.

Wisatawan Flashpacker: di Antara Backpacker dan Turis
Essential items for flashpackers.


Sumber: Ghiboo | [teks @bartno | foto @mirzablue]

Sabtu, 22 Februari 2014

Pulau Bangka, Kepingan Surga di Utara Minahasa

Pulau Bangka
Pulau Bangka, Kepingan Surga di Utara Minahasa.
Foto: Yuris Triawan
Selamat datang di pulau kecil di ujung utara Minahasa, Pulau Bangka !

Pulau Bangka adalah sebuah pulau kecil yang terletak di wilayah Kecamatan Likupang Timur kira-kira 60 menit perjalanan darat dari Manado, kemudian berlanjut menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh sekitar 45 menit.

Terdapat empat desa kecil di pulau ini yakni Kahuku, Libas, Lihunu dan Ehe. Dihuni sekitar 2700 penduduk, yang menggantungkan hidup dari hasil laut, bercocok tanam dan juga sektor pariwisata.

Membentang seluas 4800 hektar, pulau ini bukan hanya menyimpan kekayaan bawah laut yang luar biasa tetapi juga mengoleksi begitu banyak deretan tebing karang indah hasil lukisan alam. Bukan hanya indah dipandang mata, tetapi lebih dari itu gugusan tebing karang ini telah menjadi surga bagi kehidupan berbagai jenis biota laut yang sangat eksotik. 

Dermaga Mimpi Indah
Pulau Bangka, Kepingan Surga di Utara Minahasa.
Foto: Yuris Triawan
Pulau Bangka dengan pasir putih yang indah, lestari, subur, padat dan unik juga merupakan surga laut karena menyimpan beribu pesona taman laut yang indah. 

Tak hanya itu, pulau bangka juga menjadi rumah bagi satwa endemik Sulawesi seperti Tarsius, Kuskus, Rusa dan juga Duyung/Dugong. Pesona bawah laut pulau Bangka juga menjadi salah satu destinasi penyelaman, karena terletak di antara Taman Laut Bunaken dan Selat Lembeh yang terkenal di seluruh dunia sebagai surga penyelaman.

Kekayaan Ekosistem terumbu karang bukan hanya penting untuk pariwisata saja melainkan juga rumah bagi biota laut, dan yang terpenting adalah nafas bagi kita semua.

Tahukah anda bahwa diseluruh dunia, samudera dan lautan di dunia ini, Indonesia memiliki satu persen terumbu karang, yang menutupi keseluruhan bumi ini.

Pulau Bangka
Kawasan perairan di sekitar Pulau Bangka.
Foto: Yuris Triawan
Kita sebagai bangsa Indonesia mendapat anugerah yang terbesar dan terindah dari sang pencipta, karena negri ini memiliki terumbu karang terluas, di seluruh dunia, sadar atau tidak, terumbu karang ini telah menghidupi jutaan jiwa dari nenek moyang kita hingga hari ini.

Anugrah ini akan terus memberi kehidupan bagi kita selama terumbu karang masih ada. 

Namun sayangnya, karena ulah kita anugrah ini terancam keberadaannya. Sampah dan limbah yang dibuang membebani lautan, akan membunuh seluruh rantai kehidupan, ditambah lagi ancaman terbaru yang lebih berbahaya.! 

Kini keberadaan pulau ini akan terancam dengan adanya surat keputusan pengelolahan tambang biji besi oleh investor asing.

Pulau Bangka
Salah satu resort di pulau Bangka. Foto: Yuris Triawan
Masuknya pertambangan bijih besi di pulau kecil seperti pulau Bangka, dimana sebagian besar penduduknya menolak pertambangan. 

Segala upaya telah mereka coba, tetapi suara mereka seolah tak terdengar, sekarang bantu mereka, menyelamatkan anugrah ini.!!! 

