Selasa, 19 Agustus 2014

Tolak Tambang, Aktivis Lingkungan Banyuwangi Daki Gunung Semeru

Tolak Tambang, Aktivis Lingkungan Banyuwangi Daki Gunung Semeru
Aktivis lingkungan Banyuwangi tolak tambang Gunung Tumpang pitu dengan membentangkan spanduk di Ranu Kumbolo. Foto: IRA RACHMAWATI / KOMPAS.COM
Beberapa aktivis lingkungan hidup di Banyuwangi kembali memilih mendaki gunung sebagai bentuk penyampaian aspirasi. Pada November 2013, Banyuwangi’s Forum for Invironmental Learning (BaFFEL), kelompok aktivis yang dimaksud, mendaki Gunung Agung di Bali, kali ini mereka memilih Semeru untuk menolak rencana eksplotasi tambang emas di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi.

Spot yang dipilih adalah Ranu Kumbolo. Di tepi danau yang terletak di jalur pendakian Gunung Semeru itu terbentak spanduk besar bertuliskan “Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, Tapi Tidak Tanpa Air”.

"Ranu Kumbolo yang berada di Kecamatan Senduro Lumajang sengaja kami pilih bukan hanya kaena popularitasnya di kalangan pendaki gunung dan pecinta alam, namun karena danau eksotis yang berada di ketinggian 2.400 m dpl membangkitkan kesadaran tentang pentingnya air," ujar Deni Alamsyah, salah satu anggota BaFFEL pada Rabu (28/5), seperti dilansir Kompas.com.

Deni juga mengatakan, siapapun yang pernah mendaki gunung, terutama Gunung Semeru, akan merasakan betapa berharganya air, sehingga air harus diperlakukan secara respek. Di sisi lain, rencana tambang emas akan merusak hutan Tumpang Pitu sebagai kawasan air. BaFFEL dengan tegas menolak upaya eksploitasi tersebut.

Ada beberapa catatan menarik, menurut pemaparan pria yang mengaku sudah tiga kali menaklukkan Semeru itu, pembentangan spanduk yang ia lakukan disambut hangat oleh kalangan pecinta alam yang saat itu berkemah di Ranu Kumbolo. "Ada komunitas Biker dari Puwokerto dan sekelompok penggemar bola dari Jember ikut membantu aksi yang kami lakukan termasuk juga melakukan diskusi tentang lingkungan di area Ranu Kumbolo," tutur Deni.

Aksi ini memang terbilang sederhana. Meski demikian, Deni yakin, aksi yang ia dan kawan-kawannya lakukan, mampu memberi pesan kepada khalayak terkait pentingnya air.

“Air itu universal. Karena itu siapa pun manusia jika diingatkaan pentingnya air, tentu hatinya akan tersentuh. Apa pun agamamu, apa pun kebangsaanmu, apa pun pandangan politikmu, apa pun taraf pendidikanmu, semuanya pasti butuh air untuk melanjutkan hidup. Bukan emas," kata Deni. Sementara tambang emas, tidak semuanya.


Sumber: Intisari | Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar