Rabu, 19 Maret 2014

Petisi: Cabut izin perusahaan pembakar hutan di Riau!

Petisi Cabut izin perusahaan pembakar hutan di Riau! tersebut Mempetisi Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, diajukan oleh Riko Kurniawan, Pekanbaru, Indonesia.
Petisi: Cabut izin perusahaan pembakar hutan di Riau!
Kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap di Riau.
Sejak 1997, 6 juta warga Riau menderita gangguan nafas akibat kabut asap pembakaran hutan yang terjadi setiap tahun!

Bukan hanya itu, kabut asap setiap tahunnya melumpuhkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat Riau. Hal ini akibat pemerintah dan aparat penegak hukum lainnya –mulai dari tingkat daerah, propinsi maupun pusat, melakukan pembiaran terhadap perusahaan-perusahaan pembabat hutan dan pembakar hutan-lahan melakukan praktik-praktik buruknya, tanpa ada penegakan hukum yang mampu menjawab rasa keadilan masyarakat.

Akar persoalannya adalah buruknya tata kelola sumber daya alam di negeri ini yang  dibuktikan dengan banyaknya ijin diberikan melalui cara-cara kotor seperti korupsi, dengan menggadaikan keseimbangan lingkungan hidup --terutama lahan gambut. Kasus mantan Gubernur Rusli Zainal yang baru-baru ini divonis 14 tahun penjara oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) adalah salah satu contohnya. 

Seperti diketahui hampir seluruh titik api yang terjadi di tahun 2013 dan 2014 ini berada di areal gambut. Secara alaminya mustahil gambut itu terbakar, karena secara alami gambut itu termasuk kategori ekosistem lahan basah. Namun perusahaan-perusahaan dengan ijin konsesi luas yang diberikan pemerintah membabat habis hutan dan meluluhlantakkan keseimbangan ekosistem gambut yang unik ini.

Kebakaran Hutan penyebab utama kabut asap di Riau.
Perusahaan-perusahaan perkebunan skala besar baik di sektor kelapa sawit maupun sektor pulp dan kertas --seperti Grup Asia Pulp and Paper (Asia Pulp-Paper/Sinar Mas) dan juga Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), merupakan penyebab utama terbakarnya lahan dalam skala yang masif setiap tahunnya.

Kebakaran yang tak terkendali dan terus terulang, menunjukan bahwa luas konsesi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah telah berada di luar kemampuan pengusaha untuk mengelola dan di atas ambang batas kemampuan Pemerintah untuk melakukan pengawasan dan pengendalian.

Apakah layak masyarakat dikorbankan hak dasar hidupnya untuk menghirup udara yang bersih dan sehat, demi kepentingan segelintir pebisnis serakah yang memporakporandakan tatanan alam?

Apakah layak masyarakat terpaksa mengungsi hanya untuk menghirup udara bersih, demi langgengnya aliran keuntungan dari pembabatan hutan ke kantong-kantong pengusaha dan aparat negara yang korup?

Di akhir masa kepemimpinan Bapak Presiden, kami warga Riau, sangat mengharapkan Bapak mengambil tindakan konkrit untuk menghentikan bencana asap tahunan yang selalu kami derita. Kami tidak meminta Bapak meminta maaf seperti yang Bapak lakukan kepada warga negara tetangga Singapura. 

Bapak SBY yang terhormat, hak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat (termasuk udara yang bersih dan sehat) adalah hak asasi manusia, dan hak ini dijamin oleh konstitusi kita, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28.
Kabut asap terus menyelimuti Riau. Kebakaran hutan di kepulauan Riau,
 Pemerintah dianggap bergeming dan lamban. Ada apakah?
Kami hanya meminta Bapak, sebagai seorang kepala pemerintahan suatu negara yang berdaulat dan mendapatkan mandat menjalankan konstitusi, untuk tidak tunduk kepada tekanan perusahaan-perusahaan, dan untuk mendahulukan kepentingan masyarakat. Kami meminta Bapak menghentikan pembiaran dan berlanjut terusnya bencana asap tahunan yang diakibatkan pembakaran hutan-lahan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Oleh karenanya, kami meminta Bapak untuk:

1. segera mencabut ijin perusahaan-perusahaan –terutama yang telah terbukti terkait dengan kasus korupsi mantan Gubernur Riau, Rusli Zainal, yang telah divonis 14 tahun penjara oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Riau. 
2. menghentikan sementara dan mengkaji ulang ijin operasi APP dan APRIL yang terkait dengan perusahaan-perusahaan dalam kasus Rusli Zainal tersebut. 

Membiarkan perusahaan-perusahaan tersebut terus beroperasi berarti menjerumuskan warga Riau dalam bencana asap tahunan yang menghilangkan harkat-martabat kami sebagai warga negara untuk mendapatkan hak dasar hidup menghirup udara bebas pencemar, dan menghancurkan keberlanjutan hidup anak-anak kami, generasi muda Indonesia yang akan datang.

Lima Destinasi Wisata Zaman Batu di Indonesia

Zaman internet emang sudah sangat canggih. Mmm, tapi kadang kala kita perlu balik ke zaman batu buat belajar bagaimana caranya manusia memulai peradaban.
Lima Destinasi Wisata Zaman Batu di Indonesia
Lembah Bada, Sulawesi Tengah.
Mau tau tempat-tempat yang bisa membawa kamu kembali ke zaman itu? Berikut ini Lima destinasi Wisata Zaman Batu.

1. Pokokea

Lokasi: Lembah Besoa, Poso, Sulawesi Tengah
Lima Destinasi Wisata Zaman Batu di Indonesia
Situs megalitikum Pokokea di Lembah Besoa, Sulawesi Tengah. Foto: Antara/Zainuddin MN
Jantung hutan tropis di Taman Nasional Lore Lindu ibarat gudangnya tugu batu prasejarah misterius. Buat kamu yang kelamaan ngarep buat jadi ‘turis prasejarah’ di Stonehenge, Inggris, mending explore yang lokal-lokal dulu. Ke situs megalitikum Pokokea misalnya.

Berlokasi di Desa Hanggira, Pokokea adalah satu ratusan situs megalitikum di Taman Nasional Lore Lindu yang masih menyimpan peninggalan zaman batu dari era 3.000 sebelum Masehi. Dan, di situs ini kamu bisa menjumpai kalamba (guci raksasa) yang tingginya bisa mencapai 1,8 meter dengan diameter 1,5 meter dan batu prasejarah yang berwujud manusia.

Untuk sampai ke Pokokea, perjuangannya agak berat dikit. Jalannya berlumpur, rusak, dan pake ngelewatin sungai segala, jadi paling cocok kamu pergi ke sana naik jip 4 wheel drive. Tapi kalo gak kuat nyewanya, mending naik jip sewaan yang cuma Rp 30 ribu per orang. Yang penting sampe lah! Semua pengorbanan kamu segera terbayar begitu kamu sampe di Pokokea dan ngeliat langsung peninggalan zaman batu di sana.

2. Gunung Padang

Lokasi: Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat
Lima Destinasi Wisata Zaman Batu di Indonesia
Situs megalitikum Gunung Padang.
Ini dia situs yang sempat kontroversial lantaran diduga sebagai piramida yang usianya lebih tua daripada Piramida Giza di Mesir. Singkat cerita, masih banyak misteri yang coba diungkap dari situs megalitikum Gunung Padang. Dan, berbarengan dengan proses tersebut wisatawan mulai terpancing untuk berkunjung dan melihat langsung peninggalan yang ada di sana.

Di Gunung Padang, yang lokasinya menghadap Gunung Gede, terserak banyak batu prasejarah dan menhir yang diperkirakan berasal dari tahun 10.000 sebelum Masehi. Dan, diyakini bahwa di masa lampau tempat itu adalah tempat pemujaan. Sementara mitos yang merebak di kalangan masyarakat, di tempat tersebut Prabu Siliwangi berusaha membangun istana dalam semalam.

3. Cipari

Lokasi: Cigugur, Kuningan, Jawa Barat
Lima Destinasi Wisata Zaman Batu di Indonesia
Dolmen di Situs Purbakala Cipari, Kuningan, Jawa Barat. Foto: Antara/Dedhez Anggara
Di tempat ini, kamu masih bisa nemuin yang namanya dolmen, menhir, peti kubur batu, kapak batu dan sejumlah benda purbakala lain yang diperkirakan berasal dari zaman megalitikum sampai awal zaman perunggu. Alias sekitar 1.000 tahun sebelum Masehi.

Situs megalitikum Cipari berlokasi tepat di kaki Gunung Ciremai dan berjarak sekitar empat kilometer dari Kota Kuningan. Potret kehidupan prasejarah tergambar dengan cukup lengkap di sini. Sekarang, hasil-hasil penggalian dari 1975 seperti perkakas dapur, gerabah, perunggu, dan bekas pondasi bangunan dapat dilihat di museum. Museum tersebut terletak dalam kawasan prasejarah yang populer dengan nama Taman Purbakala Cipari itu.  

4. Kampung Bena

Lokasi: Tiwuriwu, Kabupaten Ngada, NTT
Lima Destinasi Wisata Zaman Batu di Indonesia
Kampung Bena, Flores, NTT. |Faizana Izzahasni
Kampung Bena adalah kampungnya para pemuja gunung. Terletak tepat di puncak bukit dengan panorama Gunung Inerie, perkampungan yang terkenal sebagai objek wisata prasejarah ini berjarak sekitar 19 kilometer di selatan Bajawa.