Pulau Bangka
Sunset di dermaga Mimpi Indah Resort. Foto: Yuris Triawan

TOLAK TAMBANG ...!!!
"SELAMATKAN PULAU BANGKA" (SAVE BANGKA ISLAND)
Dukung petisi secara online! www.change.org/SaveBangkaIsland

Sorot Lensa: WAJAH GUNUNG KELUD DARI MASA KE MASA

Sorot Lensa: WAJAH GUNUNG KELUD DARI MASA KE MASA

Gunung Kelud

Dari masa ke masa wajah Gunung Kelud (Bahasa Belanda: Kloot Volcano) berubah-ubah seiring dengan terjadinya beberapa kali letusan. Sejarah letusan yang tercatat dimulai dengan letusan pada tahun 1300 dan terakhir terjadi pada 13 Februari 2014 lalu. 

Letusan yang terjadi berulang kali mengakibatkan banyak bagian gunung yang rusak bahkan hilang. Salah satunya adalah danau yang lenyap pada akhir tahun 2007 karena tertimbun lahar dan material vulkanik lain. Puncak-puncak Kelud yang ada sekarang pun hanya sisa dari letusan besar masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba.

Berikut adalah foto-foto wajah Gunung Kelud dari masa ke masa, koleksi dari Kurkdjian Soerabaia, Tropen Museum-Belanda, Wikipedia, Landslides.usgs, Andhika Yuswantara, Pemkab Kediri dan CCTV Badan Geologi RI.

erupsi pada 13 Februari 2014
Wajah Gunung Kelud saat ini (17 Februari 2014), setelah terjadi letusan/erupsi pada 13 Februari 2014. Bersamaan dengan letusan yang dahsyat tersebut kubah lava yang berada di kawah Gunung Kelud pun menghilang.

saat Gunung Kelud meletus dengan suara dentuman yang sangat keras pada Kamis malam, 13 Februari 2014
Halilintar menyambar saat Gunung Kelud meletus dengan suara dentuman yang sangat keras pada Kamis malam, 13 Februari 2014 (foto: Andhika Yuswantara)
Kubah lava Gunung Kelud
Kubah lava Gunung Kelud yang terbentuk setelah letusan pada 2007 mengeluarkan lava pijar. Kemunculan kubah ini mengubah jenis letusan Gunung Kelud yang sebelumnya bertipe letusan danau. Setelah letusan pada 2007 itu danau dan air di kawah Gunung Kelud pun hilang, dengan kemunculan kubah lava baru atau kadang disebut anak Gunung Kelud.
Kubah lava Gunung Kelud
Kubah lava Gunung Kelud yang terbentuk setelah letusan pada 2007. Kemunculan kubah ini mengubah jenis letusan Gunung Kelud yang sebelumnya bertipe letusan danau. Setelah letusan pada 2007 itu danau dan air di kawah Gunung Kelud pun hilang, dengan kemunculan kubah lava baru atau kadang disebut anak Gunung Kelud.
Danau yang indah di lereng Gunung Kelud tahun 1980
Danau yang indah di lereng Gunung Kelud tahun 1980. Sejak tahun 2007 danau tersebut hilang karena tertimbun material vulkanik. (foto: pemkab Kediri)
Letusan Gunung Kelud tahun 1951.
Letusan Gunung Kelud tahun 1951.
Pemandangan Gunung Kelud berikut danaunya dilihat dari atas pesawat pada tahun 1926.
Pemandangan Gunung Kelud berikut danaunya dilihat dari atas pesawat pada tahun 1926.
Dr. Pedro Arens bersama rombongan yang terdiri dari seorang wanita dan pria Eropa saat mendaki Gunung Kelud tahun 1922
Dr. Pedro Arens bersama rombongan yang terdiri dari seorang wanita dan pria Eropa saat mendaki Gunung Kelud tahun 1922.
Kawah Gunung Kelud, April tahun 1919.
Kawah Gunung Kelud, April tahun 1919.
Kaldera Gunung Kelud tahun 1919.
Kaldera Gunung Kelud tahun 1919.
Aliran lahar Gunung Kelud tahun 1919.
Aliran lahar Gunung Kelud tahun 1919.
Foto bersama rombongan pendaki dari Eropa bersama warga pribumi di salah satu puncak Gunung Kelud Mei 1919.
Foto bersama rombongan pendaki dari Eropa bersama warga pribumi di salah satu puncak Gunung Kelud Mei 1919.
Susunan batu dalam bentuk pipa organ di kawah Gunung Kelud April 1919.
Susunan batu dalam bentuk pipa organ di kawah Gunung Kelud April 1919.
Setelah letusan Gunung Kelud tahun 1919.
Setelah letusan Gunung Kelud tahun 1919.
Kawah dinding Gunung Kelud tahun 1890.
Kawah dinding Gunung Kelud tahun 1890.


