Jumat, 20 Desember 2013

Gaya Rambut “Punk” ala Kera Hitam Sulawesi

Macaca nigra, Yaki
Kera hitam Sulawesi atau Yaki (Macaca Nigra). Foto: ist
Anda pasti sudah tidak asing dengan kera yang berwarna hitam. Namun kera yang satu ini berbeda dengan kera hitam yang lain. Kera ini berasal dari Genus Macaca, salah satu genus primata yang memiliki persebaran paling luas didunia. Namun kera yang satu ini adalah hewan asli atau endemik Sulawesi. Nama aslinya adalah Macaca nigra atau Kera Hitam Sulawesi dalam bahasa lokal Yaki.

Jambul Ala Punk
Macaca nigra merupakan jenis kera terbesar yang ada di Pulau Sulawesi. Masyarakat setempat menyebut kera endemik Sulawesi ini dengan nama Yaki. Ada juga yang menyebutnya dengan nama Bolai, dan Dihe. Tingginya sekitar 44-60 Cm, dengan berat badan sekitar 7-15 Kg, cukup besar dibanding dengan kera-kera lainnya. Kulit Yaki berwarna hitam legam, dengan bulu hitam mengkilat yang menutupi seluruh tubuh, kecuali telapak tangan, wajah dan pantat. 

Ciri unik lainnya dari kera endemik Sulawesi ini adalah ekornya yang pendek. Sekilas akan nampak Kera Hitam Sulawesi ini seakan tidak punya ekor. Karena ekornya hanya sepanjang 20 sentimeter, berbeda dengan kera-kera jenis lain yang umumnya memiliki ekor relatif panjang.

Namun ciri Yaki yang paling mencolok adalah pantatnya yang berwarna pink atau merah muda, serta jambul di kepalanya yang mirip potongan rambut gaya Punk. Untung tidak pakai sepatu boot, ya? Ciri lainnya dari Kera Hitam Sulawesi ini adalah warna bulu yang agak terang pada bagian punggung dan paha bagian dalam. Wajahnya berwarna hitam, dengan moncong yang lebih menonjol dibanding dengan kera-kera lainnya.

Perilaku Dan Habitat
Kera endemik Sulawesi ini tergolong hewan semiboreal. Yang artinya selain menghabiskan waktu di pepohonan, Yaki juga sering berjalan-jalan di atas tanah. Yaki juga tergolong diurnal, yaitu mayoritas aktivitasnya dilakukan pada siang hari.

Pada siang hari, Kera Hitam Sulawesi ini menghabiskan waktunya untuk mencari makan. Makanan Yaki adalah daun, bunga, biji, umbi, buah-buahan, serangga, molusca serta telur. Setelah matahari terbenam, Yaki akan kembali ke wilayahnya, dan tidur di atas pohon bersama dengan kawanannya. 

Habitat asli Yaki adalah Hutan Primer, dan pertengahan antara Hutan Primer dan Hutan Sekunder. Karena di area tersebut masih terdapat banyak pepohonan tinggi dan rimbun, yang menjadi rumah bagi hewan endemik Sulawesi ini. Sesekali Yaki turun ke wilayah yang berpenduduk untuk mencari makan.

Salah satu hal yang unik dari Macaca nigra adalah pantatnya yang bisa berpendar. Ya, pada musim kawin pantat Yaki akan berwarna lebih menyala, terutama Yaki betina. Pada Yaki bertina, warna pink yang lebih cerah ini akan bertahan sampai setelah Yaki melahirkan anaknya. Sedanghan pada Yaki jantan, hanya pada saat musim kawin saja. 

Selain itu, sistem hierarki dalam kawanan atau kelompok Kera Hitam Sulawesi berlaku sistem matrineal. Sehingga, anggota tetap dari kelompok kera endemik Sulawesi ini adalah Yaki betina. Sedangkan Yaki jantan sering berpindah-pindah kelompok. Satu kawanan Yaki terdiri dari 25 sampai 90 ekor, dimana Yaki betina lebuh banyak jumlahnya dibanding Yaki jantan.

Dilindungi
Seperti halnya Tarsius tumpara, ‘musuh’ Macaca nigra selain ular phyton adalah manusia. Populasi Kera Hitam Sulawesi berkurang drastis mulai tahun 1979, oleh karena perburuan dan pembukaan lahan. Tercatat jumlah Yaki di Sulawesi Utara sekitar kurang dari 100 ribu ekor (tahun 1998). Dan diperkirakan jumlah tersebut saat ini berkurang sangat banyak, akibat habitat asli hewan endemik Sulawesi ini tergusur oleh manusia. Sehingga mulai tahun 2008, Macaca nigra dinyatakan kedalam daftar hewan yang berstatus Critically Endangered.

Untungnya Anda masih bisa mengunjungi Kera hitam Sulawesi ini di Konservasi Macaca nigra yang berada di Sulawesi Utara. Seperti di Cagar Alam Tangkoko Batuangus, dan Cagar Alam Dua Saudara.


Kera Hitam Sulawesi
Map DataMap data ©2013 Google
Map Data
Map data ©2013 Google
Map data ©2013 Google
Map
Satellite

Wisata Edukasi, Tamasya Sambil Belajar di Singapura

Singapura
Singapura di malam hari. Foto: ist
Berwisata tidak melulu hanya sekadar bersenang-senang, Anda juga bisa lho tamasya sambil menambah ilmu pengetahuan. Coba tengok spot-spot menarik yang terdapat di negeri tetangga kita.
Anda juga menjadikan liburan menjadi alat edukasi yang menyenangkan. Dengan wisata edukasi, selain me-refresh kembali pikiran, kegiatan tersebut juga dapat menambah pengetahuan.