Apa yang istimewa dari Kampung Bena? Jadi, menurut perkiraan, Kampung Bena sudah ada sejak 1.200 tahun lalu. Waktu seolah berhenti. Sampai sekarang pola kehidupan dan budayanya tidak berubah banyak. Masyarakatnya masih memegang teguh kepercayaan zaman batu, peninggalan leluhur mereka.

Di tempat lain, kebudayaan seperti di Bena sudah banyak hilang. Tetapi masyarakat sana justru melestarikannya.

5. Tegur Wangi Lama

Lokasi: Pagaralam, Sumatra Selatan
Lima Destinasi Wisata Zaman Batu di Indonesia
Tegur Wangi Lama.
Menurut para arkeolog, wilayah Pagaralam dan Kabupaten Lahat merupakan pusatnya peradaban megalitikum di Sumatra Selatan. Dan, Tegur Wangi Lama adalah situs terbesarnya.

Ada banyak temuan benda zaman prasejarah dalam kondisi baik di sana, antara lain arca manusia, arca manusia dililit ular, rumah batu, dan dolmen. Diperkirakan, benda-benda tersebut berusia sekitar 1.400 tahun.


Sumber: Wego

Mengagumi Pariwisata dan Alam Sulawesi Barat

Selain nonton Sandeq Race, kira-kira apa lagi yang bisa dinikmati dari Sulawesi Barat?
Salah satu alasan berlibur ke provinsi yang baru mekar ini adalah alamnya. Di Sulawesi Barat setidaknya ada tiga tempat wisata alam yang cantik dan mempesona. Apa aja? Mari simak ulasan berikut.

Wisata Alam Sulawesi Barat
Sejumlah anak bermain di bawah air terjun Desa Lembang, Majene, Sulawesi Barat. Foto: Antara/Ekho Ardiyanto
Air Terjun Sarambu Alla

Dikelilingi tebing tinggi dan pohon buah-buahan seperti durian, rambutan, dan langsat, Sarambu Alla di Desa Kalotok, Kecamatan Sabbang, sekitar 34 kilometer dari ibu kota Kabupaten Luwu Utara ini emang istimewa banget. Yang menjadi ciri khasnya yaitu pelangi abadi yang terbentuk di sekitar air terjun.

Untuk sampai ke lokasi, kamu perlu menuruni anak tangga sejauh 40 meter. Makin dekat, kamu bisa melihat air terjun yang menyeruak di antara tebing yang elok.

Air Terjun Kunyi

Air terjun setinggi 30 meter ini punya air yang jernih, bersih, dan sejuk. Kalau kamu naik ke puncak air terjun, kamu bisa melihat pemandangan Kota Polewali.

Pemandian Air Panas Limboro

Sama halnya di tempat pemandian air panas lain, mandi di Limboro diyakini bisa mengusir segala penyakit kulit yang menempel di tubuh. Lokasi pemandian ini tepat di atas puncak pegunungan Limboro. Berhawa sejuk, dengan pemandangan hamparan pohon kemiri dan kakao.

Pemandian Limboro terletak di Desa Tallu Banua, Kecamatan Sendana, berjarak sekitar 46 kilometer dari pusat kota Majene. Untuk transportasi menuju ke sana, ada beberapa unit hardtop yang akan mengantar pengunjung.

Wisata Alam Sulawesi Barat
Beginilah cara ikan terbang diasap. FOTO: ANTARA/Dewi Fajriani
Tuing-tuing Asap, serasa terbang dibuatnya

Melancong ke Sulawesi Barat, jangan lupa buat mencicipi makanan khas suku Mandar bernama ikan tuing-tuing asap. Pada dasarnya, ikan yang disajikan ini bukan ikan tuing-tuing, melainkan ikan terbang a.k.a parexocoetus brachypterus. Tuing-tuing tersebut adalah sebutan untuk ‘terbang’ dalam bahasa Mandar –suku mayoritas di Sulawesi Barat.

Cara masak ikan ini terbilang unik. Ikan terbang yang sudah dibersihkan dan direndam dengan air garam, diletakkan di atas pelepah daun kelapa di atas tungku kayu kering. Sudah dipastikan, tidak ada kobaran api yang menyentuh kulit si ikan. Itu makanya di sebut tuing-tuing ‘asap’, karena asap inilah yang mematangkan daging ikan terbang.

Pertanda bahwa ikan sudah matang adalah ketika warna kulit menggelap dan daging ikan sudah mulai mengeras. Tidak perlu waktu yang terlalu lama. Semakin banyak asap yang mengepul, semakin cepat prosesnya. Para pemilik warung juga kerap kali memanasi ikan agar tuing-tuingnya enak disantap.