Berbagai Sumber.


Jumat, 21 Februari 2014

Istilah Lahar Dingin Yang Sering Salah Kaprah

Istilah Lahar Dingin Yang Sering Salah Kaprah

Lahar Dingin
Suasana turunnya lahar hujan yang terjadi di sekitar Desa Pandansari, Ngantang, Malang, Jawa Timur, Selasa (18/2/2014). Menurut BMKG, banjir lahar hujan ini mengalirkan 105 juta meter kubik material Gunung Kelud yang mengancam 28 desa di Kabupaten Blitar dan 6 desa di Kabupaten Kediri.
Foto: KOMPAS.COM/VITALIS YOGI TRISNA
Setiap kali ada gunung meletus, salah satu istilah yang kemudian kerap muncul di pemberitaan adalah "lahar dingin". Tak terkecuali saat Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Malang, Kediri, dan Blitar, di Jawa Timur meletus pada Kamis (13/2/2014).

Ternyata, istilah yang terasa familiar itu salah kaprah. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono sampai merasa perlu membuat status khusus soal salah kaprah istilah itu dalam laman pribadi Facebook-nya, Selasa (18/2/2014) malam.

Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi yang pada 2007 memantau langsung geliat Gunung Kelud ini menegaskan, hanya ada istilah "lahar letusan" dan "lahar hujan" dalam "kamus" letusan gunung. Dia pun menulis:

"...
Ijin berbagi info, "lahar" yg merupakan asal Indonesia telah diadopsi secara internasional. Ahli2 gunungapi dunia telah menggunakan "lahar" dalam makalah2 ilmiah. Lahar adalah sdh diadopsi scr internasional. 

Masa kita yg melahirkan kata "lahar" tdk mengetahui "lahar letusan" dan "lahar hujan". Mungkinkah kita yg menciptakan kata lahar scr internasional tdk dpt bedakan "lahar hujan" dan "lahar letusan"? Semua bergantung pada kita sbg sumber asal kata lahar sbg istilah internasional.
..."

Definisi "lahar letusan" dan "lahar hujan" ini menyisip pula dalam tuturan Ekspedisi Cincin Api Kompas, edisi Kelud Revolusi Gunung Api, 2011. Secara sederhana, lahar letusan adalah material vulkanik yang dilontarkan saat gunung meletus. Adapun lahar hujan adalah lahar letusan yang menumpuk di sekitar kawah gunung yang kemudian dialirkan oleh hujan.

Beberapa jam sebelum teguran soal asal kata "lahar" tersebut, Surono juga mengunggah di laman Facebook-nya itu soal definisi dari lahar hujan dan lahar letusan.

Menurut Surono, lahar letusan adalah lahar hasil letusan gunung api yang menyemburkan air dalam kawahnya, bercampur dengan abu, kerikil, batu, dan material lain. Lahar letusan terjadi saat gunung api yang memiliki danau kawah meletus. "Lahar letusan pasti panas," tulis dia.

Sementara itu, lanjut Surono, lahar hujan adalah lahar yang disebabkan oleh bercampurnya air hujan dengan material letusan berupa batu, abu, dan material lainnya, yang kemudian bergerak mengikuti alur lembah atau sungai yang berhulu di gunung itu.

Surono mengatakan, lahar hujan bisa panas ketika material yang mengalir bersamanya berasal dari awan panas. Bisa juga, kata dia, lahar hujan dingin ketika tak ada material dari awan panas. 


Selasa, 18 Februari 2014

Daerah-Daerah Yang Rawan lahar Hujan Gunung Kelud

Daerah-Daerah Yang Rawan lahar Hujan Gunung Kelud :

Letusan Gunung Kelud
Daerah-Daerah Yang Rawan lahar Hujan Gunung Kelud.
Lahar hujan Gunung Kelud akan ditampung tujuh sungai yang hulunya ada di gunung tersebut. Lima diantaranya mengalirkan lahar hujan ke Kabupaten Blitar. Dua lainnya ke Kediri. Ada banyak sungai yang dialiri lahar hujan. Intinya warga harus selalu waspada. 

Biasanya, lahar hujan akan mengalir ke Sungai Bladak di wilayah Kecamatan Nglegok. Gerakan liar lahar hujan juga bisa masuk ke Sungai Kuning yang berada di Kecamatan Nglegok. 

Ketika mengalir ke arah barat, material vulkanik yang bercampur air itu mengarah ke sebagian wilayah Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok. Lahar hujan bisa juga mengalir ke sebagian daerah Kecamatan Srengat. Terakhir berhenti di wilayah Tulungagung ujung timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar.

Dari Sungai Kuning, luapan lahar rawan menerjang sebagian permukiman warga Desa Kemloko dan Desa Kendalrejo, Kecamatan Talun. mengarah ke wilayah timur, yakni Kampung Aceh di Kecamatan Gandusari.

Sungai yang rawan dilewati lahar hujan Kelud adalah Sungai Konto. Tiga Kecamatan di Kabupaten Jombang: Ngoro, Gudo dan Bandar Kedungmulyo, yang dialiri sungai ini akan merasakan lahar hujan. Ada juga Kali Batan, dan Kali Avfour Besuk di Kecamatan Bandarkedungmulyo.

Di Kabupaten Kediri, lahar hujan akan mengalir di Kali Konto di Kecamatan Kunjang, Kali Serinjing di Kecamatan Puncu, Kali Ngobo di Kecamatan Plosoklaten dan Kayen Kidul, Kali Sukorejo di Kecamatan Gampengrejo dan Kayen Kidul, Kali Gedog di Kecamatan Ngadiluwih, dan Kali Dermo di Kecamatan Gurah.

Sementara, di Kabupaten Blitar antara lain Kali Badak di Kecamatan Ponggok dan Nglegok, Kali Termas Lama di Kecamatan Wonodadi dan Udanawu, Kali Termas Baru di Kecamatan Udanawu, Kali Putih di Kecamatan Garum dan Gandusari, Kali Lekso di Kecamatan Gandusari, Wlingi, dan Selopuro, serta Kali Semut di Kecamatan Wlingi dan Gandusari..

selalu waspada dan semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang maha Esa..

(*peta dari Bpk.Rovicky Dwi Putrohari,Ketua IAGI)
Sumber: Komunitas Pemerhati Seismik Indonesia

Kapal Bermuatan Alat Tambang Dihadang Warga Pulau Bangka

Pulau Bangka Minahasa Utara

Red Alert: Kapal Bermuatan Alat Tambang Dihadang Warga Pulau Bangka ...!!!

Konflik antara warga lokal Pulau Bangka dan aparat tak bisa terhindarkan jika kapal milik PT MMP tetap memaksa masuk ke Pulau Bangka. Warga Pulau Bangka berupaya mempertahanan kampung halamannya dari ancaman pertambangan yang merusak.

Jakarta, 18 Februari 2014 — Upaya penyelamatan Pulau Bangka, Sulawesi Utara, makin menemui aral terjal. Meski Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan surat keputusan untuk menolak praktik pertambangan di Pulau Bangka, namun keputusan itu tak digubris pemerintah daerah dan PT Mikgro Metal Perdana (PT MMP).

Maria Magdalena Taramen, aktivis lingkungan yang aktif di KMPA Tunas Hijau, menyampaikan bahwa kini kapal berwarna hijau yang memuat alat berat excavator warna jingga dan beberapa truk besar warna hijau baru saja melewati Batu Pendeta dan menuju ke Pulau Bangka. Dari jauh, kapal itu didampingi oleh kapal yang menyerupai kapal angkatan laut. 