Destinasi wisata edukasi yang akan sedikit diulas kali ini adalah Singapura. Spot-spot wisata edukasi apa saja yang dapat Anda kunjungi? Berikut di antaranya.


1. Garden by The Bay
Taman ini merupakan ruang terbuka hijau yang terletak di tengah kota, tepatnya di salah satu kawasan wisata paling populer di Singapura, yaitu Marina Bay. Luasnya mencapai 101 hektare.
Di Garden by The Bay ada tiga area atau tiga kebun, yakni Bay South, Bay East, dan Bay Central. Di Bay South, kita bisa melihat supertree atau pohon raksasa yang sangat menarik. Di sini juga ada dua dome (rumah kaca) yang disebut Cloud Forest dan Flower Dome.
Masing-masing dome itu dirancang dengan desain yang beda. Flower Dome lebih meniru iklim dingin-kering Mediterania dan kawasan subtropis semi-arid, seperti di Afrika Selatan, dan beberapa bagian Eropa, seperti Spanyol dan Italia.
Di sini kita bisa melihat tanaman yang "aneh" yang mungkin tidak pernah kita lihat seumur hidup di Indonesia. Ada pohon kaktus raksasa, Organ Pipe Cactus-Pachycereus pecten aboriginum, agaves, tree grapes dan masih banyak lagi.
Tidak jauh dari Flower Dome, ada rumah kaca lainnya yang tidak kalah menakjubkan, yakni Cloud Forest. Begitu masuk, kita akan disambut air terjun buatan dengan tinggi 35 meter, benar-benar terasa di daerah pegunungan yang sejuk.
Untuk melihat pemandangan Cloud Forest, kita bisa ke puncak air terjun dengan menggunakan lift. Kemudian, turunnya kita bisa jalan di koridor besi yang memang sengaja dibuat mengelilingi air terjun. Di lokasi ini juga banyak tanaman yang langka, seperti nepenthes (tanaman pemakan serangga/kantong semar) dan anggrek hutan. Selanjutnya, kita bisa melihat pemandangan di sekitar Marina Bay. Pemandangan akan lebih bagus di malam hari, karena banyak lampu-lampu warna-warni yang menghiasi hampir seluruh dome.
Berikutnya, ada Bay East yang berupa taman dam cocok untuk piknik keluarga. Didesain dengan kombinasi paviliun-paviliun yang cantik, lengkap dengan dataran subur, ada pohon kelapa, dan bunga-bunga.

Meskipun dikenal sebagai negara kecil, tapi Singapura adalah salah satu negara yang bisa memaksimalkan apa yang mereka punya. Mereka tidak sekadar membangun tempat wisata, tetapi juga benar-benar dirawat.
Setiap harinya, ada peneliti tanaman yang rutin memeriksa pertumbuhan tanaman. Sejumlah petugas juga tampak serius melihat keadaan daun-daun tanaman yang ada di tempat seluas itu. Mereka melihat sesuatu dengan sangat detail.
"Kami merawatnya seperti anak kami sendiri. Tanaman ini juga mau hidup dan mereka memang layak hidup sehingga sudah kewajiban kita untuk merawatnya," kata salah satu petugas bernama Li.

2. Museum Nasional Singapore (The National Museum of Singapore)
Merupakan museum tertua di Singapore, dibangun tahun 1887. Terletak di 93 Stamford Rd, tempat ini tercatat sebagai museum terbesar di Singapore.
Museum ini dibagi jadi dua bagian, yaitu Singapore History Gallery dan Singapore Living Galleries. Singapore Living Galleries dibagi jadi empat bagian. Pertama, Galeri Fashion yang berisi baju-baju masyarakat Singapura dari zaman dulu. Di sini, kita juga bisa melihat bagaimana proses pembuatan baju.
Kedua, Galeri Film dan Wayang, di sini kita bisa melihat cuplikan film-film yang menggambarkan Singapura dari yang dulunya belum jadi apa-apa hingga menjadi seperti sekarang. Ketiga, ada Galeri Fotografi yang isinya adalah foto-foto keluarga Singapura alias keluarga lokal.
Terakhir, Galeri Sejarah Singapura, di tempat ini para pengunjung diajak untuk melihat kejadian-kejadian masa lalu yang dialami Singapura.
Di tempat ini, audio guide sangat bermanfaat karena melalui alat ini kita mendapatkan penjelasan tentang sejarah Singapore. Di sini, kita juga bisa menggunakan jasa tour guide secara gratis.
Untuk masuk ke sini, kita harus merogoh kocek 10 dollar Singapura atau sekitar 100 ribu rupiah. Cukup mahal dibandingkan sama museum-museum di Indonesia. Tapi, sepertinya sesuai dengan ilmu yang kita dapat. Museum ini juga tertata rapi dan terawat.