Nah, cara ‘ngasap’ tersebut ternyata ngaruh loh dengan rasanya. Tuing-tuing asap ini rasanya jadi gurih. Jauh lebih gurih dibanding ikan bakar atau pun goreng. Lebih nikmat, disantap dengan sambal serta acar. By the way, Selain dagingnya, orang juga sering memesan telur ikan terbang, karena selain penuh protein dan vitamin, telur ikan terbang ini pun terasa sangat nikmat dan gurih,

Lokasi restoran yang menyediakan tuing-tuing ini sangatlah terjangkau. Kita hanya perlu melewati jalur trans bagian barat Majene, Sulawesi Barat. Atau melipir ke Desa Somba, Kecamatan Sendana,  Kabupaten Majene. Untuk menuju ke sana, membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Mamuju, ibukota Sulawesi Barat. Tak perlu repot-repot mencari sinyal untuk ber-GPS-an ria, cukup lihat sekitar, kalau ada asap-asap mengepul dengan ga nyantainya, di situlah warung-warung makan tuing-tuing asap berada.

Harga jualnya cukup beragam dan terjangkau, mulai dari Rp 10.000. Oh ya, harus perhatikan timing kalau mau menikmati tuing-tuing asap di Majene. Menurut warga setempat, ikan tuing-tuing hanya ada ketika musim angin timur.


Sumber: Wego

Sabtu, 15 Maret 2014

Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau!

Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau!

Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau!
Tahukah kamu kalau persoalan kabut asap di Riau itu sudah berjalan selama 17 tahun lamanya atau semenjak tahun 1997 silam dan terus berulang kali terjadi. Namun sepertinya kasus kabut asap pada tahun 2014 ini mencapai titik terparah sampai Riau dianggap sebagai kawasan tak layak huni. Bayangkan saja, jarak pandang bandara yang kurang dari 200 meter membuat bandara Sutan Syarif Kasim II ditutup semenjak Rabu (12/3) - Sabtu (15/3) hari ini.

Dengan index asap beracun yang maksimal 300, Riau bahkan menyentuh 1.200 yang membuat daerah itu benar-benar membahayakan. Seperti apa situasi mencekam yang ada di Riau? Berikut ini pemandangannya dan semoga pemerintah yang terkait bisa bertindak tegas pada pelaku pembakaran hutan yang membuat Riau menjadi kacau. Sekali lagi, #PrayForRiau.


6 Bulan Berselang
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
6 Bulan Berselang. | via @Kyuteukbi
Ini adalah kondisi di tempat yang sama dalam dua waktu yang relatif tidak terlalu jauh di Pekanbaru. Foto pertama menampilkan kondisi kota Pekanbaru pada 3 September 2013 yang sangat cerah dengan langit biru dan awan putih. Namun sekitar enam bulan berlalu tepatnya pada 13 Maret 2014, pemandangan itu lenyap. Tak ada lagi langit biru yang cerah karena semua sudah tertutupi oleh kabut asap yang sangat pekat. 

Pagi Seperti Malam
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Pagi Seperti Malam. | via pasangmata.com
Normalnya adalah jika pagi hari dan sudah lepas pukul tujuh itu adalah kondisi di mana langit berwarna biru sangat terang dengan sinar matahari hangat yang menerpa bumi. Tapi apa yang terjadi di Riau sana sangatlah berbeda. Saat pukul tujuh ketika semua orang melakukan aktivitas kerja atau sekolah justru kondisi masih gelap dan bahkan butuh lampu kendaraan dinyalakan karena jarak pandang terbatas.

Kota Penuh Asap
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Kota Penuh Asap. | via @Jueluvpidi
Bisa dibilang ketebalan kabut asap di kota Pekanbaru bisa dibilang sangat parah bahkan pada Kamis (13/3) kemarin sekitar pukul 13.00 membuat asap tebal seakan menutupi ruas-ruas jalan utama Pekanbaru. Menurut data yang ada, sudah sebulan lamanya rakyat Riau harus menghirup udara kotor akibat polusi asap, dampak kebakaran hutan dan lahan. Penderitaan yang seakan enggan pergi ini membuat publik Riau kesal, putus asa dan juga sedih.

Bandara Tertutup kabut asap
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Bandara Tertutup kabut asap. | via @rantyferlisa
Seperti yang sudah dibilang, karena jarak pandang yang terbatas di bandara Sultan Syarif Kasim II, membuat penerbangan ditutup. Dengan jarak pandang kurang dari 200 meter memang mustahil bagi pesawat lepas landas atau mendarat di Riau. Lihat saja, kondisinya begitu pekat oleh kabut asap. Karena kabut asap ini pula, maskapai penerbangan harus menelan kerugian mencapai 80 juta rupiah setiap kali mereka gagal terbang.

Udara Tak Layak
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Udara Tak Layak. | via @infoRIAU
Bila mengacu pada standar kesehatan internasional, harusnya seluruh warga Riau memang diungsikan. Dengan index asap beracun terparah adalah 300, Riau bahkan sudah menyentuh angka 1.200 yang berarti pemda setempat dan pemerintah pusat harus melakukan tindakan tegas dan secepatnya. Imbas dari kebaran  hutan itu adalah udara mengandung CO2 dan partikel metan yang membuat tingkat oksigen menurun drastis dari batas normal 20,93%.

Jika demikian maka berarti apa yang dihirup oleh warga Riau adalah bukan oksigen lagi namun juga zat beracun. Untuk menanggulanginya pun tak bisa memakai masker tipis biasa namun harus memakai masker ber-standar HEPA.

Ini Dia Pemicunya?
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Ini Dia Pemicunya?. |via @iskandarsyah13
Menurut pantauan satelit melaporkan ada lebih dari seratus total titik api di sekitar Riau  yang terus membakar lahan dan hutan yang akhirnya menimbulkan kabut asap tebal. Dampaknya pun tak hanya ke Riau namun sampai menyebar ke Selat Malaka. Dilaporkan ada hampir lima puluh ribu warga menderita penyakit ISPA, pneumonia, asma, iritasi mata dan kulit. Jelas bahwa para perambah dan pembakar lahan serta hutan inilah yang menjadi pemicu dari bencana merugikan ini. Jika begini, siapa yang salah? Manusia atau alam?

Rindu Langit Biru
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Rindu Langit Biru. |via @Ndho_Shuckit
Bisa dibilang bahwa kini warga Riau sangat merindukan langit biru yang jernih dengan awan putih dan sinar mentari yang indah. Sepertinya hal yang bisa kamu rasakan setiap hari itu menjadi sesuatu yang sangat mahal bagi warga Riau. Alih-alih melihat langit biru, apa yang mereka lihat sehari-hari di luar rumah saat ini hanyalah kabut asap tebal yang bahkan untuk bernafas saja cukup sulit.

Tak Bisa Melihat Jauh
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Tak Bisa Melihat Jauh. |via @WeAreLoveAly
Pada Kamis (13/3) kemarin sepertinya kabut asap di Riau mencapai salah satu titik paling mengerikan. Bahkan jarak pandang di Pekanbaru hanya mencapai 300 meter sampai pukul 12.00 siang. Coba kamu bandingkan, jika di lokasimu saat ini sebelum pukul 12.00 siang kamu pasti sudah bisa melihat apapun. Dengan kondisi kualitas udara di level berbahaya, hujan deras mungkin satu-satunya yang diharapkan warga Riau untuk terjadi segera saat ini. 

Entah Malam Atau Siang
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Entah Malam Atau Siang. |via @infoRIAU
Tebalnya kabut asap di Riau memang membuat siapapun sulit membedakan sedang siang atau malam dalam foto yang ada. Karena ketebalan asap yang sangat mengganggu pernafasan itu seakan membuat sinar matahari pun malu untuk memberikan sinarnya. Para dokter spesialis paru menyebutkan jika idealnya warga Riau memang harus dievakuasi. Saat ini, dalam ruangan ber-AC saja warga Riau berbahaya apalagi berjalan di tengah kotanya yang terselimuti asap?

Matahari Tak Tembus
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau
Matahari Tak Tembus. |via @infoRIAU
Selain mata yang perih dan sesak nafas dirasakan oleh warga Riau karena kabut asap ini memang sangat merugikan. Fisik tersakiti jelas mental juga merasakan beban yang berat. Dengan jarak pandang pendek dan sinar matahari yang bahkan sulit menembus pekatnya kabut asap, jelas bahwa banyak warga Riau memilih tinggal di dalam rumah.

Menurut laporan merdeka.com, kini Polri terus melakukan penyelidikan soal pembakaran hutan dan lahan di Riau yang sudah mencapai tahap penetapan tersangka hampir 40 orang. Sungguh tangan-tangan tak bertanggung jawab yang membuat puluhan ribu jiwa sulit bertahan hidup. Semoga hukuman sebanding diberikan untuk mereka. 


Berbagai Sumber

Selasa, 11 Maret 2014

Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)

Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)

Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Indah Susanti saat menyelam di Pulau Bangka. Foto: dok Indah Susanti.
Sebagai negara kepulauan terbersar, Indonesia memang kaya akan surga bawah lautnya. Di Provinsi Sulawesi Utara, diantara dua destinasi menyelam terkenal dunia yakni Bunaken dan Selat Lembeh, terdapat sebuah pulau bernama Bangka yang tak kalah mempesona (pulau Bangka masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara). 

Hampir seluruh wilayah pesisir Sulawesi Utara memang terkenal mengesankan dengan pesona keanekaragaman hayati di laut, dan hutan tropis didaratan serta satwa endemik yang unik seperti primata Tarsius dan Yaki (macaca nigra). Namun, pulau indah ini kini menghadapi ancaman: keputusan yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk menambang dua per tiga dari pulau kecil seluas 4700 hektar ini dengan dukungan investasi perusahaan China, mengancam sumber penghidupan penduduknya dimana mayoritas mata pencaharian mereka adalah nelayan. Dikhawatirkan juga bahwa pertambangan akan menghancurkan keberadaan serta habitat flora dan fauna endemik di pulau serta keanekaragaman hayati bawah lautnya.