Ancaman Tambang Di pulau Eksotis
Ancaman Tambang di Pulau Eksotis.
“Sebentar lagi suasana di Bangka tidak akan cantik lagi, karena massa nelayan dari Kinabuhutan, Talisei, dan Likupang datang untuk perkuat masyarakat Bangka. Sementara Polisi dan Brimob dalam jumlah banyak sudah berkumpul di Likupang,” kata Maria. 

Kapal tersebut sekarang ada di depan Kahuku dan sudah dikonfirmasi bahwa kapal tersebut membawa peralatan PT MMP. Kapal-kapal nelayan berusaha mencegahnya. Puluhan perahu dan ketinting nelayan menjepit kapal PT MMP hingga tak bisa merapat ke Pulau Bangka. Hingga rilis ini diturunkan, suasana Pulau Bangka masih panas dengan potensi konflik yang tinggi antara warga dan aparat. 

Kedatangan kapal PT MMP sudah dikabarkan sejak kemarin. Namun sebelumnya juga banyak tersiar kabar serupa yang tak terbukti kebenarannya. Berita palsu ini dirasa Maria sebagai upaya untuk membingungkan dan melemahkan upaya perlawanan warga. Setelah bermalam-malam berjaga tanpa bisa melaut untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, semangat para warga yang kebanyakan nelayan ini mulai surut.

“Ini kampung halaman kami dari generasi ke generasi. Lautan menjadi sumber penghidupan kami dan kami akan pertahankan pulau dan perairannya dari ancaman pertambangan, agar para cucu kami punya masa depan di sini. Kami pantang mundur dan lebih baik mati sekarang dalam perjuangan daripada mati pelan-pelan melihat perusahaan tambang merusak rumah kami di pulau,” kata William Hadinaung, salah satu pemuka adat di Desa Kahuku, dengan suara bergetar menahan amuk dan air mata.

Tak hanya warga lokal Pulau Bangka yang siap melawan hingga titik darah penghabisan, tapi juga warga dari pulau di sekitarnya seperti Kinabuhutan, Talisei, dan Likupang. Mereka berhadap-hadapan dengan polisi dan Brimob, dan preman-preman yang dipekerjakan oleh perusahaan. Ratusan dari mereka menyebut diri sebagai Pasukan Manguni (burung hantu kecil, simbol daerah Minahasa) dan telah sampai di pulau sejak kemarin setelah rapat strategis antara PT MMP yang berasal dari RRC dan pemuka adat yang diundang oleh Bupati Minahasa Utara. Sejak kemarin, Sandra Moniaga, komisioner Komnas HAM, mencoba mencegah konfrontasi seperti ini dengan berbicara langsung dengan asisten bupati Minahasa Utara, Kapolda, dan angkatan laut. Namun usaha Sandra tampaknya tak didengar, seperti halnya surat resmi dari Komnas HAM di Jakarta.

“Ada indikasi bahwa perseteruan antara preman dan warga pulau dipicu dan dimaksudkan oleh Bupati. Sekarang ketakutan kami makin parah. Pertumpahan darah di depan mata. Tapi hanya warga lokal yang nantinya jadi korban. Politisi-politisi di pemerintahan Sulawesi Utara harus bertanggung jawab,” seru Maria.

Selain warga lokal Pulau Bangka, lebih dari 18.000 masyarakat Indonesia dari berbagai daerah turut mendukung upaya penyelamatan pulau Bangka melalui petisi www.change.org/SaveBangkaIsland. Petisi itu sendiri dibuat oleh Kaka SLANK yang sering menghabiskan waktu menyelami keindahan bawah laut Pulau Bangka. Kaka mengaku sangat geram ketika tahu salah satu pulau favoritnya terancam tambang.

change.org Indonesia

Berikut foto2 Kapal Bermuatan Alat Tambang yang Dihadang Warga Pulau Bangka : 