3. Images of Singapore
Museum yang wajib dikunjungi jika Anda ke resor Pulau Sentosa, Singapore, adalah Images of Singapore (IOS). Spot wisata yang satu ini terletak di kawasan wisata yang mirip Dunia Fantasi (Dufan) alias di Imbiah Lookout, Sentosa, Singapura. Museumnya memang di desain sedemikian agar anak-anak juga tertarik masuk ke museum ini.
Di sini, kita akan disuguhi tontonan 4 dimensi, isi filmnya masih seputar sejarah Singapura ketika pertama kali dibentuk hingga saat ini. Selanjutnya, kita akan diajak berjalan ke ruang pameran yang mirip Istana Boneka.
Ada banyak pameran yang bisa kita lihat, dimulai dari Inggris praperiode pemerintah Malaysia, Kolonialisme Inggris, pendirian kolonial Singapura oleh Thomas Stamford Raffles, pendudukan Jepang, dan era pascakolonialis pertama di Singapura di bawah Perdana Menteri Lee Kuan Yew.
Isi dari museum ini lebih menjelaskan ke para pengunjung kalau Singapura itu diisi oleh masyarakat dari berbagai ras, seperti China, Melayu, dan India yang tidak masalah dengan perbedaan warna kulit.

4. ArtScience Museum
Letaknya cukup strategis, yaitu di kawasan Marina Bay dekat pusat perbelanjaan (The Shoppes at Marina Bay Sand), bisnis, hiburan (Merlion), dan kasino.
Museum ini adalah "The Welcoming Hand of Singapore" dan juga merupakan hadiah dari Singapura untuk dunia. Sebuah ikon baru tepatnya sejak dibuka pada tahun 2011. ArtScience Museum memang khusus dibuat untuk menjadi tuan rumah pameran internasional yang memiliki 21 ruang galeri dengan total luas 6000 meter persegi.
Museum ini dikelilingi kolam bunga lili dengan fasilitas tempat duduk yang didesain seperti teras yang luas sehingga pengunjung bisa menikmati pemandangan indah yang ada di luar gedung.
Di dalam museum yang menggabungkan kreativitas disiplin ilmu seni dan sains ini ada 3 ruang galeri. Pertama, ruang Curiosity yang mengajak pengunjung untuk datang dan merenung tentang bagaimana mereka menggambarkan seni dan ilmu sains.
Kedua, ada ruang Inspiration, yaitu sebuah ruang yang dibuat untuk memperlihatkan bagaimana titik kilas sebuah kreativitas yang telah memperkuat dunia seni dan sains. Dan terakhir, ruang Expression atau galeri multimedia dengan teknologi yang terlihat sangat canggih.

5. Singapore Science Center
Mau pintar dengan cara yang menyenangkan? Di sini tempatnya! Letaknya di 15 Science Center Road. Buka mulai pukul 10 pagi hingga pukul 6 sore waktu setempat.
Museumnya didesain cukup menarik apalagi buat anak-anak. Di halaman depannya kita sudah diajak bermain sambil belajar, ada jam surya, dasar-dasar telepon, optik, dan masih banyak lagi.
Galeri yang ada di halaman dapat kita coba dengan gratis, tetapi jika masuk ke dalam Anda harus membayar 6 dollar Singapura untuk dewasa dan 3 dollar untuk anak-anak. Untuk area Snow City ada biaya lainnya, yaitu 12 dollar, dan area Imax sebesar 10 dollar.
Dalam Science Center kita bisa mempraktikkan pelajaran fisika atau kimia, mulai dari listrik, atom, robotik, dan lainnya.
Untuk pembagian areanya, yakni The Minds Eye, Mathematics, Sound, Discovery Zone, Climate Change, Kinetic garden, hingga Eco Garden.


Tolak Pengesahan Revisi UU Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Aksi teatrikal tolak revisi uu 27
Aksi teatrikal Tolak Pengesahan Revisi UU Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Foto: Walhi.or.id
Tolak Pengesahan Revisi UU Pesisir dan Pulau-Pulau: Hentikan Pengkaplingan dan Privatisasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Jakarta, 18 Desember 2013. Pengesahan Perubahan atas Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil akan dilakukan hari ini dalam rapat paripurna DPR RI. Berdasarkan draft Revisi UU Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang diterima dan akan disahkan ternyata tidak banyak berubah dari draft versi 16 September 2013. Berdasarkan draft yang diterima terdapat beberapa hal yaitu: pertama, revisi sangat pro asing untuk mengekploitasi pulau-pulau kecil dan perairan disekitarnya; kedua tetap akan mengkapling dan memprivatisasi sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; ketiga, tidak memastikan bagaimana hak nelayan tradisional untuk mengakses sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.

Untuk mengingatkan kembali bahwa pada 16 Juni 2011, Mahkamah Konstitusi telah memutus uji materil terhadap UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil melalui Putusan MK Nomor 3/PUU-VIII/2010. Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap uji materi dilakukan oleh 27 Nelayan Tradisional bersama KIARA, IHCS, dan KPA serta 5 organisasi masyarakat sipil lainnya. Terdapat dua bagian penting dalam putusan tersebut, yakni pertama, membatalkan keseluruhan pasal-pasal yang terkait dengan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3); dan kedua, menilai Pasal 14 ayat (1) UU No. 27 Tahun 2007 yang meniadakan partisipasi masyarakat pesisir dalam penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan dinyatakan telah melanggar UUD 1945.

Pertama, dalam Revisi UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sangat jelas pro terhadap investasi asing dilihat dari pasal 26A bagaimana pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya harus mendapat izin menteri. Izin tersebut dikamuflase dengan persyaratan-persyaratan. Namun tidak memastikan tidak akan melakukan peminggiran/penggusuran terhadap akses nelayan tradisional terhadap sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Sebagaimana banyak terjadi resort-resort milik asing di pesisir dan pulau-pulau kecil dikuasai dan menutup akses penghidupan nelayan tradisional.