Pulau bagi pecinta fotografi makro.!

Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Brown Coral Crab. Foto: dok Indah Susanti
Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Mantis Shrimp. Foto: dok Indah Susanti
Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Nudibranch. Foto: dok Indah Susanti
Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Pink Hippocampus Bargibanti. Foto: dok Indah Susanti
Saat itu hujan ketika kami mulai penyelaman pertama kami di Dive Site Tanjung Hisu Dua. Aku merasakan kehangatan tropis laut Sulawesi ketika aku memasuki air. Dolfie Bawole, pemandu menyelam kami, mendahului di depan, menceburkan diri ke arah dinding karang. Aku terjun dan mengikuti dia sampai pada kedalaman 20 meter, maka kami menemukannya. Seekor kuda laut kecil berwarna coklat gelap, dengan ekornya yang mengait pada alga berwarna kehijauan: a pygmy seahorse severn! Aku tidak pernah menyadari dalam kenyataan betapa kecilnya dia. Masih di spot yang sama, Dolfie juga menunjukkan kami mahkluk kerdil kedua, dua bargibanti, berwarna merah muda mengaitkan diri pada karang gorgonian.

Ada tiga spesies kuda laut kerdil yang dapat ditemukan di Pulau Bangka: Pontoh, Severnsi dan Bargibanti. Dengan ukuran kurang dari dua cm, maka hampir mustahil untuk menemukan pygmy seahorse tanpa bantuan seorang pemandu menyelam berpengalaman. Saya telah membaca bahwa mahkluk kerdil itu sensitif terhadap sorot lampu kamera, karena itu saya membatasi diri untuk mengambil maksimal lima foto dan itupun pada tingkat pencahayaan terendah. Sungguh, memang tidak mudah untuk mengambil gambar selebriti kerdil ini yang terus menunjukkan punggungnya pada pengagum mereka.

Selain kuda laut kerdil, Dolfie sedang bersemangat menunjukkan kepada kami berbagai nudibranch (Nudibranchia adalah kelompok siput air terbesar dari ordo Opisthobranchia. Anggotanya lebih dari 3.000 spesies. _ wiki). Beberapa diantaranya berukuran kurang dari 1 cm dan yang terbesar dengan ukuran hampir 10 cm. Untuk pertama kalinya aku melihat Bornella Anguilla, nudibranch dengan bintik mata hitam dan pola mosaik merah pada tubuhnya yang membuatnya tampak seperti naga kecil. Selain itu, kami melihat banyak hewan alien yang tampak seperti udang marmer, lobster jongkok berbulu, dan udang mantis. Sementara itu, eel moray (belut), crocodile fish dan scorpion fish juga dapat dilihat hampir di setiap situs penyelaman yang kami kunjungi.












Sebuah pulau dengan pemandangan bawah laut yang unik.!

Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Ada pantai landai berpasir putih di Pulau Bangka,
tepatnya di Desa Libas, Likupang Timur Minahasa Utara.
Foto: Yuris Triawan
Pemandangan bawah air di situs menyelam Sahaung telah membuat saya bertanya-tanya tentang apa yang terjadi di masa lalu. Ketika memasuki situs menyelam yang indah ini, kami disambut oleh gerombolan ikan fusilier. Kami selanjutnya menuju ke dataran tinggi yang luas di bawah air, yang tampak mirip dengan langkah-langkah di lantai kuil Buddha dan formasi dinding batuan yang mirip dengan batu bata kuno. Pada akhirnya, kami menemukan karang berbentuk meja besar yang seolah membuatnya sebagai meja altar candi di mana bayi hiu menyembunyikan diri di bawahnya. Semakin nyata ketika menyaksikan bentang alam tersebut untuk pertama kalinya, rasanya hampir tidak percaya bahwa itu terbentuk secara alami.

Dive site Batu Gosok juga menawarkan pemandangan yang menarik, menyaksikan bagian puncak curam yang menonjol dari dalam laut ke permukaan. Arus di situs penyelaman ini bisa sangat kuat. Namun, ada beberapa ruang di antara dinding karang di mana penyelam bisa berlindung dari arus. Bagian dari bentang alam dan situs menyelam yang menakjubkan yang menghadap ke tebing berbatu dan lanskap hijau.

Sebuah pulau di mana spesies yang terancam punah hidup.!

Beberapa bagian dari pulau, seperti Dive Site Lihunu Garden, memiliki lapangan rumput laut yang luas, yang merupakan sumber makanan satwa langka seperti dugong/duyung. Meski kami tidak melihat satupun dugong selama kami menyelam, nelayan Bangka dan para pemandu selam sudah pernah melihatnya. Menurut Ulva Takke, pemilik Mimpi Indah Resort, dugong bisa terlihat disekitar pulau tiga hari sebelum bulan purnama atau saat air sedang jernih.

Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Salah satu resort yang ada di pulau Bangka.
Foto: Yuris Triawan
Mimpi Indah Resort, adalah sebuah eco-resort di mana saya menginap dengan pasangan saya, letaknya di sebelah hutan. Para tamu pun dapat menyaksikan langsung hewan-hewan endemik pulau selama mereka menginap. Dua kali kami melihat Tarsius, dan selalu hal itu terjadi didekat dapur saat makan malam. Aku yakin Tarsius itu tertarik pada aroma lezat makanan Indonesia dari dapur. Kadal terbang, tupai dan kepiting juga dapat ditemukan di sekitar resor. Resor ini juga memiliki "biawak" yang terus berenang bolak-balik di sebuah sungai kecil di tengah-tengah taman resort. Secara keseluruhan, flora dan fauna di pulau Bangka pastinya unik.


Pulau indah ini berada dalam ancaman.!

Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Spanduk penolakan tambang terpampang di salah satu rumah warga Pulau Bangka. Foto: dok Indah Susanti
Sulit untuk membayangkan Pulau Bangka dan bawah lautnya akan menjadi apa jika penambangan dimulai. Izin pertambangan bijih besi yang dikeluarkan oleh Bupati Minahasa Utara akan merelokasi dua dari empat desa di pulau tersebut. Kawasan tambang juga akan mengambil alih beberapa bagian dari hutan hujan lindung di pulau ini. Saya bukan ahli pertambangan tapi aku bisa membayangkan jika perusahaan menggunakan metode dengan peledakan bantalan batuan yang mengandung bijih besi, cara penambangan yang umum dikenal pada tambang terbuka, konsekuensinya akan menjadi bencana bagi sebuah pulau kecil seperti Bangka. Selama musim hujan, sedimentasi tanah akibat proses peledakan akan turun ke laut dan mungkin menutupi karang dan hamparan rumput laut, sumber kehidupan bagi ikan, serta dugong dan biota laut lainnya.

Penolakan pertambangan telah lama disuarakan melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter. Seorang penyanyi rock terkenal Indonesia, Kaka Slank, yang juga telah menyelam di Pulau Bangka, mengambil langkah untuk melindungi pulau dan mata pencaharian nelayan. Ia mengorganisir petisi dengan dukungan dari Change.org, Greenpeace, Walhi dan LSM lokal, Tunas Hijau dan LMND untuk menolak pertambangan. Meskipun menghadapi banyak penolakan, pemerintah daerah tampaknya mengabaikan mereka dan akan tetap melanjutkan rencana pertambangannya. Jika Anda ingin menghentikan rencana tambang tersebut, silakan menyuarakan keprihatinan Anda melalui petisi Kaka Slank di halaman ini: Save Bangka Island Petition. 

Perjuangan untuk melindungi pulau ini belum berakhir, itu akan berlanjut sampai pemerintah daerah menghentikan rencana pertambangan.


Artikel ini ditulis oleh Indah Susanti dalam blog pribadinya indahs.wordpress.com.

Text & Photos by Indah Susanti (c) indahs

Pulau Bangka dibawah Ancaman Tambang (Catatan seorang Penyelam)
Jala milik nelayan lokal pulau Bangka. Foto: dok Indah Susanti

Versi Asli dalam Bahasa Inggris

Bangka Island: An Island under Threat
In Indonesia, North Sulawesi Province, between of two famous diving destination Bunaken and Lembeh Strait, there is an island called Bangka (Regency of North Minahasa). The entire coastal area of ​​North Sulawesi is known for its impressive marine biodiversity, terrestrial of tropical forests and unique native animals such as tarsier monkey. Yet, the island is facing a threat: a decision made by the mainland government to mine two third of the 4700 hectares island with support of Chinese company’s investment, threatening the livelihood of its residents whose majorities are fishermen. It is feared that the mining will destroy the existence of its unique flora and fauna terrestrially and its marine biodiversity.

An Island for Macro Photography Lovers
It was raining when we started our first dive at Dive Site Tanjung Hisu Dua. I felt the warmth of tropical Celebs seawater as I entered the water. Dolfie Bawole, our dive guide, was descending before us, dove to the reef walls. I dove following him into 20 meter deep, then we found her. A dark brown tiny seahorse, with her tail hanged on greenish colored algae: a severn pygmy seahorse! I have never realized how tiny she is in reality. On the same site, Dolfie also showed us the second pygmy, two bargibanti, hanged at purple-pinkish gorgonian coral.

There are three species of pygmy seahorses that can be found in Bangka Island: Pontoh, Severnsi and Bargibanti. With their size less than two cm, it was nearly impossible to find pygmy seahorse without the help of an experience dive guide. I have read the pygmy is sensitive to camera-strobe lights; therefore I limited myself to maximum of five photo-shots and at the lowest strobe’s flare level. Sincerely, it was not easy to take picture of these tiny celebrities who kept showing their backs at their admirer.