Ancaman Tambang di Pulau Bangka Yang eksotis
Kapal Bermuatan Alat Tambang Dihadang Warga Pulau Bangka.
Ancaman Tambang di Pulau Bangka Yang eksotis
Kapal Bermuatan Alat Tambang Dihadang Warga Pulau Bangka
Ancaman Tambang di Pulau Bangka Yang eksotis
Kapal Bermuatan Alat Tambang Dihadang Warga Pulau Bangka
Ancaman Tambang di Pulau Bangka Yang eksotis
Kapal Bermuatan Alat Tambang Dihadang Warga Pulau Bangka
Ancaman Tambang di Pulau Bangka Yang eksotis
Kapal Bermuatan Alat Tambang Dihadang Warga Pulau Bangka
Ancaman Tambang di Pulau Bangka Yang eksotis
Kapal Bermuatan Alat Tambang Dihadang Warga Pulau Bangka

Minggu, 09 Februari 2014

Mendaki Gunung Sindoro dan Sumbing

Puncak Gunung Sumbing
Puncak Gunung Sumbing dilihat dari jalan raya yang menghubungkan Parakan ke Kertek Wonosobo.
Terkadang kabut cepat turun dari lereng gunung sehingga menutup pemandangan puncak dan lereng Gunung Sumbing.
Sewaktu menerima penugasan untuk meliput Panorama Gunung Dieng sebenarnya kesempatan untuk mendaki gunung Sindoro dan Sumbing sangat terbuka mengingat kedua gunung ini ada di wilayah Temanggung dan Wonosobo. Namun karena bukan seorang petualang, maka berimajinasi saat naik gunung dalam visualisasi sudah cukup membawan pikiran ini sampai ke puncak kedua gunung itu. 

Dan ternyata mendaki gunung ketika sampai ke puncaknya lalu turun masuk ke kawahnya adalah suatu pengalaman yang tidak mudah dilupakan dalam hidup ini.

Memang bagi sebagian orang, mendaki gunung adalah petualangan sekaligus wisata yang mengasyikkan dan penuh tantangan. Itulah yang saya alami ketika mendaki Gunung Ijen sebanyak dua kali dalam rentang waktu hanya 3 tahun. Mendapat tugas meliput Kawah Ijen sekaligus Melintas Indah Alam Banyuwangi sudah cukup menjadikan diri ini lebih mengenal alam lebih dekat lagi. Apalagi bila sudah sampai di puncak gunung, bisa melihat terbitnya sinar mentari di ufuk timur lalu masuk ke kawahnya, akan menyadari betapa diri ini kecil sekali bila dibandingkan dengan alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Salah satu ciptaan Tuhan yang ada di alam ini adalah berdiri dengan kokohnya gunung yang menancapkan kakinya ke bumi. Terlihat indah lereng gunung dengan hijaunya tanaman yang tumbuh di punggung gunung. Saat naik gunung berjalan di jalan setapak yang berliku dan menanjak, kita bisa melihat di sisi kanan dan kiri jalan yang menanjak, terdapat jurang dalam menganga terkadang sering tertutup kabut tebal saat mendaki.

Menelusuri lembah dan menembus rimbunnya hutan pegunungan juga memicu adrenalin dan menjadi tantangan tersendiri bagi pendaki. Apalagi jika masih ada binatang liar di sekitar jalur pendakian. Mendaki gunung tidak sekedar menaklukkan puncak tertinggi, tetapi juga menguji nyali.

Apakah kita kuat berjalan sampai ke puncak atau putus di tengah jalan lalu balik turun, akan mengukur diri ini sudah sejauh mana mental kita kuat bertahan jika menghadapi tantangan dalam perjalanan mendaki gunung. Indonesia memang memiliki sejumlah gunung yang bisa dijadikan sasaran pendakian, salah satunya Gunung Sindoro atau Gunung Sumbing.

lereng pegunungan Sumbing dan Sindoro
Jawa Tengah dikenal sebagai daerah penghasil tembakau. Salah satunya dari lereng pegunungan Sumbing dan Sindoro itu, tumbuh tembakau-tembakau terbaik untuk industri rokok kretek di Indonesia.
Kita kembali ke awal alinea postingan ini yaitu ke wilayah Wonosobo dan Temanggung di Jawa Tengah yang memiliki dua gunung yang bisa dilihat dari kota Wonosobo, yaitu Gunung Sumbing dan Sindoro. Kedua gunung itu mendapat sebutan gunung kembar karena letak geografis keberadaan kedua gunung itu. Lereng kedua gunung ini dipisahkan oleh jalan raya yang menghubungkan kota kecamatan Parakan dan Wonosobo. Jika Anda berkendara melawati jalan raya ini saat udara cerah, maka puncak kedua gunung akan terlihat megah berikut lereng gunungnya.