Kedua, tetap memprivatisasi dan mengkapling sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pengubahan skema hak menjadi perizinan. Skema perizinan akan melalui dua tahap perizinan yaitu izin lokasi dan izin pengelolaan yang tetap akan mengekploitasi sumber daya pesisir pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam revisi UU Pesisir, skema tersebut tidak memastikan hak persetujuan nelayan tradisional dan masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sumber daya pesisir. Tanpa hak tersebut skema tersebut dapat dipastikan akan tetap melanggar UUD 1945 yang memandatkan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dimanfaatkan untuk ‘sebesar-besar kemakmuran rakyat’.

Ketiga, hak asasi nelayan tradisional kembali tidak diakui dan tidak dilindungi dalam revisi UU Pesisir. Hal ini terlihat dari tidak dijadikannya Putusan MK Nomor 3/PUU-VIII/2010 sebagai rujukan revisi UU Pesisir. Terlebih dalam Pasal 17 ayat (2) Draft Revisi UU Pesisir, nelayan tradisional dan masyarakat pesisir hanya menjadi pertimbangan dalam memberikan izin lokasi. Ditambah lagi dalam Pasal 20 masyarakat pesisir tetap wajib untuk memiliki ijin dalam mengelola sumber daya pesisir walaupun difasilitasi oleh pemerintah. Padahal Putusan MK telah menyatakan bahwa pembiaran persaingan antara nelayan tradisional dengan pengusaha merupakan pelanggaran UUD 1945 karena kondisi yang berbeda atas akses modal, teknologi dan pengetahuan. Hal ini sangat jelas DPR RI tidak merujuk UUD 1945 sebagai dasar melakukan perubahan.

Untuk itu kami kami menolak pengesahan revisi UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil atas nama nelayan tradisional dan masyarakat adat dan seluruh masyarakat pesisir sebagai rakyat Indonesia.

Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Institute for Human Rights Commite for Social Justice (IHCS), Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI Nasional)


Sumber: WALHI

Untuk informasi selanjutnya dapat menghubungi:
Yasser, KNTI di +62852 612 45 777
Abdul Halim, Sekjen KIARA di di +62 815 53100 259
Gunawan, Sekjen IHCS di +62 815 847 4569
Hendrik Siregar, Koordinator JATAM di +62 852 691 35520
Andri Peranginangin, KPA di +62857 9534 6254
Islah, WALHI Eksekutif Nasional di +62818 0889 3713

PETISI; Gubernur Jambi: Jangan Usik Suku Anak Dalam!

Suku Anak Dalam
Suku Anak Dalam.
Gubernur Jambi: Jangan Usik Suku Anak Dalam!

Suku Anak Dalam merupakan salah satu suku manusia asli Jambi. Mereka biasanya hidup berkelompok. Namun, sejak tahun 1980-an, dengan dimulainya program transmigrasi, perlahan-lahan tanah mereka direbut, mereka diusir dari tanah kelahirannya. Semua atas nama pembagunan dan komoditas HTI! Yang parahnya, Gubernur, Bupati-bupati bahkan Menteri Kehutanan pun seakan tak peduli dengan nasib Suku Anak Dalam. Bahkan sang Menteri pernah mengatakan kalau Suku Anak Dalam merupakan "perambah hutan" !

Salah satu tindakan kriminal yang dilakukan perusahaan kelapa sawit (disinyalir milik Malaysia) beberapa hari yang lalu. PT Asiatic Persada dibantu ribuan personel gabungan Brigade Mobil, Satpol PP, tentara, dan petugas keamanan perusahaan tersebut mengusir paksa Suku Anak Dalam yang tinggal di sekitar lahan perusahaaan tersebut. Penyerbuan yang terjadi sejak tanggal 7 Desember tersebut, dilakukan sedikitnya 1.500 personel gabungan terhadap warga Suku Anak Dalam (SAD) yang berdiam di Desa Bungku,Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jambi.

Dari penyerbuan itu, sedikitnya puluhan warga Suku Anak Dalam mengalami luka-luka. Bahkan rumah hunian mereka pun diratakan dengan tanah! Ini merupakan salah satu bentuk kriminalitas terhadap Suku Anak Dalam yang telah terjadi selama puluhan tahun dan tersistematis!

Oleh karena itu, kami ingin mempetisi Gubernur Jambi dengan beberapa tuntutan:

1. Hentikan kekerasan dan perampasan tanah milik Suku Anak Dalam yang telah terjadi secara sistematis dan puluhan tahun.

2. Mengusut adanya dugaan permainan antara perusahaan dengan pejabat/aparat keamanan mengingat digunakannya ribuan aparat keamanan.

3. Memberikan hak yang sama dengan masyarakat Jambi lainnya kepada Suku Anak Dalam

4. Memberikan teguran keras kepada PT Asiatic Persada

5. Kembalikan tanah untuk rakyat dan Tegakkan Pasal 33 UUD 1945!

Petisi oleh
Wobal Kincai
Kerinci, Indonesia

Pendukung: _Alasan penandatanganan Paling Populer Terbaru_

TAUFIK DARWIS YOGYAKARTA, INDONESIA 
"(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional."
kalau benar pasal ini terapkanlah
kalau tidak revisilah.
jangan seenakudelnya..sebab udelmu gak enak

Rany Ardian TARAKAN, INDONESIA 
Siapa yg pertama mendiami wilayah tsb? Inilah akibatnya kalo pemda berpikir berdasarkan profit oriented dan mengesampingkan hajat hidup suku anak dalam. "Pemda Jambi, jangan ganggu suku anak dalam!"

yefta tandiyo MAGELANG, INDONESIA 
Bila peradaban dikalahkan oleh motif ekonomi sesaat, Gubernur Jambi tonton dong film Sokola Rimba adar lebih manusiawi.