Besides of pygmy seahorses, Dolfie was eagerly showing us variety of nudibranch. Some of them with the size of less than 1 cm and the biggest one with size almost 10 cm. For the first time I saw Bornella Anguilla, a nudibranch with black eye spots and red mosaic pattern in its body that makes it looked like a little dragon. In addition, we spotted many alien-looking animals like the marble shrimp, hairy squat lobster, and mantis shrimp. Meanwhile, eel moray, crocodile fish and scorpion fish could be seen almost in every dive sites we visited.


An Island with Unique Underwater Landscape
The underwater landscape of dive site Sahaung had made me wonder what it used to be in the past. When entering this beautiful dive site, we were welcomed by schooling of fusilier fish. We further dove to an underwater broad plateau, that looked alike a Buddhist temple floor with steps and walls of rocks formation that similar to ancient bricks. By the end of it, we found a huge table coral that would make it as an altar table of the temple where the baby sharks hides underneath. It felt surreal when witnessing such landscape for the first time; it was hardly believed that it was naturally formed.

Dive site Batu Gosok also offers interesting landscape, view of series steep pinnacles that go up from the ocean to the surface. The current could be very strong in this dive site. However, there were some spaces in between corals wall where divers could hide from the current. Terrestrial part of the dive site was stunning overlooking the rocky cliffs and green landscape.

An Island where Endangered Species Live
Some part of the island, like Dive Site Lihunu Garden, has large sea grass field, which is the food source of endangered species dugong. Although we did not see any dugong during our dives, Bangka fishermen and dive guides have seen them. According to Ulva Takke, owner of Mimpi Indah Resort, the dugong could be seen around three days before the full moon and when the water is clear.

Mimpi Indah Resort, an eco-resort where I stayed with my partner, is located next to the forest. Guests can expect to see the endemic animals of the island during their stay. We saw Tarsier twice, and it happened always near to the kitchen during dinner time. I bet the tarsier was attracted to delicious smell of Indonesian food from the kitchen. The flying lizard, squirrels and crabs could be found in the resort as well. The resort also has a “monitor lizard” that keeps swimming back and forth in a small river in the middle of the resort’s garden. Overall, the flora and fauna in Bangka island is unique.

An Island in Trouble
It is hard to imagine what Bangka Island and its underwater will become if the mining started. The iron ore mining permit that issued by North Minahasa Regent will relocate two from four villages in the island. It also will take over some part of the protected rainforest in the island. I am not a mining expert but I can imagine if the company used the well known common method by blasting the iron-ore bearing rock and dug up from open pit mines, the consequences will be disastrous for a small island like Bangka. During the rainy season, the soil sedimentation after the blasting process will go down to the ocean and it may cover the corals and the sea grass field, the living source for fishes, sea-critters and dugongs.

Rejection to the mining has been voiced in social media like Facebook and Twitter. An Indonesian famous rock singer, Kaka Slank, who has been diving in Bangka Island, step in to protect the island and the fishermen’s livelihood. He organized a petition with the support of Change.org, Greenpeace, Indonesian’s Friends of the Earth and local NGOs, Tunas Hijau and LMND to reject the mining. Despite of numerous rejections, the local government seems ignore them and will precede its mining plan. Should you wish the mining plan to discontinue, please voice your concern via Kaka Slank’s petition in this page: Save Bangka Island Petition. The fight to protect the island is not over yet, it will continue until the local government stops the mining plan.


Artikel ini ditulis oleh Indah Susanti dalam blog pribadinya indahs.wordpress.com.

Text & Photos by Indah Susanti (c) indahs
diterjemahkan oleh Basecamp Petualang untuk Save Bangka Island



Tolak tambang di pulau kecil. Selamatkan Pulau Bangka — Sulut!
No mining on small islands. Save Bangka — North Sulawesi!

Kampanye Media Sosial / Social Media Campaign #SaveBangkaIsland
Adalah kampanye gabungan antara / Joint campaign: 
Kaka SLANK, Greenpeace, Change.org, WALHI Friends of the Earth Indonesia, AMMALTA Aliansi Masyarakat Menolak Limbah Tambang, LMND Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi Sulut & Tunas Hijau.

Kaka SLANK launched Save Bangka petition!
Ongoing since 2013, Sep 27th — 18.018 signatures on Jan 23rd 2014
Dukung petisi / Sign the online petition: www.change.org/SaveBangkaIsland

Dukung juga kami melalui Google+ / Support us on Google+: www.gplus.to/SaveBangkaIsland

Ikuti juga kami melalui Twitter / Follow us on Twitter: https://twitter.com/SaveBangka 
Hashtag: #SaveBangkaIsland

Bergabung dengan kami di group Facebook: https://www.facebook.com/groups/SaveBangkaIsland/