Kenapa disebut gunung kembar? Pertama, lokasi kedua gunung ini berdekatan. Gunung Sindoro berlokasi di sebelah barat laut Temanggung dan timur laut Wonosobo. Sementara itu Gunung Sumbing berada di sebelah barat daya Temanggung dan sebelah timur Wonosobo. Kedua, ketinggian kedua gunung ini tidak jauh berbeda.

Gunung Sindoro memiliki ketinggian sekitar 3.155 meter dan Gunung Sumbing 3.340 meter. Dari kejauhan kedua gunung ini terlihat sejajar dan sekilas terlihat serupa. Maka tak heran jika kedua gunung itu mendapat sebutan gunung kembar karena tingginya hampir sama. Meskipun layak sama-sama dijadikan area untuk pendakian gunung, kedua gunung itu memiliki tradisi yang berbeda jika dikaitkan dengan tradisi masyarakat setempat atas kedua gunung itu.

Pendakian Gunung Sumbing biasanya dilakukan pada malam 21 bulan Ramadhan, atau disebut malam selikuran. Selain mendaki gunung, biasanya banyak orang berziarah ke makam Ki Ageng Makukuhan di pundak Gunung Sumbing. Tokoh ini dipercaya sebagai orang yang pertama kali menginjakkan kaki di Kedu dan menanam tembakau. Sementara itu pendakian ke Gunung Sindoro biasanya bertepatan dengan malam 1 Syura.

Puncak Gunung Sumbing
Puncak Gunung Sumbing, Merbabu dan Merapi dapa dilihat dari Sindoro.
Saat kondisi gunung ini dinyatakan aman, Anda bisa mendaki Gunung Sumbing kapan saja. Saat mendaki gunung akan disuguhi pemandangan memukau, yaitu perkebunan rakyat yang menanam tanaman sayuran dan tembakau di lereng gunung. Udara gunung tentu saja masih sangat bersih, minim polusi dan terasa sejuk. Jika cuaca sedang baik, saat mendaki Gunung Sumbing akan memakan waktu sekitar 5 jam.

Lain lagi dengan pengalaman seorang rekan saat mendaki Gunung Sindoro. Saat mendaki akan disuguhi keindahan alam seperti Telaga Ajaib dan bunga edelweiss yang bertebaran di Gunung Sindoro. Alam yang masih hijau dengan udara gunung yang sejuk dan dingin akan menyambut perjalanan pendakian. Jika beruntung saat tiba di puncak gunung, melihat terbit dan tenggelamnya matahari bisa disaksikan dari puncak gunung ini.

Bagi pendaki berpengalaman yang sudah sering mendaki gunung, tentu sudah tahu perbekalan apa yang perlu dipersiapkan saat ingin mendaki. Tapi tak ada salahnya informasi bagi calon pendaki perlu juga disosialisasikan. Salah satunya pastikan Anda telah mengetahui informasi karakteristik gunung yang ingin didaki lebih dulu.

Banyak bertanya kepada penduduk setempat tak ada salahnya. Mencermati ada berapa pos pendakian yang bisa dijadikan tempat istirahat saat berjalan mendaki puncak gunung. Masyarakat setempat akan dengan senang hati berbagi informasi penting tentang karakteristik gunung yang tengah didaki, termasuk juga larangan atau pantangan yang harus dipatuhi saat mendaki. Menyiapkan perbekalan secukupnya dan tentu saja persiapan fisik yang kuat agar saat mendaki gunung perjalanan menjadi lancar.

Gunung Sindoro
Peta rute pendakian gunung Sindoro.


Sumber : Reiki | Klasika Wisata