Rahmat Kurnia Lubis INDONESIA 
Karena kita adalah manusia, maka lakukanlah cara-cara yang lebih manusiawi untuk kesejahteraan dan perdamaian umat manusia, jika kita lebih mengedepankan kebuasan, maka kita tidak ubahnya seperti manusia bertaring. sekali lagi karena kita adalah manusia yang bermoral, norma, dan beragama. jika kamu a dalah pemerintah maka berpikirlah jika dalam posisi yang sama seperti Suku Anak Dalam. berbuat bukan untuk perut, bukan untuk materi, dan bukan untuk keegoan saja, tapi untuk dunia dan kearifannya.


Dukung Petisinya di sini Change.org

PETISI; Lindungi Kawasan Ekosistem Leuser, Nyatakan Warisan Dunia!

 Leuser
 Lindungi Kawasan Ekosistem Leuser
Kawasan Ekosistem Leuser – Situs yang dilindungi dunia, atau dihancurkan untuk selamanya ?

Kawasan Ekosistem Leuser (atau sering disebut dengan “KEL”) adalah tempat terakhir di dunia yang dimana Harimau, Orangutan, Gajah, dan Badak hidup secara berdampingan di alam liar. Luas kawasan ini adalah 2.6 Juta hektar sebagai kawasan yang dilindungi, yang dimana 80% terdapat di Aceh. Ekosistem Leuser adalah harapan nyata terakhir untuk kelangsungan hidup jangka panjang dari empat spesies ikonik yang sangat terancam punah ini di Sumatera. 

SAAT INI, GUBERNUR ACEH SEDANG BERADA DI BAWAH TEKANAN UNTUK MENANDATANGANI PERATURAN BARU YANG AKAN MENGHANCURKAN KEL UNTUK SELAMANYA – KITA HARUS MENDUKUNG BELIAU UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN YANG BAGUS.

Untuk masyarakat Aceh, Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) menyediakan sumber air bersih untuk kurang lebih 4 juta jiwa di Aceh sebagai irigasi di hilir, pertanian, dan sumber makanan. KEL juga menyediakan jasa lingkungan untuk masyarakat Aceh melalui mitigasi erosi, banjir, tanah longsor, dan penyebaran hama. Untuk masyarakat Nasional dan Internasional, KEL mempunyai peran penting sebagai pengatur iklim dan penyimpan karbon.

Kawasan Ekosistem Leuser baru-baru ini dimuat pada Jurnal Ilmiah International (IUCN) sebagai salah satu “tempat tak tergantikan” kawasan lindung di dunia dan saat ini sedang dipromosikan oleh para ilmuwan diseluruh dunia untuk menjadi salah satu SItus Warisan Dunia UNESCO.

Petisi  ini akan ditujukan kepada Dr. Zaini Abdullah, Gubernur Aceh sebagai pemimpin Aceh untuk menunjukkan kepada dunia bahwa keputusannya sangat mempengaruhi kehidupan banyak orang di Aceh.

Mohon tanda tangani petisi ini dan sebarkan petisi penting ini sekarang. Jangan pernah meremehkan dampak yang bisa anda lakukan untuk membantu menyelamatkan masyarakat dan keanekaragaman hayati Aceh

Terima kasih atas dukungan Anda. 


Para ilmuwan mengidentifikasi 137 kawasan lindung sebagai yang paling penting untuk melestarikan keanekaragaman hayati.

Petisi oleh
Muhammad Nur
Banda Aceh, Indonesia

Baca lebih lanjut di Mongabay

Dukung Petisinya di sini Change.org

WALHI: Sulawesi Utara Perlu Kembali Melihat Bahari Sebagai Akar Budaya dan Pondasi Ekonomi Lokal

“Cinta Sulawesi Utara, Cinta Bahari”
 
pesona bahari sulawesi utara
Pesona bahari Sulawesi Utara. Foto: Yuris Triawan
Provinsi Sulawesi Utara sejak dahulu disebut sebagai salah satu wilayah bahari dengan panjang garis pantai kurang lebih 1.837 Km.  Sejarah panjang Sulawesi Utara dengan budaya bahari hampir tidak terbantahkan.
 
Beberapa pusat-pusat pemerintahan dari 15 Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara berada di wilayah pesisir. Dengan demikian arah kebijakan pembangunan mengandalkan infrastruktur perikanan dan perhubungan laut. Termasuk penggalian potensi-potensi pendapatan daerah sangat menggantungkan pada sumber-sumber daya nelayan dan sumber daya alam laut.
 
Kendati demikian andalan potensi Sulawesi Utara, saat ini masih diperhadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan seperti: produksi tangkapan yang masih belum dioptimalkan, dengan sumber alam lautnya yang berlimpah sektor tersebut justru luput dari perhatian, keamanan wilayah tangkap belum memadai sehingga terjadi illegal fishing oleh pihak-pihak asing, kerusakan kawasan hutan mangrove sebagai sumber perpijahan ikan dikonversi menjadi wilayah industry yang tidak berhubungan langsung dengan potensi perikanan dan kelautan serta reklamasi pantai yang tidak mengacu pada fungsi ekologi dan tidak terpenuhinya kebutuhan BBM dengan harga terjangkau yang mampu menyokong mobilitas produksi yang tinggi bagi nelayan.
 
WALHI Sulawesi Utara menemukan fakta dilapangan, isu pesisir dan laut dalam kebijakan pembangunannya justru menyingkirkan kearifan lokal masyarakat yang mendiami wilayah pesisir. Kebijakan pesisir ini dapat kita lihat dari reklamasi dipesisir kota Manado. Kebijakan lain yang masih “Panas” dibicarakan yakni wilayah Pulau Bangka di Kab. Minahasa Utara, dimana kehidupan masyarakat nelayan disana terancam dengan kebijakan pemerintah yang menjadikan pulau Bangka sebagai wilayah pertambangan”, demikian tutur Anggelin A. Palit Direktur Eksekutif WALHI Sulawesi Utara.
 
Anggelin A. Palit
Direktur Eksekutif WALHI Sulut Anggelin A. Palit. Foto: fb
WALHI Sulawesi Utara menilai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut menjadi tidak produktif terkait dengan kebijakan lain yang telah dikeluarkan sebelumnya. Sulawesi Utara mengedepankan pembangunan perekonomiannya berbasis perikanan dan kelautan. Dimana kegiatan pertambangan dan reklamasi telah mengabaikan kemampuan pengembangan ekonomi yang tumbuh secara arif di masyarakat, selama ini secara signifikan menunjang perekonomian daerah maupun nasional.
 
Edo Rakhman, Ketua Dewan Daerah WALHI Sulawesi Utara menyatakan; “Sehubungan dengan pengabaian atas hak-hak sosial, ekonomi dan budaya oleh Negara dalam hal ini pemerintah, WALHI telah mengajukan gugatan organisasi yang ditujukan kepada Bupati Minahasa Utara di PTUN Manado bulan Juli 2012, agar kebijakan tersebut yang merugikan masyarakat nelayan dan wilayah produksi tangkap segera untuk dibatalkan. Hal ini terkait dikeluarkannya Keputusan Bupati Minahasa Utara Nomor: 152 Tahun 2012 tentang Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Ekplorasi kepada PT. Mikgro Metal Perdana di Pulau Bangka Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara.”
 
Karena sangat krusial persoalan pengabaian hak-hak masyarakat nelayan ini, WALHI Sulawesi Utara prihatin atas kondisi nelayan-nelayan tradisional di propinsi ini dan mendesak pemerintah untuk segera memperbaiki kesalahan-kesalahannya dalam mengurus rakyat Sulawesi Utara.  Minimnya dukungan dari pemerintah daerah di Sulawesi Utara kepada nelayan tradisional mengakibatkan menguapnya potensi pendapatan dari sector kelautan. Dengan sejarah panjang kemaritiman di Sulawesi Utara, harusnya strategi pembangunan di propinsi ini mengarah pada optimalisasi potensi laut non migas dan mineral.  SELESAI
 
 
Kontak Person :
Anggelin A. Palit, Direktur Eksekutif WALHI Sulawesi Utara (085281384085)

Rabu, 11 Desember 2013

Taman Nasional Tangkoko Habitat Alami Tarsius dan Yaki

Tangkoko batuputih
Pintu masuk kawasan TN Tangkoko. Foto: Yuris Triawan
Taman Nasional Tangkoko-Batuangus di Kota Bitung terletak di utara Pelabuhan Samudera Bitung tepatnya di kaki Gunung Dua Saudara. Di kawasan seluas 8.718 hektar ini Anda dapat menemukan monyet terkecil di dunia yaitu tangkasi atau tarsius (Tarsius spectrum) yang merupakan hewan endemik Sulawesi.

Tarsius memiliki kepala yang bisa diputar 180 derajat. Selain itu setelah diteliti tim dari Australia ternyata diketahui darah tarsius berjenis O seperti pada manusia.

Primata mungil ini hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm dengan berat sekitar 80 gram. Tangkasi dapat melompat sejauh 3 meter atau hampir 10 kaki dari satu pohon ke pohon lainnya lalu menghilang dari pandangan Anda.

Tarsius Tangkasi
Tarsius Spectrum atau Tangkasi. Foto: ist
Sifatnya pemalu, berwarna coklat muda, kelima jarinya yang panjang memungkinkan menempel erat pada cabang-cabang pohon. Apabila Anda perhatikan jari-jari tersebut memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar. Tarsius memiliki ekor panjang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya.

Ukuran matanya besar dan mungkin ukuran mata tarsius ini lebih besar daripada ukuran otaknya. Matanya yang besar sangat bermanfaat untuk aktifitas malam hari. Jadi, memang hewan ini cenderung dapat ditemui sore hingga malam hari sedangkan siang hari lebih banyak dihabiskan untuk tidur. Mangsa mereka adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, kadang juga reptil kecil, burung, dan kelelawar.

Tarsius tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Hewan ini tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka langsung melompat ketika berada di tanah. Selain itu bintang langka dan unik ini sulit untuk dikembangbiakan di luar habitatnya karena jika ditempatkan dalam kurungan maka tarsius akan stres lalu melukai dirinya sendiri hingga mati.

Keunikan tangkasi telah membuat hewan ini diburu ilmuan dan wisatawan untuk diteliti atau diamati. Hingga kini jumlah tangkasi atau tarsius (Tarsius spectrum) terus berkurang dan termasuk hewan  langka yang dilindungi.

yaki tangkoko
Aktifitas Yaki (Macaca Nigra). Foto: Yuris Triawan
Ada 9 jenis tarsius di dunia, 2 di Filipina dan 7 sisanya terdapat di Sulawesi. Dua jenis yang paling terkenal terdapat di Indonesia yaitu kera hantu (Tarsius tarsier) dan tarsius kerdil atau krabuku kecil (Tarsius pumilus atau Pygmy tarsier). Tarsius pumilus merupakan jenis tarsius terkecil dengan panjang tubuh antara 93-98 milimeter dan berat 57 gram. Panjang ekornya antara 197-205 milimeter.

Masyarakat Manado, Sulawesi Utara membanggakannya hewan kecil tarsius seperti juga mereka membanggakan Bunaken dengan kekayaan bawah lautnya yang menawan.

Bukan hanya karena keberadaan tarsius saja tetapi Taman Nasional Tangkoko juga telah menarik ilmuan dari berbagai belahan dunia sejak dahulu. Alfred Russle Wallace pada tahun 1850 meneliti tempat ini untuk melihat langsung hewan unik maleo dan babi rusa. Karena penelitiannya sekarang kita mengenal batas imajiner Garis Wallace yang telah membagi dua kelompok satwa antara Bali dan Kalimantan terus ke Selatan. Garis ini juga menjadi batas perpaduan zoogeografi dua wilayah yaitu Asia dan Australia.


Kegiatan
Yaki Tangkoko
Yaki sedang bersantai di tepi pantai TN Tangkoko.
Foto: Jemmy Manueke
Di Taman Nasional Tangkoko Anda dapat melihat beragam ekosistem, yaitu pantai, hutan,  dan pegunungan. Ada tiga gunung berapi yaitu Gunung Tangkoko dan puncak kembar Dua Saudara. Taman Nasional Tangkoko menyuguhkan pemandangan bukit dan lembah yang mengesankan.

Taman Nasional Tangkoko merupakan tempat yang ideal untuk mengamati beragam satwa menarik di kawasan seluas 8.718 hektar. Ada sekitar 26 jenis mamalia dan 10 diantaranya adalah endemik Sulawesi, ada juga 180 jenis burung dan 59 diantaranya endemik Sulawesi serta 5 hewannya asli hanya ada di Sulawesi Utara, ada 15 jenis reptil dan amfibi.

Taman Nasional Tangkoko merupakan ekosistem kera hitam, burung maleo, dan burung enggang,  yaki (Macaca nigra), kuskus (Phalanger ursinus) dan tentunya tangkasi (Tarsius spectrum) yang khas dan unik.

Di sini selain melihat hewan-hewan langka, Anda juga dapat trekking menjelajahi lebatnya hutan belantara. Termasuk juga Anda dapat menaiki gunungnya setinggi 1.109 meter. Persiapkan segelanya untuk mencapai puncaknya dengan hadiah di atas sana adalah pemandangan menakjubkan Laut Maluku dan Pelabuhan Bitung.

Di sini Anda juga dapat berenang di pantainya yang indah sambil mengakrabi masyarakatnya yang ramah dan bersahaja.


Transportasi
Untuk menuju Taman Nasional Tangkoko maka Anda perlu mengarahkan tujuan ke Bitung yaitu sekitar 70 km dari Manado ibu kota Sulawesi Utara. Perlu waktu 1 jam berkendara dari Manado ke Bitung kemudian 45 menit lagi ke Batuputih sebagai destinasi menarik di Tangkoko.

Untuk akses menuju taman nasional ini, jalannya sudah diaspal dan dapat dilewati mobil.

Anda dapat menumpang bus umum selama 1,5 jam dari Paal II Manado ke terminal Tangkoko di Bitung. Berikutnya turunlah di Girian untuk melanjutkan perjalanan 1 jam dengan kendaraan umum bak terbuka.

Akomodasi
Penginapan di tangkoko
Tangkoko home stay, salah satu homestay di TN Tangkoko.
Di sekitar taman nasional ini tersedia cottage dan restoran kecil. Di Batuputih dapat Anda temukan penginapan atau homestay yang disewakan dengan beragam harga.

Pengiapan Mama Roos lokasinya berhadapan dengan Tersier Information Center. Kondisi penginapannya sederhana meliputi satu kamar dengan 2 ranjang dan 1 kamar mandi, kipas angin, dan  ruangan khusus untuk makan.

Tips
  • Persiapkan semua bekal Anda selama trekking, terutama sepatu gunung dan peralatan naik gunung.
  • Waktu untuk melihat tarsius adalah saat menjelang malam terutama sore hari saat mereka keluar untuk mencari makanan dengan berpindah dari satu pohon ke  pohon yang lain.
  • Tarsius termasuk hewan langka yang kecil dan pemalu jadi Anda perlu cermat mengamatinya dan lebih penting apabila Anda meminta seorang pemandu yang mengenal tempat ini untuk menunjukan lokasinya.
  • Di pintu gerbang Batuputih Anda dapat melihat pohon yang tinggi menjulang. Ada juga pantai yang indah dan rest area. Di pintu gerbang kedua tersedia shelter bagi peneliti yang umumnya berasal dari mancanegara.
  • Di sekitar Batuputih Bawah dapat Anda temukan beberapa tempat yang menjual asesoris untuk dijadikan oleh-oleh.
  • Lebih baik Anda membawa makanan sendiri atau membelinya dari Bitung atau Manado. Ini jelas karena penjelajahan di dalam hutan perlu membawa bekal yang cukup. Anda juga sebaiknya tidak membuang sisa makanan di hutan, membakar ataupun menguburnya.



Selasa, 10 Desember 2013

Tujuh Pulau Terluar Indonesia Terancam Hilang

Pantai Natuna
Pesona pantai kepulauan Natuna.
Foto: Disbudpar Kab. Natuna
NATUNA – Sebanyak tujuh pulau terluar di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terancam hilang dicaplok negara tetangga karena belum berpenghuni dan belum ada tanda kepemilikan dari pemerintah.

Untuk itu, pemerintah pusat diminta segera membangun tanda kepemilikan atas nama negara di atas pulau tersebut dan mendorong warga untuk menetap.

Bupati Natuna, Ilyas Sabli, mengatakan Kabupaten Natuna memiliki 154 pulau yang terdiri dari 27 pulau yang sudah berpenghuni dan sisanya sebanyak 127 pulau belum berpenghuni.

Dari 127 pulau yang belum berpenghuni tersebut, tujuh di antaranya berhadapan langsung dengan negara tetangga dan pulau-pulau tersebut belum memiliki tanda kepemilikan dari negara sehingga berpotensi menimbulkan konflik kepemilikan dengan negara tetangga.

"Untuk menghindari konflik kepemilikan dengan negara tetangga, pemerintah pusat harus segera membangun tanda di sejumlah pulau terluar yang berhadapan langsung dengan negara tetangga dan mulai melakukan pembangunan agar masyarakat bisa menetap di pulau tersebut," kata Ilyas, Selasa (10/12).

Natuna
Klik untuk memerbesar.



Kabupaten Bulukumba hadirkan ‘December Bontobahari Expedition’

Tanjung Bira*
Pantai Tanjung Bira. *)
Setelah Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan sukses menggelar ‘Takabonerate Island Expedition’, giliran Kabupaten Bulukumba menghadirkan promosi wisata bertajuk ‘December Bontobahari Expedition’.

Gelaran perdana ini bertujuan untuk menyegarkan ingatan semua pihak akan eksistensi kawasan Tanaberu Kecamatan Bontobahari sebagai lokasi sentra industri pembuatan perahu phinisi pertama di belahan nusantara Indonesia.

Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai sebuah bentuk langkah nyata pemerintah dan masyarakat Bulukumba untuk membangkitkan kembali gairah promosi potensi sumberdaya dan keanekaragaman potensi wisata yang terdapat di daerah Butta Panrita Lopi, Kabupaten Bulukumba. Termasuk, mempromosikan kawasan Tanaberu sebagai lokasi budidaya rumput laut kedua di semenanjung provinsi Sulawesi Selatan, setelah Kabupaten Bantaeng.

‘December Bontobahari Expedition’ akan dihelat bertepatan dengan puncak pergantian tahun 2013 ke 2014 mendatang. Kegiatan wisata tahunan ini akan dimeriahkan sejumlah kegiatan unik dan menarik.

Di antaranya ialah fam tour, tourism object photography/lomba foto darat, underwater photography/lomba foto bawah laut, underwater exebhition, pelestarian lingkungan pantai melalui penanaman pohon, bersih pantai, transplantasi karang, fun dive, snorkeling, diving, save turtles, dan dialog interaktif pengembangan promosi potensi wisata.

Lasuji
Lasuji, salah satu simbol kekentalan tradisi dan budaya
Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
Foto: Fadly Syarif|Lensaindonesia
Selain itu, juga akan turut dimeriahkan dengan beragam agenda kegiatan wisata lain seperti lomba mancing tradisional, lomba mancing profesional, atraksi seni budaya tradisional, karnaval budaya, wisata kuliner tradisional, permainan rakyat, penobatan Dara dan Daeng, serta pagelaran panggung hiburan terbuka.

Event ‘December Bontobahari Expedition’ diharapkan menjadi langkah awal terbukanya jalan bagi Kabupaten Bulukumba untuk dapat menjadi tuan rumah penyelenggara Sail Bulukumba 2014 atau selambat-lambatnya tahun 2015.




*) Tanjung Bira adalah sebuah daratan di ujung selatan propinsi Sulawesi Selatan. Berada di sebuah desa bernama BIRA di kecamatan Bonto Bahari  yang masuk di wilayah kabupaten Bulu Kumba, Sulawesi Selatan.

Untuk menuju kelokasi ini bisa di tempuh dengan jalur darat dari Makasar selama kurang lebih 5-6 jam perjalanan. Dengan menggunakan bus tujuan Selayar yang berangkat dari Terminal Mallengkeri sekitar pukul 09.00 WITA, turun di pelabuhan penyeberangan ke Selayar. Eits, jangan sampai telat ya, karena busnya menyesuaikan jadwal dengan kapal penyeberangan ke Selayar maka keberangkatannya pun biasanya on time.

Tanjung Bira memiliki pantai berpasir putih lembut dengan laut jernih kebiruan. Disini kita bisa berenang, snorkeling, diving atau sekedar berjemur dan narsis-narsisan. Fasilitas yang tersedia di pantai ini pun sudah lengkap, mulai dari penginapan sampa operator diving. Selain itu, kita juga bisa menyewa perahu dan menyeberang ke Pulau Kambing dan Pulau Liukang yang memiliki pemandangan bawah laut lebih asri.